BMKG

Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Gorontalo, BMKG: Akibat Deformasi Lempeng Laut Sulawesi

Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Gorontalo, BMKG: Akibat Deformasi Lempeng Laut Sulawesi
Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Gorontalo, BMKG: Akibat Deformasi Lempeng Laut Sulawesi

JAKARTA – Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 6,0 mengguncang wilayah Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, pada Sabtu malam, sekitar pukul 20.00 WITA. Guncangan terasa kuat dan mengejutkan warga di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Boalemo, Kota Gorontalo, hingga Manado.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa pusat gempa berada di laut, dengan kedalaman hiposenter mencapai 149 kilometer. Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman tersebut, BMKG mengidentifikasi gempa ini sebagai jenis gempa bumi menengah.

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengonfirmasi bahwa gempa tersebut diakibatkan oleh aktivitas deformasi lempeng di Laut Sulawesi. "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan mendatar naik atau oblique thrust fault," jelas Daryono dalam keterangan resminya di Manado.

Dampak Gempa Dirasakan Luas

Getaran gempa dirasakan kuat di beberapa wilayah, terutama di Kabupaten Pohuwato dan Boalemo. BMKG mencatat intensitas gempa di kedua wilayah tersebut mencapai skala IV MMI (Modified Mercalli Intensity). Pada skala ini, gempa dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah, sementara di luar ruangan terasa oleh sebagian orang. Guncangan juga menyebabkan gerabah pecah, jendela dan pintu berderik, serta dinding berbunyi.

Sementara itu, guncangan dengan intensitas lebih ringan (skala III MMI) dirasakan di sejumlah daerah lain seperti Kota Gorontalo, Gorontalo Utara, Manado, Tarakan, Nunukan, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Minahasa Tenggara, Toli-Toli, Luwuk, hingga Berau. Pada skala ini, getaran dirasakan jelas di dalam rumah dan terasa seperti truk berat yang sedang melintas.

Di wilayah Palu dan Morowali Utara, gempa tercatat pada skala intensitas II-III MMI. Artinya, guncangan masih dapat dirasakan di dalam rumah, namun tidak terlalu mengganggu.

Tidak Berpotensi Tsunami

Meski kekuatan gempa tergolong signifikan, BMKG memastikan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hal ini berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan segera setelah kejadian.

“Dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami,” tegas Daryono. Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah percaya terhadap informasi yang belum terverifikasi.

BMKG meminta masyarakat untuk menghindari bangunan yang sudah mengalami keretakan atau kerusakan akibat gempa. Selain itu, warga diimbau agar memastikan seluruh informasi terkait aktivitas gempa bumi hanya diperoleh dari kanal resmi BMKG seperti aplikasi mobile, website, dan media sosial resmi lembaga tersebut.

Kesiapsiagaan Warga Jadi Kunci

Peristiwa gempa bumi di Gorontalo ini kembali menjadi pengingat pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam. Provinsi Gorontalo dan sebagian wilayah Sulawesi memang termasuk dalam kawasan rawan gempa karena berada pada jalur tumbukan lempeng aktif, salah satunya Lempeng Laut Sulawesi.

Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas seismik di kawasan ini terus dimonitor secara intensif oleh BMKG. Kejadian gempa menengah dan besar tidak jarang terjadi, meskipun sebagian besar tidak berdampak destruktif karena terjadi di kedalaman yang cukup dalam atau jauh dari permukiman.

Kesiapsiagaan warga menjadi faktor penting dalam mengurangi risiko korban jiwa dan kerusakan akibat gempa. Pemerintah daerah dan pihak terkait terus diharapkan meningkatkan edukasi serta simulasi kebencanaan, terutama di wilayah-wilayah yang rentan seperti pesisir Gorontalo, Sulawesi Utara, dan sekitarnya.

Penegasan BMKG Soal Hoaks

BMKG juga menekankan agar masyarakat waspada terhadap potensi penyebaran informasi palsu yang biasanya muncul pasca-gempa besar. Masyarakat diminta untuk tidak menyebarluaskan kabar yang tidak jelas sumbernya.

“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi,” ujar Daryono. Ia menambahkan bahwa seluruh perkembangan aktivitas gempa bumi akan terus diperbarui secara berkala oleh pihaknya.

Seiring dengan meningkatnya frekuensi gempa bumi di Indonesia, peran serta aktif masyarakat, media, dan institusi pemerintahan menjadi vital dalam menjaga ketenangan dan mempercepat pemulihan pasca-bencana.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index