JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan kinerja impresif sepanjang kuartal I 2025. Bank syariah terbesar di Indonesia ini berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 1,87 triliun, naik 10% secara tahunan (year-on-year / YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,7 triliun.
Kinerja keuangan positif ini dirilis dalam laporan keuangan resmi BSI pada Rabu. Pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan setelah distribusi bagi hasil, yang tercatat naik menjadi Rp 4,78 triliun dari sebelumnya Rp 4,38 triliun pada kuartal I 2024.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, menyatakan bahwa capaian ini menjadi bukti ketangguhan model bisnis syariah di tengah tantangan ekonomi global dan nasional. "Alhamdulillah, BSI mampu mempertahankan tren pertumbuhan laba secara berkelanjutan. Ini hasil dari kepercayaan nasabah dan strategi bisnis yang adaptif," ujar Hery dalam keterangan tertulisnya.
Intermediasi dan Likuiditas Tetap Terjaga
BSI juga terus memperkuat perannya dalam fungsi intermediasi. Total portofolio pembiayaan per kuartal I 2025 mencapai Rp 286,59 triliun, didukung oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 319,34 triliun. Meski terjadi kenaikan pada rasio pembiayaan terhadap simpanan atau Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi 89,87% dari sebelumnya 83,05%, bank tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko.
“Rasio FDR yang meningkat menunjukkan permintaan pembiayaan yang tinggi, namun kami pastikan kualitas tetap terjaga melalui prinsip syariah dan manajemen risiko yang kuat,” jelas Hery.
Tantangan tetap ada, terutama dari sisi beban impairment yang mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp 664,4 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 541,3 miliar. Namun demikian, kualitas pembiayaan tetap solid dengan rasio pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) gross berada di level 1,88% dan NPF net di 0,51%, jauh di bawah ambang batas industri perbankan.
Aset Tembus Rp 400 Triliun, BSI Kokoh di Puncak Bank Syariah Nasional
Total aset BSI per Maret 2025 menembus angka Rp 400,88 triliun, memperkuat posisi BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. Angka ini menjadi tonggak penting dalam upaya BSI membangun daya saing tidak hanya di ranah nasional, tapi juga di kawasan Asia Tenggara.
Capaian tersebut juga memperkuat kesiapan BSI dalam ekspansi bisnis jangka menengah, termasuk rencana penerbitan sustainability sukuk senilai Rp 3 triliun yang akan menjadi bagian dari strategi pembiayaan berkelanjutan perusahaan.
“Kami berkomitmen untuk terus menjadi motor penggerak keuangan syariah di Indonesia dengan inovasi layanan, inklusi keuangan, dan penguatan aspek ESG (Environmental, Social, and Governance),” tegas Hery.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Kendati menunjukkan performa positif, BSI menghadapi penurunan tipis pada Net Imbalan (NI), yang turun dari 5,38% menjadi 5,31% secara YoY. Penurunan ini menjadi indikasi adanya tekanan pada efisiensi margin pembiayaan yang dapat dipengaruhi oleh dinamika suku bunga dan kompetisi pasar.
Namun, prospek BSI ke depan tetap menjanjikan. Dengan dukungan digitalisasi layanan, optimalisasi jaringan cabang, serta penguatan inklusi keuangan syariah di berbagai segmen masyarakat, BSI diperkirakan dapat mempertahankan laju pertumbuhannya sepanjang 2025.
Analis perbankan syariah menilai langkah strategis BSI yang mengintegrasikan aspek bisnis dan nilai-nilai syariah menjadi faktor pembeda utama. "BSI menunjukkan bahwa bank syariah bisa bersaing bahkan unggul dengan pengelolaan yang profesional, modern, dan akuntabel," ungkap seorang analis dari Lembaga Riset Keuangan Syariah Indonesia.