Listrik

Diler Neta Auto Tutup di Singapura Setelah 3 Bulan Beroperasi, Pemudik Mobil Listrik di Indonesia Justru Meningkat Drastis

Diler Neta Auto Tutup di Singapura Setelah 3 Bulan Beroperasi, Pemudik Mobil Listrik di Indonesia Justru Meningkat Drastis
Diler Neta Auto Tutup di Singapura Setelah 3 Bulan Beroperasi, Pemudik Mobil Listrik di Indonesia Justru Meningkat Drastis

JAKARTA — Dunia otomotif kembali diwarnai dinamika yang menarik perhatian publik. Diler pertama dan satu-satunya milik produsen mobil listrik asal Tiongkok, Neta Auto, resmi tutup di Singapura hanya dalam waktu tiga bulan setelah debut peluncurannya. Di saat bersamaan, Indonesia justru mencatatkan lonjakan signifikan dalam penggunaan mobil listrik selama musim mudik Lebaran 2025.

Kabar mengenai penutupan diler Neta Auto di Singapura ini menjadi sorotan besar media otomotif pada Jumat (11/4/2025), lantaran kehadiran Neta sebelumnya dianggap sebagai langkah ekspansi besar dari industri kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok ke Asia Tenggara. Namun, seperti dilaporkan oleh Paultan, kondisi keuangan yang tak stabil di internal perusahaan diduga kuat menjadi penyebab utama mundurnya Neta dari pasar Singapura.

Disebutkan pula bahwa diler tersebut kini dalam kondisi kosong. Tidak ada satu pun kendaraan yang dipajang, dan aktivitas operasional sama sekali tidak tampak. “Situasi diler terlihat sepi, tidak ada kendaraan maupun staf di dalamnya,” demikian laporan yang dikutip dari Paultan.

Ironi: Pasar Singapura Lesu, Pasar Indonesia Bergairah

Sementara Neta Auto mengalami kemunduran di Singapura, tren berbeda justru terjadi di Indonesia. Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan mobil listrik oleh para pemudik selama arus mudik dan balik Lebaran 2025.

Menurut laporan dari Antara, terjadi lonjakan hingga 4,9 kali lipat dalam jumlah transaksi pengisian daya listrik di SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) dibandingkan periode Lebaran tahun sebelumnya. Bahkan, konsumsi listrik tercatat meningkat drastis, yakni naik 5,8 kali lipat per kilowatt hour (kWh).

Fenomena ini menunjukkan bahwa adopsi kendaraan listrik di Indonesia mulai memasuki tahap yang lebih serius dan meluas. Peningkatan penggunaan mobil listrik saat Lebaran juga membuktikan bahwa infrastruktur pengisian daya di Indonesia semakin siap melayani kebutuhan masyarakat luas, bahkan di masa-masa puncak mobilitas seperti musim mudik.

Wuling Terus Kuasai Pasar Mobil Listrik Indonesia

Seiring meningkatnya animo masyarakat terhadap mobil listrik, Wuling Motors—produsen asal Tiongkok yang lebih dulu hadir di pasar Indonesia—terus memperkuat posisinya dengan menawarkan berbagai model kendaraan listrik dengan harga bersaing. Saat ini, Wuling memiliki tiga model andalan di segmen EV yang dikemas dalam konsep ABC Stories, yakni Air ev, BinguoEV, dan Cloud EV.

Model-model tersebut menyasar segmen berbeda dengan harga yang variatif dan terjangkau. Misalnya, Air ev sebagai model termurah ditawarkan dengan harga mulai dari Rp 180 jutaan, menjadikannya salah satu mobil listrik paling ekonomis di pasar Indonesia. Strategi ini terbukti efektif dalam menarik minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

“Wuling menjadi pelopor mobil listrik di Indonesia dan terus memperluas pilihan produknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ungkap laporan kumparanOTO yang merangkum perkembangan terbaru industri EV di Indonesia.

Momentum Kebijakan dan Kesadaran Energi Hijau

Kondisi yang terjadi saat ini menunjukkan pentingnya sinergi antara kesiapan infrastruktur, penawaran produk yang kompetitif, serta dukungan kebijakan dari pemerintah untuk mendorong transisi menuju energi bersih melalui kendaraan listrik.

Meski pasar Singapura belum mampu menopang operasional Neta Auto, Indonesia sebaliknya menunjukkan potensi besar berkat ekosistem yang kian berkembang. Kehadiran SPKLU di rest area, kota besar, hingga daerah tujuan wisata menjadi faktor penentu dalam mendorong kepercayaan publik terhadap penggunaan mobil listrik jarak jauh.

Hal ini juga sejalan dengan target pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index