Pasar Modal

BEI Siapkan Strategi Hadapi Dampak Tarif Trump, Fokus Jaga Kepercayaan Pasar Modal Indonesia

BEI Siapkan Strategi Hadapi Dampak Tarif Trump, Fokus Jaga Kepercayaan Pasar Modal Indonesia
BEI Siapkan Strategi Hadapi Dampak Tarif Trump, Fokus Jaga Kepercayaan Pasar Modal Indonesia

JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) menyusun sejumlah langkah strategis guna menyelamatkan pasar modal nasional dari dampak negatif kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat terhadap Indonesia. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menetapkan tarif dagang baru sebesar 32 persen yang dinilai berisiko menekan kinerja pasar keuangan domestik.

Direktur Utama BEI Iman Rachman menjelaskan bahwa langkah penyelamatan dilakukan dalam dua kerangka waktu, yaitu strategi jangka pendek dan jangka panjang. Menurutnya, di tengah volatilitas global akibat perang dagang, upaya membangun persepsi positif dan menjaga kepercayaan publik menjadi kunci.

“Apa yang bisa dilakukan oleh bursa menghadapi dampak perang dagang? Tentu saja BEI bukan Bank Indonesia yang bisa melakukan intervensi langsung. Maka, jangka pendek yang kami lakukan adalah komunikasi aktif dengan publik dan media,” ujar Iman dalam diskusi virtual bertajuk Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia.

Komunikasi dan Edukasi Jadi Pilar Utama Strategi Jangka Pendek

Iman menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak semata-mata dari kebijakan luar negeri, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi domestik dan fundamental perusahaan. Oleh karena itu, menurutnya, narasi ekonomi yang positif perlu terus dikomunikasikan.

“Kalau kita lihat laporan keuangan emiten, sebagian besar membukukan keuntungan sepanjang 2024. Ini yang harus dikomunikasikan agar investor tetap percaya dengan kinerja korporasi nasional,” ungkapnya.

Penyesuaian Regulasi Perdagangan Demi Stabilitas

Langkah taktis lainnya, kata Iman, adalah penyesuaian aturan perdagangan. BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan pada 8 April 2025 penyesuaian batas trading halt dan auto rejection bawah (ARB) menjadi 8 persen. Kebijakan ini diambil untuk menjaga keseimbangan antara perlindungan pasar dengan efisiensi serta likuiditas.

“Bursa tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada kolaborasi erat dengan OJK dalam melakukan penyesuaian kebijakan teknis seperti batas ARB dan relaksasi aturan buyback,” kata Iman.

Relaksasi aturan buyback saham yang dikeluarkan OJK pada 19 Maret 2025 memungkinkan emiten untuk melakukan pembelian kembali saham tanpa harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Langkah ini diharapkan dapat memperkuat nilai saham emiten di tengah tekanan pasar.

Selain itu, pengawasan pasar juga diperkuat dengan peningkatan pengawasan transaksi tidak wajar. BEI memastikan mekanisme mitigasi tetap berjalan guna mencegah potensi gejolak atau kepanikan berlebihan di pasar modal.

Diversifikasi Produk Jadi Fokus Strategi Jangka Panjang

Mengantisipasi ketergantungan terhadap saham konvensional, BEI telah merancang langkah jangka panjang melalui diversifikasi instrumen investasi. Produk baru seperti Single Stock Future, Exchange Traded Fund (ETF), dan ETF berbasis emas (ETF Gold) akan segera dikembangkan.

“Diversifikasi produk ini untuk memberikan fleksibilitas kepada investor, sekaligus meningkatkan kedalaman pasar modal Indonesia,” jelas Iman.

Langkah lain yang masuk dalam strategi jangka panjang adalah peningkatan kualitas dan efisiensi proses penawaran umum perdana (IPO), peningkatan likuiditas, serta modernisasi infrastruktur perdagangan. BEI menargetkan pada 2026, kapasitas sistem perdagangan akan ditingkatkan hingga tiga kali lipat dari kapasitas saat ini.

“Modernisasi infrastruktur perdagangan kita harapkan selesai pada 2026 agar dapat mendukung pertumbuhan pasar yang lebih cepat dan tangguh,” kata Iman.

Tantangan Global Butuh Respons Adaptif

Kebijakan tarif tinggi dari pemerintah AS menjadi tantangan serius bagi Indonesia, khususnya dalam menjaga arus investasi dan stabilitas pasar modal. Apalagi, dampak perang dagang global tidak hanya terasa pada sektor perdagangan, tetapi juga menciptakan ketidakpastian yang meluas di sektor keuangan.

Namun, langkah-langkah antisipatif yang disusun BEI menunjukkan keseriusan regulator pasar modal dalam menjaga stabilitas, transparansi, dan kepercayaan investor. Kolaborasi antara otoritas pasar, emiten, dan media menjadi kekuatan penting untuk menghadapi dinamika global yang terus berubah.

Dengan strategi jangka pendek yang responsif dan jangka panjang yang progresif, BEI optimistis pasar modal Indonesia dapat tetap kompetitif dan resilien menghadapi tekanan eksternal, termasuk dampak dari kebijakan proteksionis Presiden Donald Trump.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index