JAKARTA – PT Astra International Tbk (ASII), emiten yang dikenal dengan diversifikasi bisnisnya yang luas, melaporkan kenaikan pendapatan konsolidasi sebesar 3% pada kuartal pertama tahun 2025. Namun, meskipun pendapatan naik, laba bersih perusahaan justru mengalami penurunan signifikan sebesar 9%, menjadi Rp7,4 triliun. Penurunan ini dipengaruhi oleh lesunya sektor otomotif dan batu bara, dua sektor yang sebelumnya menjadi pendorong utama kinerja Astra.
Menurut laporan yang disampaikan pada Kamis, laba bersih Astra tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina. Jika nilai wajar tersebut dihitung, laba bersih Astra mengalami penurunan lebih lanjut, yakni sebesar 7%, menjadi Rp6,9 triliun.
Penurunan Laba Bersih Dipengaruhi oleh Kelesuhan Sektor Otomotif dan Batu Bara
Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan bahwa penurunan laba bersih ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh kondisi ekonomi yang masih lemah. Selain itu, harga batu bara yang mengalami penurunan dari level tertingginya turut memberikan dampak negatif pada kinerja Astra.
“Walaupun terdapat penurunan pada bisnis otomotif dan bisnis terkait batu bara, penurunan tersebut sebagian diimbangi oleh kinerja yang solid dari bisnis lainnya. Hal ini menunjukkan resiliensi portofolio Astra yang terdiversifikasi,” kata Djony dalam keterangan resmi yang diterima. Ia menambahkan, meskipun dihadapkan pada tantangan, Astra tetap optimis berkat kekuatan neraca keuangan dan portofolio bisnis yang beragam, yang berada dalam posisi baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang.
Kinerja Divisi Otomotif dan Batu Bara Menurun, Sementara Divisi Lain Tunjukkan Peningkatan
Pada tiga bulan pertama 2025, divisi otomotif dan mobilitas Astra mengalami penurunan laba bersih sebesar 4%, menjadi Rp2,7 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya volume penjualan di tengah melemahnya pasar otomotif nasional. Kondisi ini diperkirakan akan terus berdampak pada kinerja sektor otomotif di paruh pertama tahun 2025, seiring dengan ketidakpastian ekonomi yang memengaruhi daya beli konsumen.
Di sisi lain, divisi jasa keuangan Astra justru mencatatkan laba bersih yang meningkat 3%, mencapai Rp2,1 triliun. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen, yang portofolio pembiayaannya terus tumbuh. Keberhasilan divisi ini menonjol di tengah kelesuhan sektor otomotif, menunjukkan kekuatan dan diversifikasi Astra dalam menghadapi tantangan pasar.
Penurunan di Bisnis Pertambangan Batu Bara, Namun Bisnis Lain Tumbuh Positif
Astra juga mencatatkan penurunan laba bersih pada divisi alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi. Laba bersih PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Astra, menurun 30% menjadi Rp2 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya harga batu bara dan aktivitas pertambangan yang melambat. Namun, penurunan ini sebagian diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pertambangan emas dan penjualan alat berat.
Sementara itu, divisi agribisnis Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk, mengalami peningkatan laba bersih sebesar 20%, mencapai Rp221 miliar. Peningkatan ini didorong oleh kinerja positif dari bisnis kelapa sawit yang masih menunjukkan daya tahan meskipun harga komoditas global berfluktuasi.
Sektor Infrastruktur dan Teknologi Menjadi Pendorong Laba Astra
Divisi infrastruktur Astra juga mencatatkan kinerja yang menggembirakan. Laba bersih dari sektor ini meningkat signifikan sebesar 54%, menjadi Rp260 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh volume lalu lintas dan tarif jalan tol yang lebih tinggi, dengan Astra mencatatkan peningkatan pendapatan harian sebesar 12% dari ruas jalan tol yang telah beroperasi, termasuk jaringan jalan tol Trans-Jawa dan tol lingkar luar Jakarta.
Sementara itu, divisi teknologi informasi, PT Astra Graphia Tbk, juga menunjukkan hasil yang sangat positif, dengan laba bersih yang melonjak 64% menjadi Rp36 miliar. Peningkatan laba ini didorong oleh tingginya pendapatan dari solusi teknologi informasi serta peningkatan margin usaha, menunjukkan betapa sektor ini semakin penting dalam mendukung pertumbuhan Astra di era digital.
Sektor Properti Mengalami Kenaikan Laba
Sektor properti juga turut memberikan kontribusi positif terhadap kinerja Astra. Divisi properti melaporkan laba bersih yang meningkat sebesar 4%, menjadi Rp47 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan tingkat hunian di Menara Astra, yang menjadi salah satu andalan properti Astra di Jakarta.