JAKARTA - Bunga Rafflesia hasseltii kembali menarik perhatian masyarakat Indonesia setelah video viral memperlihatkan aktivis lingkungan Septian Riki menangis haru melihat mekarnya bunga ini di hutan Bengkulu.
Momen emosional tersebut bukan sekadar keindahan bunga raksasa, tetapi juga menandai pencapaian panjang dalam penelitian konservasi puspa langka ini. Selama 13 tahun, peneliti dan aktivis menunggu momen langka tersebut untuk melakukan pengamatan langsung.
Keindahan Rafflesia hasseltii yang muncul hanya beberapa hari dalam setahun membuat setiap kemunculannya menjadi peristiwa langka. Video viral ini memicu diskusi luas soal pentingnya pelestarian spesies endemik yang tumbuh di habitat alami Indonesia.
Keterlibatan Ilmiah BRIN di Lapangan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan keterlibatan aktif peneliti lokal dalam proses identifikasi, verifikasi spesies, dan pengumpulan sampel. Proses ini dilakukan dengan prosedur ilmiah yang ketat dan etis.
“Keberadaan tim BRIN di lokasi bukan hanya untuk dokumentasi, tetapi memastikan seluruh prosedur ilmiah berjalan benar dan beretika,” jelas Joko Ridho Witono, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN yang memimpin ekspedisi.
Bunga yang terekam video viral ini memang Rafflesia hasseltii, salah satu dari 16 jenis Rafflesia di Indonesia. Keberadaan tim BRIN memastikan data yang dikumpulkan valid dan bisa digunakan untuk riset genetik dan konservasi jangka panjang.
Rafflesia Hasseltii dalam Konteks Riset Besar
Temuan kali ini menjadi bagian dari penelitian besar berjudul The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia, sebuah proyek kolaboratif dengan University of Oxford Botanic Garden and Arboretum dan Program RIIM Ekspedisi BRIN.
Penelitian ini melibatkan BRIN, Universitas Bengkulu, dan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. Fokus riset adalah mengumpulkan sampel, melakukan analisis genetik, dan memetakan distribusi spesies Rafflesia di berbagai wilayah Indonesia.
Indonesia memiliki keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia, dengan 16 jenis. Dari jumlah tersebut, 13 spesies sudah dikoleksi sampelnya untuk analisis genetik. Data ini menjadi fondasi penting untuk konservasi berbasis ilmiah dan masyarakat.
Perjalanan Ekspedisi: Dari Bengkulu ke Sumatera Barat
Awalnya, tim BRIN berencana meneliti di Desa Tanjung Gelang dan Selamat Sudiarjo, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Namun informasi valid tentang bunga mekar datang dari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
Tim bergerak cepat setelah menerima laporan akurat. Bunga yang muncul di kawasan hutan non-kawasan konservasi tersebut menjadi catatan penting untuk strategi pelestarian. Tim lapangan dibantu pemandu lokal, Iswandi, penjaga kawasan hutan nagari setempat.
Keberadaan Rafflesia di lahan masyarakat, seperti kebun kopi atau sawit, menekankan pentingnya konservasi berbasis komunitas. “Tanpa edukasi, keberadaan Rafflesia rentan hilang akibat aktivitas manusia,” kata Joko.
Inovasi Metode Penelitian: Whole Genome Sequencing
Salah satu kemajuan signifikan dalam riset ini adalah penggunaan metode Whole Genome Sequencing (WGS). Sebelumnya, penelitian Rafflesia hanya menganalisis potongan DNA berukuran 500–1500 base pair.
Kini, BRIN mampu memetakan jutaan pasangan basa, sehingga gambaran genom utuh setiap spesies dapat dianalisis. Joko optimistis, jika seluruh jenis Rafflesia berhasil di-sequence, Indonesia akan menjadi pelopor penelitian Rafflesia global.
Pendekatan genom utuh membuka peluang menemukan jenis baru yang sebelumnya tidak teridentifikasi hanya dari morfologi atau DNA parsial. Indikasi awal menunjukkan keberadaan beberapa jenis baru, tetapi kepastian menunggu hasil genom lengkap.
Pelestarian Berbasis Komunitas dan Data Ilmiah
Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan konservasi Rafflesia tidak hanya bergantung pada ilmuwan, tetapi juga pada masyarakat lokal yang menjaga habitat bunga. Pendekatan kolaboratif antara peneliti, universitas, dan komunitas menjadi kunci menjaga keanekaragaman hayati.
Selain itu, data ilmiah dari analisis genetik dan ekspedisi lapangan menjadi dasar kebijakan pelestarian jangka panjang. Dengan pendekatan ilmiah dan partisipasi masyarakat, Rafflesia hasseltii dapat terus bertahan di habitat alaminya.
BRIN menegaskan bahwa proses penelitian ini menekankan keseimbangan antara dokumentasi ilmiah, konservasi, dan etika lapangan. Hasil riset tidak hanya menjadi catatan akademik, tetapi juga alat untuk edukasi masyarakat mengenai pentingnya melestarikan flora langka Indonesia.