JAKARTA — Indonesia menorehkan sejarah baru dalam dunia transportasi dengan keberhasilan pengoperasian penuh Kereta Cepat Whoosh oleh sumber daya manusia (SDM) dalam negeri. Sejak 10 April 2025, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi mengambil alih seluruh tanggung jawab operasional dari pihak Tiongkok, menandai berakhirnya masa transisi dan dimulainya era kemandirian penuh dalam pengelolaan kereta cepat pertama di Asia Tenggara.
Peralihan kendali ini mencakup seluruh aspek operasional, mulai dari masinis, teknisi, hingga petugas layanan pelanggan seperti pramugari dan petugas kebersihan. KCIC menyatakan bahwa saat ini, sebanyak 34 masinis dan 21 teknisi asal Indonesia telah dilatih dan siap menjalankan 62 perjalanan Kereta Cepat Whoosh setiap harinya dengan standar keamanan dan pelayanan internasional.
“Seluruh operasional kini dijalankan oleh putra-putri bangsa. Tidak hanya masinis, tapi juga chief conductor, kondektur, pramugari, keamanan, dan kebersihan,” ujar Eva Chairunisa, General Manager Corporate Secretary KCIC, dalam siaran resmi.
Hasil Pelatihan Intensif Sejak 2023
Menurut Eva, keberhasilan ini merupakan buah dari pelatihan intensif yang telah dimulai sejak Februari 2023. Para personel Indonesia menjalani berbagai tahapan pendidikan, mulai dari teori di kelas, pelatihan praktik langsung di lapangan, hingga sertifikasi dari Kementerian Perhubungan dan asesmen langsung oleh instruktur ahli dari Tiongkok.
“Mereka juga dibekali kemampuan menghadapi berbagai skenario untuk memastikan keselamatan dan kelancaran operasional,” tambah Eva.
Yang menarik, proses transfer pengetahuan berlangsung jauh lebih cepat dari yang biasa terjadi di Tiongkok. Jika di negara asal pelatihan masinis kereta cepat membutuhkan waktu hingga tiga tahun, Indonesia mampu menyelesaikannya dalam waktu hanya satu setengah tahun.
“Hal ini dimungkinkan karena para masinis sebelumnya telah berpengalaman di KAI dengan catatan lebih dari 3.000 jam atau 100.000 kilometer mengemudikan kereta konvensional,” jelas Eva.
SDM Lokal Siap Hadapi Tantangan Operasional
Kesiapan SDM Indonesia tidak hanya terlihat dari kecepatan pelatihan, tetapi juga dari kualitas dan kepercayaan yang diberikan kepada mereka. KCIC menegaskan bahwa seluruh kru, mulai dari pengemudi hingga tenaga teknis dan layanan, telah melalui proses seleksi ketat dan pelatihan berbasis skenario darurat untuk menjamin kelancaran operasional.
Pada Agustus 2025 mendatang, KCIC juga berencana memperkuat armada SDM dengan serah terima tahap berikutnya yang melibatkan 33 masinis dan 14 teknisi tambahan. Langkah ini akan memperkuat kapasitas operasional dan menjamin keberlangsungan layanan dalam jangka panjang.
Prestasi yang Menegaskan Kemandirian Teknologi
Pengambilalihan penuh oleh SDM lokal menjadi tonggak penting dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Lebih dari sekadar pencapaian teknis, momen ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mampu mengoperasikan teknologi transportasi berkecepatan tinggi secara mandiri—sebuah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan Asia Tenggara.
“Kepercayaan ini menjadi bukti bahwa SDM Indonesia mampu mengoperasikan moda transportasi modern dengan teknologi terbaru serta standar keselamatan yang tinggi,” tutup Eva.
Dampak Positif bagi Konektivitas dan Ekonomi
Dengan dioperasikannya Kereta Cepat Whoosh sepenuhnya oleh tenaga kerja Indonesia, tidak hanya memperkuat kapasitas nasional dalam pengelolaan transportasi canggih, tetapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan SDM dalam negeri di sektor teknologi tinggi. Hal ini diharapkan akan berdampak positif pada konektivitas antarwilayah, efisiensi waktu perjalanan, dan pertumbuhan ekonomi kawasan yang terhubung oleh jalur kereta cepat.
Kereta Cepat Whoosh yang menghubungkan Jakarta-Bandung ini telah menjadi salah satu proyek strategis nasional dalam pengembangan infrastruktur modern. Capaian ini juga semakin menguatkan posisi Indonesia dalam peta global sebagai negara yang siap menyongsong era teknologi tinggi dengan kekuatan SDM-nya sendiri.
Dengan langkah besar ini, Indonesia tidak hanya membuktikan kesiapan dalam menghadapi tantangan transportasi masa depan, tetapi juga menegaskan tekadnya untuk mandiri dalam penguasaan teknologi modern yang berkelanjutan.