JAKARTA - Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai (Tahura) tengah mempersiapkan kawasan mangrove yang sempat menjadi showcase dalam pertemuan G20 untuk dijadikan objek wisata kelas premium. Hal ini menyusul rencana pemerintah pusat yang akan menyerahkan pengelolaan aset tersebut kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dalam waktu dekat. Dengan luas area sekitar 10 hektar yang ditanami mangrove oleh para kepala negara saat G20, kawasan tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata alam yang menarik.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tahura Ngurah Rai, I Ketut Subandi, mengungkapkan bahwa setelah penyerahan resmi dari pemerintah pusat, kawasan mangrove G20 ini akan dikelola oleh Pemprov Bali dan dikembangkan untuk pemanfaatan yang lebih optimal. “Nanti setelah diserahkan aset ini ke Pemprov Bali, akan dikembangkan pemanfaatannya, mungkin di sini jadi objek wisata yang kelas premium,” ujarnya di lokasi mangrove.
Menurut Subandi, Tahura Ngurah Rai saat ini mengelola total 1.373 hektar kawasan mangrove di Bali, dan sudah sekitar 10 persen dari area tersebut yang telah diubah menjadi ekowisata. Dengan penambahan kawasan seluas 10 hektar, kawasan mangrove yang ditanami oleh kepala negara pada pertemuan G20 tersebut akan menjadi bagian dari destinasi wisata baru yang diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
Rencana Pengembangan dan Potensi Ekonomi
Kawasan showcase mangrove G20 tersebut memiliki lebih dari 30 jenis pohon bakau yang berbeda, yang tentunya menambah daya tarik untuk dijadikan objek wisata. Subandi berharap pengelolaan kawasan ini dapat memberikan dampak positif, baik dari sisi pariwisata maupun ekonomi daerah. “Harapan kita akan mendapatkan nilai pendapatan daerah yang lumayan,” katanya. Subandi juga menambahkan bahwa pengelolaan kawasan mangrove ini diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan daerah melalui peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung.
Saat ini, proses penyerahan aset tersebut sudah mulai berjalan dan diperkirakan akan rampung dalam waktu dekat. Sejak Oktober 2024 lalu, pemeliharaan dan perawatan kawasan mangrove yang sebelumnya menjadi area showcase G20 sudah dialihkan sepenuhnya ke Pemprov Bali. Namun, Subandi menegaskan bahwa perawatan kawasan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Diperkirakan lebih dari Rp1 miliar dibutuhkan setiap tahunnya untuk menjaga kelestarian kawasan tersebut agar tetap terjaga dan siap untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata.
Peran Penting Pemeliharaan dan Infrastruktur
Tahura Ngurah Rai berharap proses penyerahan hak pengelolaan segera selesai agar kawasan ini bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Menurut Subandi, perawatan dan pengelolaan yang baik akan menjamin kawasan ini tidak hanya menjadi tempat wisata yang menarik, tetapi juga mendukung upaya konservasi alam. Selain itu, penting untuk membangun infrastruktur yang memadai, seperti fasilitas pendukung pariwisata dan akses yang lebih baik menuju kawasan mangrove.
Dengan adanya pengelolaan yang lebih terstruktur, kawasan mangrove G20 ini diharapkan menjadi salah satu destinasi ekowisata terkemuka di Bali, yang menawarkan pengalaman wisata alam yang mengedukasi sekaligus berkelanjutan. Tahura Ngurah Rai berkomitmen untuk menjadikan kawasan ini sebagai bagian penting dalam upaya pelestarian alam serta pendorong perekonomian Bali melalui sektor pariwisata.
Dukungan Pemprov Bali untuk Pengembangan Wisata Mangrove
Pemprov Bali, yang kini bertanggung jawab atas pengelolaan kawasan tersebut, telah menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan kawasan mangrove sebagai bagian dari upaya memperkuat pariwisata berbasis alam. Penanaman mangrove yang dilakukan oleh para kepala negara pada G20 lalu menjadi simbol komitmen global terhadap pelestarian alam dan pentingnya ekosistem mangrove.
Kawasan ini diharapkan tidak hanya menjadi objek wisata yang memikat, tetapi juga menjadi model pengelolaan wisata alam yang berkelanjutan. Dengan lebih banyak pihak yang terlibat, termasuk komunitas lokal dan sektor swasta, kawasan mangrove G20 bisa menjadi contoh bagi pengembangan destinasi wisata alam lainnya di Bali dan Indonesia pada umumnya.
Sebagai informasi, ekowisata di kawasan mangrove sudah terbukti memiliki dampak positif, tidak hanya untuk sektor pariwisata, tetapi juga untuk konservasi dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove. Oleh karena itu, pengembangan kawasan mangrove ini diharapkan mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Bali, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.
Dengan potensi yang dimilikinya, kawasan mangrove G20 ini diharapkan dapat menjadi ikon pariwisata baru Bali, yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi pendapatan daerah dan pelestarian lingkungan.