JAKARTA – Tumpukan sampah sepanjang sekitar 500 meter di saluran irigasi pertanian di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, dikeluhkan para petani setempat. Masalah ini dianggap serius karena mengancam lahan persawahan warga yang selama ini menjadi sumber penghidupan utama mereka.
Kondisi irigasi yang dipenuhi berbagai jenis sampah, termasuk limbah plastik dan organik, dinilai berpotensi besar mencemari sawah, menurunkan kesuburan tanah, dan mengganggu pertumbuhan tanaman padi yang sedang ditanam.
“Masalahnya, kalau sampah-sampah ini tetap akan masuk di sawah, itu sangat mengganggu,” kata Surajid, seorang petani dari Desa Bumiayu, saat diwawancarai.
Menurut Surajid, keberadaan sampah yang mengalir ke areal persawahan bukan hanya mengotori, tetapi juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman. Ia khawatir hasil panen menurun jika permasalahan ini tidak segera ditangani oleh pihak berwenang.
Limbah Plastik Rugikan Kesuburan Tanah
Keluhan senada disampaikan Wawan, petani lainnya yang juga terdampak langsung oleh menumpuknya sampah tersebut. Ia menyoroti dampak jangka panjang dari sampah plastik yang tidak bisa terurai secara alami.
“Sangat terganggu lah. Itu kan (plastik) tidak bisa busuk, nanti dampaknya sama tanah dan tanaman,” ungkap Wawan. Ia menambahkan, jika dibiarkan, kualitas lahan akan menurun dan proses penanaman padi bisa terganggu secara menyeluruh.
Para petani menyebutkan bahwa mereka biasanya bisa membersihkan saluran irigasi secara mandiri, namun kondisi saat ini sudah melewati batas kemampuan mereka. “Ini harusnya segera diangkut (sampah), jangan dibiarkan seperti ini. Kalau kita petani bisa kerja sendiri kalau sampahnya sedikit, ini kebanyakan,” imbuh Wawan.
Upaya Pemerintah Masih Terkendala Protes Warga
Menanggapi keluhan tersebut, Tasdir, Juru Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air wilayah setempat, menjelaskan bahwa pemerintah daerah sebenarnya telah merencanakan aksi kerja bakti untuk membersihkan sampah di saluran irigasi.
Menurutnya, pihaknya sempat membuka pintu air agar sampah-sampah bisa terkumpul di satu titik dan lebih mudah diangkut. Namun, langkah tersebut justru mendapat protes dari warga karena menimbulkan bau busuk yang menyebar ke permukiman.
“Tadi kan sudah koordinasi dengan teman-teman, karena besok mau kerja bakti makanya pintu air dibuka supaya sampahnya terkumpul,” kata Tasdir.
Namun, kondisi di lapangan berubah ketika volume sampah yang mengumpul menimbulkan bau tak sedap. Akibatnya, pintu air lainnya terpaksa dibuka agar sampah mengalir bersama aliran air, meski hal itu membuat sebagian sampah tetap masuk ke lahan pertanian.
“Masyarakat semua komplain karena sampah semua naik menimbulkan bau busuk. Makanya dilepas semua ini sampah mengalir sama air,” terangnya.
Tasdir menyebutkan bahwa tumpukan sampah yang berada di saluran irigasi mencakup sepanjang 500 meter. Ia memastikan pihaknya bersama warga tetap akan melakukan kerja bakti pembersihan secara gotong royong.
“Kita tetap akan kerja bakti bersama teman-teman. Sepanjang pemantauan saya, tumpukan sampah ini sepanjang 500 meter,” pungkasnya.
Ancaman Serius bagi Ketahanan Pangan Lokal
Persoalan sampah yang menyumbat saluran irigasi di Polman tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menjadi ancaman bagi ketahanan pangan lokal. Lahan persawahan yang tercemar bisa menyebabkan gagal panen, yang berdampak langsung pada pendapatan petani dan distribusi beras lokal.
Para pemerhati lingkungan dan tokoh masyarakat setempat juga mulai angkat bicara, mendorong agar pemerintah daerah segera mengambil tindakan nyata dan menyusun strategi jangka panjang dalam pengelolaan limbah domestik dan irigasi pertanian.
Hingga kini, belum ada kepastian apakah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan instansi terkait akan turun langsung membantu proses pembersihan saluran air tersebut. Namun masyarakat berharap agar permasalahan ini menjadi prioritas bersama, mengingat pentingnya fungsi irigasi bagi keberlangsungan pertanian di Kabupaten Polewali Mandar.