JAKARTA – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus membuktikan peran vitalnya dalam mendukung perekonomian daerah. Tidak hanya sebagai penggerak roda ekonomi lokal, UMKM juga berkontribusi besar dalam menciptakan lapangan kerja, menekan angka pengangguran, hingga memperkuat daya saing wilayah.
UMKM dinilai mampu menjadi pilar penting dalam pemerataan ekonomi di tengah kondisi global yang penuh tantangan. Dengan basis usaha yang tersebar di berbagai daerah, UMKM turut mengurangi ketimpangan antara pusat dan daerah serta menghambat laju urbanisasi yang berlebihan ke kota-kota besar.
Salah satu pelaku UMKM yang turut membuktikan hal tersebut adalah Agus Riyanto, pemilik usaha kuliner Bakso Idola di Kota Bekasi. Ia mengungkapkan bahwa semangat untuk berwirausaha muncul sejak duduk di bangku kuliah, berkat motivasi dari dosennya yang mendorong mahasiswa untuk tidak terpaku pada profesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
“Saya ingat dosen itu bilang gak mesti jadi PNS, wirausaha juga bagus peluangnya,” kata Agus Riyanto saat ditemui.
Terinspirasi dari ucapan tersebut dan berbekal pengalaman keluarga yang sudah lama berkecimpung di dunia kuliner, Agus memberanikan diri membuka usaha bakso. Menurutnya, UMKM seperti yang ia jalankan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga berfungsi sosial karena mampu memberdayakan masyarakat sekitar.
“Ya kita berdayakan SDM lokal seperti keluarga atau teman,” ujarnya.
UMKM menjadi solusi nyata dalam membuka lapangan kerja di daerah. Dengan tumbuhnya satu unit usaha, peluang kerja pun tercipta, sehingga berdampak langsung pada penurunan angka pengangguran. Dalam konteks perekonomian lokal, hal ini menjadi sumbangsih signifikan dalam memperkuat ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
Namun, Agus juga mengakui bahwa jalan menuju kesuksesan dalam dunia UMKM tidak selalu mulus. Tantangan datang dari persaingan pasar yang semakin ketat, perubahan tren konsumen, hingga adaptasi terhadap perkembangan teknologi. Untuk itu, pelaku UMKM dituntut terus berinovasi, baik dari sisi produk maupun strategi pemasaran.
“Memang saingan banyak, apalagi di kuliner. Jadi kita harus beda, dari rasa, kemasan, sampai cara promosi. Harus kreatif,” kata Agus menambahkan.
Kreativitas dan inovasi menjadi kunci utama bagi pelaku UMKM untuk bisa bertahan di tengah persaingan yang dinamis. Adaptasi dengan digitalisasi juga menjadi tantangan baru yang harus dihadapi, terutama dalam memanfaatkan platform digital sebagai sarana promosi dan penjualan.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan bahwa UMKM menyumbang sekitar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja nasional. Angka ini menegaskan bahwa penguatan UMKM tidak hanya penting bagi ekonomi nasional, tapi juga berdampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat di tingkat daerah.
Dalam konteks Kota Bekasi dan wilayah sekitarnya, keberadaan UMKM turut menopang perputaran ekonomi lokal. Mulai dari sektor kuliner, fashion, jasa, hingga kerajinan, UMKM menjadi fondasi yang perlu terus diperkuat melalui berbagai dukungan dari pemerintah maupun sektor swasta.
Pemerintah sendiri telah menggulirkan berbagai program untuk mendukung pelaku UMKM, seperti kemudahan perizinan, pelatihan digital marketing, hingga akses permodalan melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat). Namun, keberhasilan program ini tetap memerlukan sinergi aktif antara pelaku usaha, komunitas lokal, dan pemerintah daerah.
“Kalau bisa, dukungan pemerintah ke UMKM ditingkatkan lagi. Misalnya bantuan promosi atau akses modal yang lebih ringan,” harap Agus.
Ke depan, UMKM seperti Bakso Idola milik Agus diharapkan terus menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda yang ingin terjun ke dunia usaha. Semangat kewirausahaan yang ditanamkan sejak dini akan menjadi investasi sosial dan ekonomi yang penting bagi masa depan bangsa.