JAKARTA - Pembahasan mengenai hubungan antara uang dan kebahagiaan kembali menguat seiring banyaknya penelitian yang menyoroti topik tersebut dari berbagai sudut pandang.
Alih-alih menegaskan satu jawaban mutlak, beragam studi justru menunjukkan bahwa peran uang terhadap kesejahteraan emosional jauh lebih kompleks dan dipengaruhi banyak faktor lain di luar materi.
Berbagai temuan ilmiah dari lembaga dan peneliti internasional mengungkap bahwa uang memang memiliki efek positif terhadap kualitas hidup. Namun, manfaat itu tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan seseorang.
Perdebatan ini menjadi semakin menarik karena setiap studi menghadirkan lapisan baru: mulai dari manfaat uang bagi kelompok berpendapatan rendah hingga batas di mana uang tidak lagi menambah kebahagiaan emosional.
Pendapatan Lebih Tinggi Tetap Berkaitan dengan Kepuasan Hidup
Penelitian modern menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pendapatan dan kepuasan hidup. Studi yang dirilis ScienceDaily mengungkap bahwa kebahagiaan cenderung meningkat seiring bertambahnya penghasilan.
Matthew Killingsworth, peneliti utama dalam studi tersebut, menemukan bahwa efek menguntungkan uang terhadap kesejahteraan tetap terlihat bahkan pada kelompok berpenghasilan tinggi.
Temuan serupa juga diulas oleh CNBC melalui riset dari Wharton School. Studi tersebut menekankan bahwa penghasilan lebih besar memberikan fleksibilitas dalam mengambil keputusan penting. Mulai dari mengurangi tekanan finansial, meningkatkan akses layanan kesehatan, hingga memberi ruang untuk hidup lebih bebas.
Pada kelompok berpendapatan rendah, peningkatan penghasilan justru memberikan dampak yang jauh lebih signifikan. Kenaikan pendapatan membantu memenuhi kebutuhan dasar dan memberi rasa aman, dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis seseorang.
Uang Tidak Selalu Berbanding Lurus dengan Kebahagiaan
Meskipun hubungan positif itu ada, para ahli mengingatkan bahwa uang bukan satu-satunya penentu kebahagiaan. Penelitian klasik dari ekonom peraih Nobel Daniel Kahneman dan Angus Deaton menunjukkan bahwa kebahagiaan emosional hanya meningkat hingga pendapatan tertentu sebelum efeknya melandai, dikutip dari The Guardian.
Studi lain yang dirilis ScienceDaily juga menegaskan bahwa kenaikan pendapatan tidak selalu memberikan kebahagiaan tambahan bagi setiap individu.
Ada sebagian kecil responden yang tetap merasa tidak bahagia walaupun kondisi finansial mereka membaik. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi individu, kondisi emosional, hingga karakter personal memiliki peran besar dalam menentukan dampak uang terhadap kesejahteraan.
Dengan kata lain, uang memang dapat memperbaiki kondisi hidup, tetapi tidak otomatis memperbaiki kondisi mental atau emosional seseorang.
Faktor Non-Material yang Lebih Menentukan Kebahagiaan
Selain aspek finansial, penelitian menggarisbawahi betapa pentingnya elemen non-material dalam membentuk kebahagiaan jangka panjang.
Laporan Forbes menekankan bahwa hubungan sosial yang sehat, kestabilan mental, rasa memiliki tujuan hidup, hingga keseimbangan aktivitas menjadi faktor yang sering kali lebih dominan dalam menentukan kebahagiaan seseorang.
Forbes menyebut bahwa uang memang dapat mendukung kualitas hidup, misalnya melalui kenyamanan dan keamanan. Namun, uang tidak mampu menggantikan makna hidup atau kepuasan batin.
Aspek-aspek seperti interaksi sosial, rasa dicintai, kemampuan mengekspresikan diri, serta tercapainya tujuan hidup memiliki pengaruh lebih besar terhadap kebahagiaan jangka panjang.
Dengan demikian, uang sebaiknya dipandang sebagai alat pendukung, bukan tujuan akhir. Kekayaan membuka peluang untuk hidup lebih nyaman dan aman, tetapi tidak serta-merta membuat seseorang merasa bahagia jika aspek non-finansial dalam hidupnya tidak terpenuhi.
Kesimpulan: Uang Penting, tetapi Bukan Segalanya
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa uang memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup. Namun, uang bukan jaminan utama kebahagiaan. Banyak faktor non-material seperti hubungan sosial, kesehatan mental, dan makna hidup justru memiliki pengaruh lebih besar setelah kebutuhan dasar terpenuhi.
Pendapatan tinggi memang memberikan kemudahan dan mengurangi tekanan finansial. Tetapi pada titik tertentu, pengaruhnya terhadap kebahagiaan emosional akan mulai menurun.
Oleh karena itu, membangun kehidupan yang seimbang—mengatur keuangan dengan baik sekaligus menjaga kesehatan fisik, mental, serta hubungan sosial—menjadi cara paling efektif untuk mencapai kebahagiaan jangka panjang.
Dalam konteks ini, para ahli sepakat bahwa kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh berapa banyak uang yang dimiliki, tetapi bagaimana seseorang menjalani hidup, menghadapi tantangan, dan menemukan makna dalam setiap pengalamannya.