JAKARTA - Manchester United kembali menjadi sorotan jelang laga kontra West Ham, namun bukan hanya soal performa tim.
Perhatian kini tertuju pada kondisi psikologis Matheus Cunha, striker yang didatangkan dari Wolves seharga £62,5 juta dan hingga kini belum menunjukkan ketajaman sesuai ekspektasi. Situasi ini menimbulkan diskusi luas mengenai tekanan besar yang mengikuti setiap rekrutan mahal di Old Trafford.
Sejak bergabung pada musim panas lalu, Cunha baru mengemas satu gol—ke gawang Brighton pada Oktober. Minimnya kontribusi tersebut bukan hanya memengaruhi kepercayaan diri sang pemain, tetapi juga menambah tekanan dari publik, media, dan atmosfer kompetitif di Manchester United.
Meski begitu, Ruben Amorim menunjukkan dukungan penuh. Sang pelatih memastikan bahwa Cunha tetap masuk daftar skuad yang akan tampil di Old Trafford melawan West Ham pada Kamis malam waktu setempat. Dukungan ini seolah menjadi sinyal bahwa Amorim ingin menjaga mental pemainnya di tengah kritik tajam.
Sebelumnya, dua pertandingan lini depan United diisi Joshua Zirkzee. Meski demikian, gaya bermain Cunha yang penuh flair membuatnya tetap mendapat tempat khusus di hati fans, bahkan dibandingkan dengan legenda klub, Eric Cantona.
Tekanan dan Penilaian Amorim atas Performanya
Ruben Amorim tidak menutupi bahwa Cunha sedang berada dalam masa sulit. Ia mengakui bahwa tekanan bermain di klub sebesar Manchester United membuat sang striker terlalu fokus pada statistik gol, sesuatu yang justru menghambat performanya.
“Dia masih punya banyak level untuk dicapai. Dia datang ke klub dengan tekanan berbeda. Ketika tidak mencetak gol, dia mulai terlalu fokus pada angka-angka itu,” ujar Amorim. “Tapi pengaruhnya di tim tetap sangat penting.”
Sang pelatih juga menyinggung maraknya komentar negatif di media sosial, meski ia menegaskan bahwa pernyataannya hanya bentuk respons ringan terhadap pertanyaan seputar penyalahgunaan platform digital terhadap pemain dan pelatih.
Bagi Amorim, keseimbangan mental lebih penting dari sekadar performa angka. “Saya tidak membaca itu semua. Saya melindungi diri sendiri. Saya bahkan tidak menonton TV saat mereka membahas Manchester United,” katanya.
Amorim menyadari bahwa opini publik bisa menjadi distraksi. Karena itu, ia memilih menjaga jarak. “Saya bisa kehilangan uang dari sponsor Instagram, tapi kesehatan keluarga dan kehidupan normal jauh lebih berharga. Tidak ada yang lebih keras menilai saya selain diri saya sendiri ketika tim tidak bermain baik.”
Dukungan penuh Amorim menunjukkan bahwa pelatih asal Portugal itu memahami bahwa tekanan statistik bisa mengganggu proses adaptasi pemain baru, terutama yang dibebani harga mahal.
Kondisi Skuad: Maguire dan Sesko Masih Belum Bisa Tampil
Di tengah dukungan untuk Cunha, Amorim juga membawa kabar lain terkait kondisi skuadnya. Ia memastikan bahwa Harry Maguire dan Benjamin Sesko masih harus absen pada laga melawan West Ham.
Absennya dua pemain tersebut tentu menambah tantangan bagi United yang sedang mencari konsistensi. Maguire menjadi figur penting dalam beberapa pertandingan sebelumnya, sementara Sesko merupakan elemen krusial di lini serang.
Amorim menambahkan bahwa terdapat dua pemain lain yang masih diragukan tampil. Namun ia memilih merahasiakan identitasnya agar strategi tidak terbaca lawan.
“Sisanya dalam kondisi baik,” ujarnya singkat.
Meski tidak merinci, pernyataan tersebut mempertegas bahwa United masih berjuang menghadapi masalah cedera di beberapa lini, terutama pemain-pemain kunci.
Dalam konteks ini, kembalinya Cunha tidak hanya menjadi solusi alternatif, tetapi momentum penting bagi lini serang United yang sedang kesulitan menghadirkan gol pada momen-momen krusial.
Cunha di Persimpangan: Beban Publik vs Harapan Klub
Minimnya produktivitas gol membuat banyak pihak mempertanyakan apakah Matheus Cunha mampu memenuhi ekspektasi sebagai striker utama Manchester United. Namun bagi Ruben Amorim, perjalanan Cunha masih panjang dan tidak bisa diukur sebatas jumlah gol.
Situasi Cunha cukup kompleks. Ia datang dengan nilai transfer tinggi, ekspektasi besar, dan harus beradaptasi dengan perubahan gaya bermain tim di bawah Amorim. Tekanan tersebut diperkuat oleh pandangan publik yang menilai pemain penyerang hanya dari jumlah gol.
Di saat yang sama, gaya bermain Cunha yang eksplosif, kreatif, dan penuh flair masih membuat fans menaruh kepercayaan padanya. Beberapa suporter bahkan membandingkan sentuhannya dengan Eric Cantona—ikon klub yang dikenal dengan aura berkelas dan kreativitas tanpa batas.
Dua pertandingan terakhir memang membuatnya tersisih dari starting XI, namun keputusan Amorim untuk memanggilnya kembali menunjukkan kepercayaan yang tidak luntur. Sang pelatih tahu bahwa striker bisa kembali produktif begitu tekanan mereda dan kepercayaan diri kembali terbangun.
Dalam konteks inilah dukungan pelatih menjadi penting. Pemain yang terlalu terbebani angka sering kali terjebak dalam tekanan diri sendiri, dan sebelum kualitas teknis berbicara, aspek mental harus lebih dulu dipulihkan.
Waktunya Bangkit atau Tenggelam
Dengan beban ekspektasi besar yang terus menghantuinya, laga melawan West Ham bisa menjadi titik balik bagi Matheus Cunha. Kembalinya ia ke skuad menunjukkan bahwa Amorim masih melihat potensi besar yang bisa digali.
Di tengah absennya Maguire dan Sesko, serta kondisi skuad yang tidak sepenuhnya ideal, United membutuhkan pemain yang mampu tampil berani dan menjawab tantangan. Cunha memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa harga £62,5 juta bukanlah beban permanen, melainkan awal dari perjalanan baru.
Pertanyaannya kini, apakah ia siap menjadikan dukungan pelatih sebagai dorongan, atau tetap terjebak dalam tekanan angka yang menghantuinya?
Yang jelas, Amorim sudah memberikan sinyal kuat: performa Cunha lebih dari sekadar statistik.