Waskita Karya

Rugi Bersih Waskita Karya Membengkak Jadi Rp 1,24 Triliun di Kuartal I 2025, Restrukturisasi Jadi Fokus Pemulihan

Rugi Bersih Waskita Karya Membengkak Jadi Rp 1,24 Triliun di Kuartal I 2025, Restrukturisasi Jadi Fokus Pemulihan
Rugi Bersih Waskita Karya Membengkak Jadi Rp 1,24 Triliun di Kuartal I 2025, Restrukturisasi Jadi Fokus Pemulihan

JAKARTA – PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), perusahaan konstruksi milik negara, mencatat lonjakan kerugian bersih pada kuartal I 2025, mencapai Rp 1,24 triliun. Angka tersebut meningkat signifikan dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 939,55 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Data ini diungkapkan melalui laporan keuangan Waskita Karya per Maret 2025 yang dipublikasikan dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Minggu. Kerugian ini juga berdampak pada peningkatan rugi per saham dasar menjadi Rp 43,26 per lembar saham, dari sebelumnya Rp 32,62.

Tak hanya rugi bersih, Waskita juga mencatat kerugian dari entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 122,96 miliar, serta laba rugi yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali sebesar Rp 117,97 miliar.

Penurunan kinerja keuangan juga tercermin pada sisi pendapatan usaha yang anjlok dari Rp 2,18 triliun menjadi Rp 1,35 triliun. Laba kotor pun turun 17,74 persen menjadi hanya Rp 255,29 miliar.

Meski begitu, kas dan setara kas Waskita sedikit tumbuh 2,79 persen menjadi Rp 2,93 triliun per akhir Maret 2025, naik dari Rp 2,85 triliun di periode yang sama tahun lalu. Namun total aset perusahaan tercatat menurun 3,19 persen year-to-date (YtD) menjadi Rp 74,69 triliun. Liabilitas ikut turun 1,64 persen menjadi Rp 68,13 triliun, sementara ekuitas merosot tajam 16,80 persen ke angka Rp 6,55 triliun.

Beban keuangan pada kuartal pertama 2025 mencapai Rp 901,75 miliar, sedikit lebih rendah dari kuartal I 2024 yang berada di angka Rp 1,10 triliun.

Strategi Pemulihan dan Restrukturisasi Digenjot

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Selasa lalu di Jakarta, manajemen Waskita Karya menegaskan bahwa pemulihan kinerja keuangan dan operasional tetap menjadi prioritas utama perusahaan.

Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, menyatakan bahwa perusahaan telah menjalankan skema restrukturisasi besar-besaran bersama 22 kreditur perbankan dengan nilai outstanding Rp 31,65 triliun.

“Skema restrukturisasi tersebut telah efektif sejak 17 Oktober 2024. Berkat restrukturisasi yang dijalankan, Perseroan menjadi lebih optimal dalam menata keuangannya,” ujar Ermy dalam keterangan tertulis.

Selain itu, Waskita juga telah menyelesaikan restrukturisasi atas Obligasi Non-Penjaminan senilai Rp 3,35 triliun, yang telah mendapat persetujuan dari tiga seri obligasi melalui Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).

Dalam konteks restrukturisasi operasional, perusahaan kini memfokuskan diri sebagai kontraktor murni dan menghindari skema pembayaran turnkey, demi menjaga arus kas dan stabilitas modal kerja. Proyek-proyek baru diupayakan menggunakan skema pembayaran bulanan.

“Perusahaan menitikberatkan pada pemulihan kegiatan operasional inti dengan fokus menjadi kontraktor murni,” jelas Ermy.

Ia juga menambahkan, “Manajemen berkomitmen untuk melakukan perbaikan tata kelola demi mencapai bisnis perusahaan yang prudent dan sustain.”

EBITDA Positif dan Laba Induk pada 2024

Meskipun rugi di kuartal pertama 2025, secara konsolidasi Waskita mencatat peningkatan EBITDA yang signifikan hingga 347 persen, dari negatif Rp 0,4 triliun menjadi positif Rp 0,9 triliun. Peningkatan ini didorong oleh efisiensi beban usaha dan pendapatan dari divestasi sebagian saham di Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).

Kinerja induk Waskita atau secara stand alone juga menunjukkan perbaikan dengan mencetak laba berjalan sebesar Rp 4,8 triliun pada 2024. Laba ini berasal dari pengakuan keuntungan modifikasi utang serta perbaikan margin laba kotor yang naik dari 0,6 persen pada 2023 menjadi 5,7 persen di 2024.

Waskita juga berhasil menurunkan beban keuangan sebesar 1,8 persen menjadi Rp 4,3 triliun, seiring dengan restrukturisasi pinjaman dan divestasi proyek tol.

Sepanjang tahun lalu, perusahaan berkontribusi kepada negara dengan pembayaran pajak sebesar Rp 1,8 triliun secara konsolidasi. Sementara itu, Nilai Kontrak Baru (NKB) mencapai Rp 9,55 triliun, dan realisasi pendapatan usaha menyentuh Rp 10,7 triliun atau 101 persen dari target Revisi RKAP.

Komitmen CSR dan Tata Kelola Berkelanjutan

Di sisi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Waskita menyalurkan dana Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) sebesar Rp 4,4 miliar selama 2024. Sebanyak Rp 2,9 miliar dialokasikan ke Program Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) untuk 94 mitra binaan, dan Rp 1,5 miliar untuk program non-PUMK seperti bantuan bencana, pendidikan, serta sarana air bersih dan pengelolaan sampah.

“Kegiatan TJSL Waskita Karya terbagi ke dalam empat pilar yaitu sosial, ekonomi, lingkungan, serta hukum dan tata kelola. Ke depannya, Perseroan berkomitmen akan terus menjalankan peran tanggung jawab sosial perusahaan yang memberi manfaat luas bagi masyarakat,” ucap Ermy.

Skor asesmen Good Corporate Governance (GCG) Waskita pun meningkat dari 90,62 menjadi 92,1, yang menunjukkan predikat “sangat baik”.

Menutup penjelasannya, Ermy menegaskan, “Kami berharap usai RUPST, Waskita bisa berlari lebih kencang lagi untuk mengejar sejumlah target pemulihan. Perseroan percaya seluruh keputusan yang telah disetujui oleh para pemegang saham dalam rapat tahunan ini akan berdampak baik bagi Waskita Karya sebagai BUMN konstruksi yang sudah lebih dari 64 tahun berkontribusi bagi bangsa dan negara.”

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index