Singaraja Putra

Singaraja Putra Mantapkan Rencana Produksi Batu Bara 2026

Singaraja Putra Mantapkan Rencana Produksi Batu Bara 2026
Singaraja Putra Mantapkan Rencana Produksi Batu Bara 2026

JAKARTA - PT Singaraja Putra Tbk. (SINI) terus menegaskan komitmennya untuk memperluas kapasitas produksi batu bara, seiring dengan proyeksi kebutuhan pasar yang tetap stabil dalam beberapa tahun mendatang. 

Perseroan memasang target produksi ambisius untuk tahun 2026, dengan menyiapkan sejumlah langkah strategis agar aktivitas operasional dapat berjalan sesuai rencana. 

Melalui pemantapan infrastruktur, penyempurnaan perizinan, hingga optimalisasi kegiatan hauling, perusahaan berupaya memastikan kesiapan menyambut fase produksi berikutnya.

Rencana besar tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Utama SINI, Amir Antolis, dalam laporan public expose yang dipublikasikan pada Jumat. Ia menggarisbawahi bahwa perusahaan telah memulai pengiriman batu bara sejak November 2025, termasuk memenuhi kewajiban pasar domestik.

Rencana Produksi 2,4 Juta Ton Jadi Langkah Strategis

SINI menargetkan untuk memproduksi total 2,4 juta ton batu bara pada 2026. Target ini diajukan bersamaan dengan penyampaian Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk tahun operasional mendatang. Amir menjelaskan bahwa target tersebut berasal dari dua entitas anak usaha yang menjadi motor produksi utama.

Dalam RKAB yang diajukan, SINI menetapkan rencana produksi sebesar 900.000 ton untuk PT Pasir Bara Prima. Sementara PT Persada Kapuas Prima ditargetkan menghasilkan 1.500.000 ton batu bara.

“Rencana produksi ini kami ajukan dalam RKAB tahun 2026 dan sedang dalam proses permohonan,” jelas Amir.

Langkah penyusunan target sejak dini dilakukan untuk memastikan kesiapan rantai produksi, termasuk kapasitas hauling, ketersediaan infrastruktur, dan kelancaran arus logistik menuju titik penjualan.

Pengiriman Batu Bara ke China dan Pemenuhan DMO

Seiring penyusunan rencana produksi, SINI juga melaporkan bahwa perusahaan telah melakukan aktivitas penjualan batu bara pada November 2025. Produk tersebut dikirim kepada pembeli di China, menandai keberlanjutan pasar ekspor perusahaan di tengah dinamika harga batu bara global.

“Kami juga tidak lupa untuk melakukan kewajiban pemenuhan pasar lokal yaitu pemenuhan untuk Domestic Market Obligation (DMO),” tuturnya.

Komitmen terhadap DMO menjadi salah satu fokus utama perseroan, mengingat pemerintah terus mengawasi kewajiban suplai batu bara untuk kebutuhan energi dalam negeri. Pemenuhan pasar lokal menjadi salah satu indikator kepatuhan perusahaan, sekaligus menjaga stabilitas operasional.

Aktivitas Hauling dan Produksi Tetap Berjalan

Untuk menjaga kelancaran rantai produksi, entitas usaha SINI dikabarkan terus menjalankan kegiatan hauling dan proses penjualan batu bara. 

Aktivitas ini merupakan bagian penting dalam operasional tambang, mengingat keberhasilan produksi tidak hanya ditentukan oleh volume penambangan, tetapi juga efektivitas distribusi menuju titik stockpile dan pelabuhan.

Hingga November 2025, SINI mencatat bahwa jumlah batu bara yang masih tersisa di stockpile mencapai sekitar 7.000 ton untuk PT Pasir Bara Prima. Sementara PT Persada Kapuas Prima memiliki stok sekitar 15.000 ton.

“Kegiatan akan terus berlanjut dengan memperhatikan situasi jalan dan cuaca yang mendukung. Kami berharap ini akan terus berjalan ke depannya sampai dengan memenuhi proyeksi di tahun depan sesuai dengan RKAB yang sudah direncanakan,” ungkap manajemen.

Kondisi jalan hauling dan cuaca memang menjadi dua faktor yang sangat memengaruhi proses produksi batu bara. SINI menegaskan bahwa seluruh aktivitas dilakukan dengan mempertimbangkan situasi lapangan, agar operasional dapat berjalan aman dan efektif.

Anak Usaha Belum Beroperasi, Perizinan dan Infrastruktur Dipercepat

Dalam laporan tersebut, manajemen juga menjabarkan perkembangan aktivitas anak usaha perseroan di bawah PT Dwi Daya Swakarya. Hingga saat ini, dua anak perusahaan di bawah entitas tersebut belum beroperasi secara komersial. Meski begitu, sejumlah langkah persiapan tengah dilakukan.

Proses penyempurnaan perizinan menjadi salah satu pekerjaan utama yang harus dirampungkan sebelum kegiatan produksi dimulai. Selain itu, perusahaan juga menyelesaikan ganti rugi pembebasan lahan, yang merupakan tahapan penting untuk membuka akses tambang.

Manajemen menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur tambang sedang berjalan. Infrastruktur ini diperlukan untuk memastikan kelancaran aktivitas tambang ketika produksi sudah dimulai. Tahapan tersebut mencakup perbaikan dan pembukaan akses jalan hingga fasilitas penunjang produksi.

Penguatan Akses Hauling Jadi Fokus Pengembangan

Infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama dalam pengembangan tambang SINI. Perusahaan menyampaikan bahwa pembangunan dan perbaikan jalan hauling terus dilanjutkan pada kuartal IV 2025 dan diproyeksikan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.

“Perseroan memperkuat infrastruktur dan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk infrastruktur dari pada pertambangan ini terutama untuk jalan hauling yang akan terus dilanjutkan pada kuartal IV dan tahun-tahun yang akan datang. Jadi perlu diketahui untuk infrastruktur ini diperlukan juga pemeliharaan,” jelas manajemen.

Investasi pada jalan hauling sangat krusial dalam kegiatan penambangan, karena jalur tersebut menjadi tulang punggung transportasi batu bara dari lokasi tambang ke titik pengumpulan. Tanpa akses yang baik, proses distribusi batu bara dapat terhambat dan memengaruhi pencapaian target produksi.

Dengan terus memperkuat infrastruktur dan memastikan kepatuhan perizinan, SINI berupaya memantapkan pondasi operasionalnya untuk mencapai produksi 2,4 juta ton pada 2026. Komitmen ini menunjukkan optimisme perusahaan terhadap kondisi pasar batu bara dan kemampuan internal untuk mengelola pertumbuhan secara berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index