JAKARTA — Pemerintah Kota Balikpapan terus melakukan langkah progresif dalam mengatasi persoalan sampah yang kian kompleks. Melalui transformasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar menjadi fasilitas penghasil energi ramah lingkungan, Pemkot menargetkan solusi jangka panjang dalam pengelolaan limbah yang selama ini menjadi tantangan besar.
Melalui kolaborasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Pemkot Balikpapan telah merancang strategi terintegrasi sejak tahun 2022. Strategi ini digulirkan bersama Kementerian Keuangan melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dalam bentuk kajian komprehensif pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
“Ke depan, wajah TPA tidak akan lagi seperti yang kita kenal saat ini. Bukan lagi sekadar tempat menimbun sampah, tapi akan kita ubah menjadi fasilitas yang mampu mengolah sampah menjadi energi listrik melalui teknologi insinerator,” kata Kepala DLH Balikpapan, Sudirman, usai rapat koordinasi pekan lalu.
TPA Manggar Diproyeksi Maksimal di 2028, Inovasi Jadi Keharusan
Saat ini, TPA Manggar menampung sekitar 400 ton sampah per hari, angka yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi. Tanpa inovasi dalam pengelolaan, TPA yang terletak di kawasan timur Balikpapan ini diprediksi akan mencapai kapasitas maksimum pada tahun 2028.
Menjawab ancaman ini, teknologi insinerator dipilih sebagai solusi utama. Teknologi ini akan memusnahkan sampah dengan pembakaran bersuhu tinggi dan menghasilkan energi listrik dari limbah padat kota. Tidak hanya mengelola sampah baru, insinerator tersebut juga dirancang untuk “menambang ulang” tumpukan sampah lama di zona 1 hingga zona 5 TPA Manggar.
“Insya Allah, ke depan kita tidak akan melihat lagi pemandangan gunungan sampah seperti sekarang. Zona 1 sampai zona 5 yang selama ini penuh, akan kita tambang kembali. Lahan bisa kita manfaatkan kembali secara lebih optimal,” jelas Sudirman.
5 Hektare Disiapkan, Energi Listrik Capai 15 Megawatt
Dari total luas TPA Manggar sekitar 40 hektare, sebanyak 5 hektare akan dialokasikan khusus untuk pembangunan fasilitas insinerator. Pembangunan akan dilakukan secara bertahap sesuai hasil kajian teknis dan ketersediaan anggaran.
Meski hasil akhir kajian teknis masih ditunggu, DLH memperkirakan insinerator akan menghasilkan energi listrik sebesar 13.000 hingga 15.000 kilowatt (13–15 megawatt). Energi ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan kota atau disalurkan ke jaringan listrik nasional melalui PLN.
Transformasi TPA ini sejalan dengan visi jangka panjang Balikpapan sebagai kota ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Ekonomi Sirkular Didorong Lewat TPST dan Pusat Daur Ulang
Selain pembangunan insinerator, DLH juga tengah mengembangkan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dan Pusat Daur Ulang (PDU). Kedua fasilitas ini akan menjadi bagian penting dalam menciptakan ekosistem ekonomi sirkular—di mana sampah dianggap bukan sebagai limbah, melainkan sumber daya yang dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.
“Insinerator bukan satu-satunya solusi. Kami juga menyiapkan TPST dan PDU untuk mendorong pemilahan sampah dari sumber, mengurangi sampah organik, dan meningkatkan kapasitas daur ulang. Ini semua bagian dari strategi besar menuju pengelolaan sampah yang terpadu,” ujar Sudirman.
Edukasi dan Partisipasi Masyarakat Jadi Kunci Keberhasilan
Sudirman menekankan bahwa keberhasilan proyek ini tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat. Edukasi dan perubahan paradigma terkait sampah menjadi elemen vital dalam program ini.
“Kami ingin mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengubah paradigma. Sampah bukan musuh, tapi sumber daya. Jika dikelola dengan benar, sampah bisa menjadi berkah, bukan beban,” tegasnya.
Program pengelolaan sampah modern ini tidak hanya ditujukan untuk menjawab tantangan lingkungan, tetapi juga bertujuan menciptakan nilai tambah ekonomi serta mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya daur ulang dan pengurangan limbah plastik.
Menuju Kota Percontohan Nasional
Pemkot Balikpapan berharap bahwa proyek ini bisa menjadi role model bagi daerah-daerah lain di Indonesia yang menghadapi permasalahan serupa dalam pengelolaan sampah. Dengan visi kota bersih, sehat, dan hijau, Balikpapan menatap masa depan sebagai kota yang tak lagi menimbun sampah, tetapi memanfaatkannya sebagai sumber energi kehidupan.
Transformasi TPA Manggar adalah langkah strategis menuju kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan—sebuah tonggak baru dalam sejarah pengelolaan sampah di Indonesia.