Kisah Inspiratif Ali Sarbani: Dari Anak Petani Menjadi Raja Properti Tanpa Modal Besar

Selasa, 15 April 2025 | 09:51:12 WIB
Kisah Inspiratif Ali Sarbani: Dari Anak Petani Menjadi Raja Properti Tanpa Modal Besar

JAKARTA – Perjalanan hidup Ali Sarbani menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih mimpi besar. Lahir dari keluarga petani sederhana di Kudus, Jawa Tengah, Ali kini menjelma sebagai salah satu pengembang properti sukses di Indonesia. Kesuksesannya diraih bukan melalui warisan atau latar belakang bisnis, melainkan dari semangat pantang menyerah dan keberanian memulai dari nol.

Ali Sarbani memulai kisahnya dari latar belakang yang jauh dari dunia properti. Ayahnya seorang petani, dan ibunya ibu rumah tangga. Namun sejak kecil, ia menyimpan satu mimpi sederhana yang dipicu oleh gambar rumah dan mobil di balik sekat ruang tamu rumahnya.

“Di rumah kami ada sketsel pembatas antara ruang depan dan ruang belakang. Di situ ada gambar rumah dan mobil. Bapak bilang, ‘Biar anak-anakku suatu saat punya rumah dan mobil,’” kenang Ali dalam dokumenter Sekali Seumur Hidup.

Menantang Nasib, Jatuh Bangun di Rantau

Pada tahun 1995, Ali merantau ke Semarang untuk kuliah sambil bekerja. Krisis moneter tahun 1997-1998 mengguncang kondisi keuangan keluarganya, memaksanya banting setir menjadi pedagang handphone bekas. Meski bertahan selama 10 tahun, penghasilannya belum cukup untuk membeli rumah impiannya.

Tahun 2009 menjadi titik balik besar ketika ia memutuskan pindah ke Jakarta. Dengan modal Rp65 juta hasil dari menjual tiga kios HP-nya, ia nekat memulai kehidupan baru. Namun satu setengah tahun kemudian, modal itu habis tak bersisa.

“Saya nggak punya apa-apa. Waktu itu saya banyak berdoa. Saya tahajud, baca Qur’an, minta petunjuk sama Allah,” ungkap Ali saat mengingat masa sulit itu.

Sampai akhirnya, sebuah pertemuan tak disengaja dengan teman lama membawanya ke seminar properti. Ali yang awalnya ragu karena tidak punya uang, mendapat kesempatan mengikuti sesi seminar secara gratis. Di sinilah ia mengenal dunia properti dan bertemu mentor-mentor yang membuka matanya pada peluang baru.

Properti Pertama: Modal Nekat dan Kejujuran

Berbekal ilmu dari seminar, Ali memberanikan diri menawar rumah seharga Rp450 juta menjadi Rp250 juta—padahal ia tak punya dana sama sekali. Tiga bulan kemudian, ia berhasil membeli rumah tersebut seharga Rp275 juta dan menjualnya kembali dengan tambahan fee Rp12 juta.

“Itu titik balik saya. Dulu saya nggak punya rumah, mobil, motor, tapi dari 12 juta bisa beli motor Mio dan HP Blackberry Onyx waktu itu,” ujarnya sambil tertawa.

Keberhasilan itu menjadi langkah awal Ali mendalami bisnis properti. Tahun 2012, ia membangun tiga rumah, tahun berikutnya 10 rumah, hingga akhirnya berkembang menjadi proyek 100 unit. Proyek-proyeknya tak pernah kurang dari 30 rumah sejak saat itu.

Namun kesuksesan tidak datang tanpa cobaan. Tahun 2014, Ali mengalami kegagalan besar karena terlalu ekspansif. Lima proyek yang ia buka bersamaan ambruk akibat perubahan regulasi ekonomi. Ia harus menjual rumah dan mobil untuk menutup kerugian hingga Rp2 miliar.

Tak menyerah, Ali bangkit kembali. Sejak 2020, ia memilih menjadi single player dengan tim kecil namun efisien. Ia tetap mampu mengelola tujuh proyek sekaligus dengan ratusan tukang lapangan.

“Manajemen saya hanya 50 orang, tapi tukangnya bisa sampai ratusan untuk 7 titik proyek. Meskipun single player, saya gandeng orang-orang kompeten agar tetap bertahan,” jelasnya.

Membuka Jalan Sukses untuk Orang Lain

Ali sadar bahwa kesuksesannya dimulai dari seminar gratis. Ia lalu bertekad untuk berbagi ilmu serupa. Tahun 2017, ia membuka kelas pertamanya bertajuk “Bisnis Properti Tanpa Modal Investor”. Kini kelas-kelas tersebut berkembang menjadi Sekolah Developer, menjangkau berbagai kota di Indonesia.

“Ilmu bisnis seperti ini kalau di bangku kuliah butuh 4 tahun, tapi di kelas ini bisa dipadatkan jadi 2 hari. Siapa saja bisa ikut,” jelasnya.

Ali juga terinspirasi dari pengusaha besar seperti Ciputra, namun sosok paling berpengaruh dalam hidupnya tetap sang ayah. Ia mengenang nasihat ayahnya yang mendorongnya untuk bermimpi besar:

“Waktu saya bilang ingin masuk SPK (Sekolah Perawat Kesehatan), bapak saya bilang bahwa mimpi saya terlalu kecil. ‘Kenapa cuma jadi perawat? Kenapa nggak punya rumah sakitnya?’ semenjak itu saya berani bermimpi lebih tinggi.”

Filosofi Hidup Ali Sarbani

Ali merangkum filosofi hidupnya dalam beberapa prinsip:

-Hidup harus punya mimpi: Mimpi itu gratis, dan menjadi bahan bakar untuk terus melangkah.

-Belajar dan bangun koneksi: Ilmu dan lingkungan yang tepat menentukan siapa kita lima tahun ke depan.

-Berpura-pura jadi sukses: Ia menyebutnya “kepura-puraan positif” sampai akhirnya kita menjadi bagian dari mereka.

-Kuat menahan sakit: Penolakan, kegagalan, dan rasa sakit adalah bagian dari proses sukses.

Terkini

ASUS Vivobook Pro 16X OLED N7601, Laptop Kreator Andal 2024

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:30 WIB

Huawei MatePad 11, Tablet Murah dengan Layar Keren

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:26 WIB

Huawei Rilis Pura 80 Series, Andalkan Kamera Canggih

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:18 WIB

Review Acer Nitro 16, Laptop Gaming 16 Inci Bertenaga

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:13 WIB