Wadah Ramah

Inovasi Wadah Ramah Lingkungan Korean Air Kurangi Emisi

Inovasi Wadah Ramah Lingkungan Korean Air Kurangi Emisi
Inovasi Wadah Ramah Lingkungan Korean Air Kurangi Emisi

JAKARTA - Perubahan besar tengah dilakukan Korean Air pada layanan makan di dalam pesawat.

Jika selama dua dekade wadah makanan tidak berubah, kini maskapai asal Korea Selatan ini memulai langkah baru dengan memperkenalkan material berbasis pulp non-kayu.

Pendekatan ini menegaskan ambisi Korean Air untuk mempercepat transformasi keberlanjutan, terutama dalam mengurangi jejak karbon melalui inovasi yang diterapkan langsung pada pengalaman penumpang.

Mulai Desember 2025, wadah makanan baru yang dibuat dari jerami, tebu, dan bambu akan diperkenalkan secara bertahap.

Material berbahan nabati tersebut dipilih karena tidak memerlukan penebangan pohon, menjadikannya opsi yang lebih bertanggung jawab ketimbang plastik maupun kertas konvensional.
Maskapai menyebut langkah ini sebagai investasi jangka panjang untuk keberlanjutan operasional.

“Transisi ke wadah makanan dalam pesawat ini merupakan investasi jangka panjang yang penting dalam perlindungan lingkungan dan operasi berkelanjutan,” ujar perwakilan Korean Air dalam keterangan resmi, Selasa (25/11/2025).
Penerapannya bakal dimulai pada rute tertentu sebelum diperluas ke seluruh jaringan penerbangan pada akhir 2026.

Wadah Pulp Nabati Kurangi Emisi dan Tingkatkan Ketahanan

Wadah yang digunakan nantinya memiliki ketahanan panas lebih baik sehingga dapat mempertahankan bentuk meski terkena suhu tinggi dalam waktu lama.
Kualitas tersebut penting mengingat makanan dalam penerbangan sering kali diproses dalam kondisi suhu ekstrem.

Korean Air memperkirakan penggunaan wadah ini akan memangkas emisi karbon terkait hingga 60 persen.
Selain menjadi upaya mengurangi plastik, langkah ini juga merefleksikan keselarasan maskapai terhadap tren global dekarbonisasi di industri penerbangan.

Wadah baru ini akan digunakan untuk menu utama di kelas ekonomi, terutama makanan Korea dan Barat.
Dengan demikian, perubahan akan terasa langsung oleh mayoritas penumpang yang menggunakan layanan kelas tersebut.

Langkah Keberlanjutan Lain: Dari Bambu hingga Daur Ulang Seragam

Inisiatif ramah lingkungan Korean Air sebenarnya bukan hal baru.Sebelumnya, mereka telah mengganti peralatan makan sekali pakai berbahan plastik dengan material bambu. Maskapai juga memperkenalkan serbet serat bambu yang tidak diputihkan pada 2023 sebagai bagian dari pengurangan limbah kimia.

Program daur ulang pun dilakukan secara internal.Seragam awak kabin yang sudah tidak terpakai diubah menjadi kantong medis, sementara selimut yang sudah melewati masa pakai didaur ulang menjadi penutup kantong air panas yang dapat digunakan kembali. 

Setiap langkah diarahkan untuk memperpanjang siklus hidup material sekaligus menurunkan volume limbah.

Selain maskapai, sejumlah bandara juga memperkuat komitmen keberlanjutan.
Salah satunya adalah Singapura yang mulai menerapkan retribusi tambahan bagi setiap penumpang yang berangkat dari negara tersebut.

Singapura Tambah Retribusi untuk Danai Bahan Bakar Berkelanjutan

Mulai 1 April 2026, penumpang yang membeli tiket untuk penerbangan dari Singapura akan dikenakan retribusi khusus.
Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) menjelaskan bahwa pungutan tersebut digunakan untuk pembelian bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF). 

Kebijakan ini berlaku untuk seluruh maskapai dan seluruh kelas layanan.

Penumpang ekonomi atau ekonomi premium akan membayar biaya antara 1 hingga 10,40 dolar Singapura, tergantung jarak dan tujuan penerbangan. Sementara itu, penumpang kelas bisnis dan kelas utama akan membayar empat kali lipat dari biaya kelas ekonomi, mengikuti standar perhitungan emisi karbon antar kelas kabin.

“Pelancong yang terbang lebih jauh akan membayar lebih banyak karena penerbangan yang lebih lama mengonsumsi lebih banyak bahan bakar,” ujar CAAS pada 10 November 2025.
Biaya akan langsung tercantum terpisah pada tiket sehingga transparan bagi penumpang.

CAAS mengelompokkan destinasi dalam empat kategori geografis. Kelompok 1 mencakup Asia Tenggara, sedangkan Kelompok 2 mencakup Asia Timur Laut, Asia Selatan, Australia, dan Papua Nugini.Kelompok 3 meliputi Afrika, Eropa, Timur Tengah, dan Selandia Baru, sedangkan Kelompok 4 mencakup Amerika.

Dengan skema baru ini, penumpang ekonomi akan membayar 1 dolar Singapura untuk tujuan Bangkok, 2,80 dolar ke Tokyo, 6,40 dolar ke London, dan 10,40 dolar ke New York.Angka ini lebih rendah dari prediksi CAAS sebelumnya pada 2024, yang memperkirakan retribusi untuk penerbangan jarak jauh mencapai 16 dolar Singapura.

Kolaborasi Maskapai dan Bandara untuk Masa Depan Penerbangan

Upaya Korean Air dalam memperbarui wadah makanan berbasis pulp nabati dapat memberikan dampak signifikan bagi industri. Selain mengurangi plastik sekali pakai, inovasi ini menegaskan bahwa perubahan kecil dalam operasional penerbangan dapat berkontribusi pada pengurangan karbon global.

Di sisi lain, kebijakan retribusi SAF dari Singapura menunjukkan bahwa perubahan sistemik juga diperlukan di tingkat bandara. Upaya bersama ini mencerminkan mobilisasi global untuk menciptakan industri penerbangan yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan.

Dengan kombinasi inovasi material ramah lingkungan, program daur ulang internal maskapai, serta kebijakan pendukung dari otoritas bandara, masa depan penerbangan hijau semakin nyata. Perubahan mungkin terjadi bertahap, tetapi arah pergerakan industri kini semakin jelas menuju keberlanjutan jangka panjang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index