Bansos

500 KPM Dihapus dari Daftar Penerima PKH, Mensos Tegaskan: Bansos Itu Sementara, Berdaya Selamanya

500 KPM Dihapus dari Daftar Penerima PKH, Mensos Tegaskan: Bansos Itu Sementara, Berdaya Selamanya
500 KPM Dihapus dari Daftar Penerima PKH, Mensos Tegaskan: Bansos Itu Sementara, Berdaya Selamanya

JAKARTA – Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia resmi menghentikan bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) kepada 500 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Kebijakan ini diambil karena para penerima dinilai telah mandiri secara ekonomi dan layak “naik kelas” dalam kehidupan sosial mereka. Proses penghentian ini dilakukan dalam prosesi graduasi di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Malang, pada Jumat.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, menjelaskan bahwa penghentian tersebut bukan berarti lepas tangan, melainkan bentuk keberhasilan program PKH dalam mendorong kemandirian keluarga miskin.

“Bansos itu sementara, berdaya selamanya,” ujar Gus Ipul.

Menurutnya, graduasi ini merupakan langkah strategis pemerintah dalam menggeser pendekatan penanggulangan kemiskinan dari perlindungan sosial semata ke arah pemberdayaan sosial. Para KPM yang digraduasi telah menunjukkan peningkatan taraf hidup yang signifikan dan mampu berdiri sendiri tanpa lagi bergantung pada bantuan rutin dari negara.

“Kami menyebut mereka lulus dari sekolah kehidupan, dan layak naik kelas menjadi keluarga mandiri,” lanjut Gus Ipul.

Evaluasi Berkala Penerima Bansos

Dalam kesempatan itu, Mensos menegaskan bahwa pemerintah akan melakukan evaluasi penerima bansos setiap lima tahun. Hal ini untuk memastikan bahwa bantuan sosial tidak menjadi ketergantungan jangka panjang, khususnya bagi masyarakat usia produktif.

“Kami tidak ingin mereka yang masih usia produktif menjadi pasif, dan bergantung terus pada bantuan. Bantuan seharusnya jadi batu loncatan, bukan tujuan akhir,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa penghentian bantuan bagi KPM yang telah mandiri bukanlah akhir dari dukungan pemerintah. Mereka tetap bisa mengakses berbagai program pemberdayaan ekonomi dari kementerian lain, seperti Kementerian Koperasi dan UKM, serta program kewirausahaan yang dijalankan oleh pemerintah daerah.

“Setelah pemberdayaan, bisa dibantu dengan program lain yang lebih besar dari bansos,” kata Gus Ipul.

Kisah Sukses Penerima PKH yang Naik Kelas

Salah satu KPM yang lulus dari program PKH adalah Siti Halimatusa’diyah, warga asal Probolinggo. Ia mengaku telah menerima bantuan selama dua tahun dan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan usaha kuliner berupa kue basah dan kue kering.

“Motivasinya ingin mandiri dan semangat. Saya ingin bisnis, saya berkembang dan punya karyawan,” ungkap Siti dengan bangga.

Kini, ia mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp2,5 juta per bulan, dan perlahan-lahan merintis bisnisnya agar lebih besar. Kisah sukses seperti inilah yang diharapkan pemerintah bisa direplikasi oleh lebih banyak keluarga penerima bansos di seluruh Indonesia.

Apresiasi untuk Pendamping PKH

Selain melakukan prosesi graduasi bagi 500 KPM, Kementerian Sosial juga memberikan penghargaan kepada 12 pendamping PKH terbaik dari wilayah Jawa Timur. Para pendamping ini dinilai memiliki kontribusi besar dalam mendampingi keluarga miskin hingga mampu mandiri secara ekonomi.

“Keberhasilan program PKH tidak lepas dari peran penting para pendamping di lapangan. Mereka adalah penghubung utama antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan riil masyarakat,” ujar salah satu pejabat Kemensos dalam sambutannya.

Pendamping PKH menjalankan peran strategis sebagai motivator, konsultan, sekaligus fasilitator yang mengarahkan KPM agar memanfaatkan bantuan dengan optimal dan berorientasi pada pemberdayaan jangka panjang.

PKH Bertransformasi Menuju Kemandirian

Program Keluarga Harapan merupakan salah satu program andalan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan. Sejak diluncurkan, PKH telah menyasar jutaan keluarga di Indonesia dengan memberikan bantuan bersyarat yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

Namun, dengan semakin banyaknya keluarga yang berhasil “lulus” dari program ini, pemerintah menekankan pentingnya perubahan pendekatan dari sekadar memberikan bantuan menjadi menciptakan kemandirian. Hal ini menjadi bagian dari strategi nasional pengurangan kemiskinan ekstrem hingga 0% pada 2027.

Langkah graduasi 500 KPM di Malang menjadi simbol bahwa bantuan sosial tidak dimaksudkan untuk selamanya, melainkan sebagai jalan menuju perubahan kehidupan yang lebih baik.

Dengan dukungan program pemberdayaan lanjutan dan semangat dari masyarakat itu sendiri, transformasi dari penerima bantuan menjadi pelaku usaha mandiri bukanlah hal yang mustahil. Pemerintah pun berharap, keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi jutaan penerima manfaat lainnya di seluruh pelosok negeri.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index