Pertambangan

Emisi Karbon Masih Jadi Tantangan Utama Pertambangan Hingga 2025

Emisi Karbon Masih Jadi Tantangan Utama Pertambangan Hingga 2025
Emisi Karbon Masih Jadi Tantangan Utama Pertambangan Hingga 2025

JAKARTA - Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) menyatakan bahwa emisi karbon akan tetap menjadi tantangan terbesar dalam industri pertambangan hingga tahun 2025. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah seminar yang membahas mengenai kontribusi industri pertambangan terhadap pemanasan global dan tantangan yang dihadapi dalam menurunkan emisi karbon.
Industri pertambangan adalah salah satu sektor yang berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca. Seiring dengan meningkatnya perhatian global terhadap dampak perubahan iklim, perusahaan-perusahaan tambang dihadapkan pada tekanan untuk melakukan pengurangan emisi dan mengambil langkah-langkah yang lebih ramah lingkungan.

Ketua Aspindo, Irwandy Arif, menjelaskan bahwa meskipun telah terjadi banyak peningkatan dalam teknologi serta efisiensi operasional, industri ini masih menghadapi berbagai tantangan yang sulit. "Industri pertambangan terus berupaya menurunkan emisi karbon namun menghadapi berbagai kendala, terutama yang terkait dengan biaya dan teknologi," ujar Irwandy Arif.
Salah satu langkah penting yang disebutkan oleh Irwandy adalah peningkatan investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi hijau yang lebih efisien. Teknologi ini dapat membantu perusahaan mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan operasional mereka. "Kami mendorong perusahaan-perusahaan tambang untuk meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi rendah karbon yang bisa diterapkan dalam operasi sehari-hari," tambahnya.

Tidak hanya itu, kebijakan pemerintah juga memainkan peran penting dalam mendorong pengurangan emisi karbon. Kebijakan yang mendukung penggunaan energi bersih dan pembatasan terhadap penggunaan bahan bakar fosil dianggap dapat mempercepat transisi industri pertambangan menuju operasi yang lebih berkelanjutan.
Namun, Irwandy menggarisbawahi bahwa implementasi kebijakan tersebut perlu diiringi dengan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, termasuk fasilitas dan insentif dari pemerintah. "Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan institusi penelitian sangat penting untuk mencapai target emisi yang telah ditetapkan," tegas Irwandy.

Di sisi lain, ada sejumlah perusahaan pertambangan yang telah melakukan terobosan dengan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan dan memanfaatkan teknologi hijau. Ini termasuk penggunaan sumber energi terbarukan dalam operasional pertambangan, serta pengolahan limbah yang lebih efisien.
Para analis industri mencatat bahwa keberlanjutan dalam operasi pertambangan tidak hanya sebagai tanggung jawab sosial tetapi juga menawarkan peluang keuntungan ekonomi jangka panjang. Perusahaan yang mampu mengadopsi teknologi hijau lebih awal dapat mengurangi beban biaya terkait dengan regulasi lingkungan yang semakin ketat.

Menanggapi tantangan ini, berbagai pemangku kepentingan industri pertambangan juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik mengenai upaya yang dilakukan oleh industri untuk menanggulangi emisi karbon. "Transparansi dan komunikasi yang efektif adalah kunci agar masyarakat memahami proses dan kemajuan yang telah dibuat industri dalam menghadapi isu emisi karbon," kata Irwandy.
Secara keseluruhan, meski terdapat banyak tantangan yang menghadang, terdapat juga optimisme bahwa industri pertambangan di Indonesia dapat menurunkan emisi karbonnya secara signifikan sebelum 2025. Langkah ini tidak hanya penting bagi keberlanjutan lingkungan, tetapi juga untuk memastikan daya saing industri di pasar global yang semakin menuntut praktik berkelanjutan.
Dengan demikian, kolaborasi yang erat antara pemerintah, lembaga penelitian, dan perusahaan sangatlah vital dalam memenangkan pertarungan melawan emisi karbon. Tantangan besar tetap ada, tetapi dengan strategi yang tepat, harapan untuk pertambangan yang lebih ramah lingkungan dapat menjadi kenyataan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index