JAKARTA — Presiden Republik Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, menunjukkan komitmennya terhadap isu-isu ketenagakerjaan dengan menghadiri aksi peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, pada Kamis. Kehadiran Prabowo menjadi momen penting dalam perayaan tahunan yang melibatkan ratusan ribu buruh dari berbagai daerah di Indonesia.
Presiden tiba di lokasi sekitar pukul 10.00 WIB, disambut dengan sorak-sorai dan yel-yel penuh semangat dari para buruh. "Hidup buruh! Buruh bersatu bela negara!" terdengar menggema saat Prabowo naik ke atas panggung utama dan menyalami peserta aksi.
Aksi ini menjadi salah satu gelaran Hari Buruh terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dengan lebih dari 200.000 buruh dan simpatisan memadati area Monas, menurut estimasi pihak kepolisian di lapangan.
Tokoh-Tokoh Nasional Turut Hadir di Aksi Buruh
Selain Prabowo, aksi May Day di Monas juga dihadiri sejumlah tokoh penting dari parlemen dan pemerintahan. Terlihat di lokasi, Ketua DPR RI Puan Maharani, Anggota DPR Rieke Diah Pitaloka (PDI Perjuangan), Habiburokhman (Gerindra), serta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut menyatakan kehadiran dan dukungan terhadap agenda buruh.
Sebelumnya, Ketua Partai Buruh Said Iqbal juga telah hadir dan menyampaikan orasi politik yang menyoroti pentingnya momentum May Day sebagai sarana perjuangan kelas pekerja.
“May Day adalah momentum bagi kaum buruh untuk menyuarakan harapan. Buruh tidak hanya menuntut, tapi juga menawarkan jalan keadilan sosial bagi seluruh rakyat,” tegas Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), dalam keterangannya.
Enam Tuntutan Buruh pada May Day 2025
Dalam aksi May Day kali ini, buruh menyuarakan enam tuntutan utama yang dianggap mendesak dan merefleksikan kebutuhan riil pekerja Indonesia. Tuntutan tersebut adalah:
-Menghapus sistem outsourcing, yang dinilai mengeksploitasi tenaga kerja dan menghilangkan kepastian kerja.
-Membentuk Satuan Tugas (Satgas) Anti-PHK, guna mencegah pemutusan hubungan kerja sepihak dan massal.
-Mewujudkan sistem pengupahan layak, dengan menyesuaikan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak (KHL).
-Mengawal pengesahan RUU Ketenagakerjaan baru, yang lebih melindungi hak-hak pekerja secara komprehensif.
-Mendesak pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) untuk memberikan jaminan hukum bagi pekerja domestik.
-Mendorong pengesahan RUU Perampasan Aset, sebagai langkah strategis dalam pemberantasan korupsi.
“May Day bukan sekadar perayaan, melainkan panggung untuk menyuarakan keadilan sosial dan hak-hak pekerja. Keenam isu ini merupakan cermin dari kebutuhan nyata buruh Indonesia,” ujar Said Iqbal di hadapan ribuan peserta aksi.
Aksi Serentak di Berbagai Wilayah Indonesia
Aksi buruh tidak hanya terpusat di Jakarta. May Day 2025 juga diperingati secara serentak di lebih dari 15 kota besar di seluruh Indonesia. Di antaranya: Surabaya, Semarang, Lampung, Medan, Palembang, Makassar, Batam, Cirebon, Serang, Bekasi, Tangerang, Gresik, Banjarmasin, Pontianak, dan Balikpapan.
Tercatat lebih dari 1 juta buruh mengikuti aksi damai secara nasional, membawa spanduk dan poster yang berisi tuntutan serta aspirasi mereka terhadap pemerintah baru.
Respons Pemerintah dan Harapan Buruh
Kehadiran Presiden Prabowo dalam aksi May Day menjadi sinyal positif bahwa pemerintahan yang akan datang bersedia mendengar langsung aspirasi buruh, terutama di tengah dinamika ketenagakerjaan pasca-pandemi dan transformasi ekonomi digital.
Meski Prabowo belum menyampaikan pidato resmi dalam aksi tersebut, sejumlah buruh mengaku optimistis. Mereka berharap, pertemuan langsung dengan kepala negara akan membawa perubahan nyata terhadap kebijakan ketenagakerjaan yang lebih adil dan berpihak.
“Kami harap, Prabowo bukan hanya datang untuk formalitas, tapi juga mendengarkan suara kami dan mewujudkan tuntutan menjadi kebijakan nyata,” ujar seorang peserta aksi dari Serikat Buruh Metal Nasional.