Emas

Harga Emas Diprediksi Tembus Rp 2,15 Juta per Gram, Ketegangan Geopolitik dan Suku Bunga AS Jadi Pemicu

Harga Emas Diprediksi Tembus Rp 2,15 Juta per Gram, Ketegangan Geopolitik dan Suku Bunga AS Jadi Pemicu
Harga Emas Diprediksi Tembus Rp 2,15 Juta per Gram, Ketegangan Geopolitik dan Suku Bunga AS Jadi Pemicu

JAKARTA – Harga emas diperkirakan akan terus mengalami penguatan signifikan dan berpotensi menembus angka psikologis Rp 2 juta per gram dalam waktu dekat. Bahkan, analis memperkirakan logam mulia produksi PT Aneka Tambang (Antam) bisa mencapai hingga Rp 2,15 juta per gram, seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, lonjakan harga emas ini dipicu oleh sejumlah faktor utama, mulai dari konflik bersenjata yang berkecamuk di kawasan Timur Tengah dan Eropa, hingga perang dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat (AS) dan China.

“Kemungkinan besar harga emas bukan cuma ke Rp 2 juta, tapi bisa naik ke Rp 2.050.000 sampai Rp 2.150.000,” kata Ibrahim.

Harga emas Antam memang terus mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pada Sabtu (12/4/2025), harga emas batangan Antam tercatat berada di level Rp 1.904.000 per gram. Tren kenaikan ini diperkirakan masih akan berlanjut, seiring meningkatnya permintaan investor terhadap aset safe haven seperti emas.

Harga Global Bisa Tembus USD 3.400 per Troy Ounce

Di pasar internasional, harga emas juga mengalami reli yang cukup signifikan. Berdasarkan data perdagangan spot pada Senin (14/4/2025), harga emas dunia mencapai USD 3.213,69 per troy ons, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi USD 3.245,42 per troy ons.

Ibrahim memprediksi harga global bisa menyentuh angka USD 3.400 per troy ons, atau setara dengan Rp 55,4 juta per troy ons jika mengacu pada kurs rupiah Rp 16.300 per dolar AS. Menurutnya, lonjakan ini sangat mungkin terjadi pada kuartal III atau IV tahun 2025, apabila situasi geopolitik dan ekonomi global tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

“3.400 dollar AS itu kemungkinan dicapai di kuartal III. Kalau itu terjadi, bisa lebih besar lagi dampaknya,” ujarnya.

Suku Bunga The Fed dan Inflasi Jadi Faktor Penentu

Selain ketegangan geopolitik, kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) juga disebut sebagai katalis penting dalam pergerakan harga emas. Ibrahim menilai inflasi yang mulai melandai di Negeri Paman Sam memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga hingga lebih dari tiga kali sepanjang tahun ini.

“Kondisi ini akan dimanfaatkan investor untuk membeli logam mulia. Karena emas tetap jadi instrumen lindung nilai paling menarik di tengah risiko resesi global,” jelas Ibrahim.

Kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed biasanya berdampak pada pelemahan dolar AS, yang pada gilirannya akan mendorong harga emas naik. Emas menjadi semakin menarik bagi investor karena nilainya cenderung stabil di tengah fluktuasi pasar global.

Optimisme Lembaga Finansial Internasional

Optimisme terhadap lonjakan harga emas tidak hanya datang dari analis dalam negeri. Lembaga keuangan global Goldman Sachs juga memberikan proyeksi serupa. Dalam laporan terbarunya, mereka memperkirakan harga emas dunia dapat mencapai USD 3.700 per troy ons atau setara sekitar Rp 60,3 juta pada akhir 2025.

Prediksi ini didasarkan pada peningkatan permintaan dari bank sentral di berbagai negara serta potensi memburuknya kondisi geopolitik dan ekonomi global, yang bisa memicu resesi.

Antam Cetak Rekor Penjualan Emas

Tren harga emas yang terus meningkat juga tercermin dari kinerja PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Sepanjang 2024, perusahaan mencatatkan penjualan emas tertinggi sepanjang sejarahnya. Permintaan tinggi dari pasar domestik maupun internasional mendorong volume penjualan emas naik signifikan.

Dengan latar belakang ketidakpastian global, semakin banyak masyarakat yang memilih untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk emas. Logam mulia dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman dibandingkan instrumen investasi lainnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index