Minyak

Harga Minyak Dunia Melonjak, Dipicu Kekhawatiran Gangguan Pasokan dan Sanksi AS terhadap Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak, Dipicu Kekhawatiran Gangguan Pasokan dan Sanksi AS terhadap Iran
Harga Minyak Dunia Melonjak, Dipicu Kekhawatiran Gangguan Pasokan dan Sanksi AS terhadap Iran

JAKARTA – Harga minyak dunia kembali mengalami lonjakan tajam pada Rabu, di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi terganggunya pasokan minyak mentah global. Sanksi baru yang dikeluarkan Amerika Serikat terhadap Iran serta penurunan stok bahan bakar di AS turut memperkuat sentimen kenaikan harga.

Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2025 naik signifikan sebesar US$1,14 atau sekitar 1,9 persen menjadi US$62,47 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Juni 2025 juga naik sebesar US$1,18 atau 1,8 persen, menjadi US$65,85 per barel di London ICE Futures Exchange.

Kenaikan harga minyak ini dipicu oleh kekhawatiran pasar atas langkah Amerika Serikat yang kembali memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak Iran, termasuk menyasar kilang-kilang minyak skala kecil di Tiongkok yang diketahui masih menjalin kerja sama energi dengan Iran.

Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump secara agresif mendorong kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran, dengan tujuan menghentikan total ekspor minyak negara tersebut. Langkah ini diambil menjelang dimulainya kembali perundingan antara AS dan Iran mengenai program nuklir yang dijadwalkan berlangsung akhir bulan ini.

"Kami ingin memastikan bahwa ekspor minyak Iran benar-benar turun ke titik nol," tegas Trump dalam pernyataannya, dikutip dari Reuters. Ia juga menyatakan bahwa tekanan ekonomi ini adalah bagian dari strategi untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.

Cadangan Minyak AS Naik, Tapi BBM dan Distilat Turun

Meski harga minyak mentah global melonjak, data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah Amerika Serikat justru mengalami peningkatan. Dalam laporan mingguan yang dirilis pada Rabu , disebutkan bahwa cadangan minyak AS bertambah 515.000 barel menjadi 442,9 juta barel pada pekan yang berakhir 11 April 2025.

Peningkatan ini sedikit lebih tinggi dari prediksi para analis, yang sebelumnya memperkirakan kenaikan sebesar 507.000 barel. Namun, meski pasokan minyak mentah naik, stok bahan bakar minyak (BBM) dan distilat – termasuk solar dan minyak pemanas – justru mengalami penurunan, yang turut memperkuat dorongan kenaikan harga.

"Data EIA menunjukkan pasar masih menghadapi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan bahan bakar, terutama distilat," ujar analis energi dari Again Capital, John Kilduff.

Penurunan stok BBM menunjukkan tingginya konsumsi dalam negeri, yang biasanya menjadi sinyal positif bagi harga minyak karena menandakan peningkatan permintaan. Hal ini juga diperparah oleh kekhawatiran bahwa ketegangan geopolitik dapat mengganggu rantai pasokan global.

Ketegangan Geopolitik dan Dampaknya terhadap Pasar Energi

Kebijakan sanksi terbaru AS terhadap Iran kembali memicu kekhawatiran mengenai potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah, yang selama ini menjadi pusat produksi minyak dunia. Iran sendiri merupakan salah satu produsen utama minyak mentah di dunia, dan sanksi terhadap ekspornya akan berdampak pada ketersediaan pasokan global.

Situasi ini menambah ketidakpastian di pasar energi yang sebelumnya telah bergejolak akibat ketegangan geopolitik, cuaca ekstrem di beberapa kawasan produsen, serta tren transisi energi di negara-negara besar.

Pasar kini akan mencermati dengan seksama jalannya negosiasi antara AS dan Iran terkait program nuklir. Jika pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan, pasar memperkirakan harga minyak akan terus merangkak naik.

"Kami melihat risiko kenaikan harga tetap tinggi dalam jangka pendek hingga menengah, terutama jika negosiasi antara AS dan Iran tidak membuahkan hasil," ujar ekonom energi dari Commerzbank, Carsten Fritsch, dalam laporan analisanya.

Implikasi Bagi Konsumen dan Ekonomi Global

Kenaikan harga minyak dunia secara langsung akan memengaruhi harga bahan bakar di tingkat konsumen, yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Hal ini juga dapat memengaruhi biaya produksi sektor industri, transportasi, dan logistik secara keseluruhan.

Para pelaku pasar dan pemerintah di berbagai negara saat ini disarankan untuk melakukan langkah antisipatif dalam menghadapi fluktuasi harga minyak yang diperkirakan akan terus berlanjut hingga situasi geopolitik mereda.

Dengan dinamika global yang masih penuh ketidakpastian, harga minyak diprediksi akan tetap volatil dalam beberapa pekan ke depan, tergantung pada perkembangan diplomasi internasional, kebijakan produksi negara OPEC+, dan respons pasar terhadap data ekonomi global yang akan dirilis selanjutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index