MINYAK

Kementerian ESDM Naikkan Harga Minyak Mentah Indonesia Akibat Imbas Ekonomi Cina

Kementerian ESDM Naikkan Harga Minyak Mentah Indonesia Akibat Imbas Ekonomi Cina
Kementerian ESDM Naikkan Harga Minyak Mentah Indonesia Akibat Imbas Ekonomi Cina

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) untuk Januari 2025 menjadi USD 76,81 per barel. Keputusan ini memperlihatkan peningkatan sebesar 7,26% atau USD 5,2 dibandingkan dengan harga bulan sebelumnya yang tercatat USD 71,61 per barel. Kenaikan ini dilatarbelakangi oleh optimisme pasar menyusul kebijakan ekonomi terbaru yang dikeluarkan oleh Cina dan berbagai faktor lain yang turut mempengaruhi dinamika pasar minyak global.

Menurut Muhammad Rizwi JH, pelaksana harian Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK), pihak ESDM menaikkan harga ICP seiring dengan melonjaknya harga minyak mentah di pasar internasional. "Kenaikan ini seiring dengan meningkatnya harga minyak mentah utama di pasar internasional. Hal ini dipengaruhi optimisme pasar, setelah Cina mengumumkan rencana melanjutkan penurunan suku bunga dan tambahan stimulus fiskal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujar Rizwi dalam siaran persnya yang dikutip pada Senin 17 Februari 2025.

Keputusan untuk menetapkan harga ICP ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 59.K/MG.01/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia pada bulan Januari 2025, yang ditandatangani pada 12 Februari 2025.

Berdasarkan proyeksi terbaru dari organisasi negara pengekspor minyak atau OPEC, permintaan minyak mentah global pada 2025 diperkirakan akan meningkat sebanyak 1,45 juta barel per hari, mencapai total 105,2 juta barel. Peningkatan permintaan ini sebagian besar didorong oleh kebutuhan ekonomi Cina yang terus berkembang serta meningkatnya permintaan bahan bakar dari sektor transportasi dan kilang petrokimia global.

Suhu ekstrem di belahan bumi utara juga mempengaruhi permintaan minyak. Musim dingin yang lebih lama dan intens telah mengakibatkan melonjaknya kebutuhan bahan bakar pemanas ruangan, sehingga menambah tekanan pada suplai dan harga minyak global. "Selain itu, kekhawatiran pasar akan pengetatan pasokan dan permintaan minyak mentah dunia. Hal ini menyusul penerapan pengetatan sanksi yang lebih luas atas minyak mentah Rusia dan Iran, serta pengenaan sanksi lebih lanjut dari Amerika dan Eropa atas kapal tanker yang membawa minyak mentah Rusia, turut memengaruhi harga minyak mentah global," jelas Rizwi.

Setelah mencatat penurunan stok minyak mentah sebesar 500 ribu barel menjadi 415,1 juta barel di Amerika Serikat pada Januari, laporan mingguan dari Energy Information Administration (EIA) mencatatkan pengurangan stok yang juga berimplikasi pada meningkatnya harga ICP. Melemahnya nilai tukar dolar AS juga menambah ketertarikan investor untuk beralih pada investasi berbasis dolar, yang turut menggerakkan harga ke atas.

Di sisi kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah dipicu oleh pembaruan kapasitas pengolahan di kilang milik pemerintah Cina. Lonjakan ini terjadi bersamaan dengan jatuhnya kilang swasta yang kesulitan mengimbangi beban akibat sanksi dari Amerika Serikat. "Di samping itu, terdapat peningkatan permintaan minyak mentah dari Timur Tengah, bersamaan dengan pengenaan sanksi yang lebih luas terhadap minyak mentah Rusia dan Iran. Hal ini terkonfirmasi dengan kenaikan Official Selling Price atau OSP minyak mentah Arab Saudi yang diekspor ke Asia US$ 0,4 - US$ 0,6 per barel," tambah Rizwi.

Kenaikan harga minyak global juga tercermin dari sejumlah indikator utama lainnya. Harga rata-rata Dated Brent melonjak dari USD 73,94 menjadi USD 79,23 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan dari USD 69,7 menjadi USD 75,1 per barel. Brent (ICE) menunjukkan peningkatan harga dari USD 73,13 menjadi USD 78,35 per barel dan Basket OPEC membumbung dari USD 73 menjadi USD 79,5 per barel.

Dengan meningkatnya harga minyak mentah global ini, pemerintah melalui Kementerian ESDM melihat perlunya menyesuaikan harga ICP. Ini menunjukkan bahwa sektor energi Indonesia tetap responsif terhadap dinamika pasar internasional dan menemukan keseimbangan antara permintaan domestik dan pengaruh global.

Menurut Rizwi, segala kondisi yang terjadi, baik dari sisi kebijakan ekonomi Cina, tantangan geopolitik, hingga dinamika cuaca ekstrim, menjadi perhatian utama pihaknya dalam melakukan penyesuaian ini. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas pasokan dan harga minyak mentah nasional, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi negeri.

Dengan berbagai tantangan dan peluang yang silih berganti di tahun 2025, sektor energi nampaknya akan terus menjadi sorotan utama dalam perkembangan ekonomi Indonesia dan global, di mana perubahan harga minyak menjadi salah satu indikator penting yang harus terus dipantau dan dianalisis secara komprehensif untuk kebijakan yang lebih adaptif dan strategis ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index