Batu Bara

Harga Batu Bara Kembali Tembus 100 Dolar AS per Ton pada Akhir April 2025, Proyek Pembangkit China Jadi Penggerak Utama

Harga Batu Bara Kembali Tembus 100 Dolar AS per Ton pada Akhir April 2025, Proyek Pembangkit China Jadi Penggerak Utama
Harga Batu Bara Kembali Tembus 100 Dolar AS per Ton pada Akhir April 2025, Proyek Pembangkit China Jadi Penggerak Utama

JAKARTA – Industri batu bara global kembali bergairah setelah harga komoditas tersebut resmi menembus batas psikologis 100 dolar AS per ton. Berdasarkan data penutupan perdagangan Selasa, harga batu bara tercatat di angka 100,45 dolar AS per ton. Kenaikan ini menjadi kabar baik bagi pelaku industri setelah sebelumnya harga sempat menyentuh titik terendah bulanan di level 94 dolar AS per ton.

Harga Naik Lima Hari Berturut-turut

Menurut data dari Refinitiv, harga batu bara pada akhir April naik 1,46 persen dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya yang berada di posisi 99 dolar AS per ton. Ini merupakan hari kelima secara berturut-turut harga batu bara mencatatkan penguatan, menandai tren pemulihan yang positif di tengah volatilitas pasar komoditas global.

Analis pasar energi menyebut bahwa tren kenaikan ini didorong oleh kombinasi permintaan yang stabil dari Asia, terutama China, dan proyeksi kebutuhan energi yang masih tinggi menjelang musim panas di negara-negara subtropis.

Peran Strategis China Dorong Kenaikan Harga

Kenaikan harga batu bara ini tak lepas dari peran China yang terus membangun dan memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara, baik di dalam negeri maupun di negara-negara mitra. Mengutip laporan oilprice.com, aktivitas pembangunan pembangkit berbasis batu bara yang masif di China mendorong peningkatan permintaan batu bara global, sekaligus mengerek harga komoditas tersebut.

Menurut laporan Global Energy Monitor yang dikutip CNBC Indonesia, sekitar 88 persen proyek pembangkit batu bara di negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) mendapat dukungan langsung dari perusahaan-perusahaan China. Menariknya, dari total kapasitas 7,7 GW proyek baru, mayoritas berlokasi di Indonesia.

“Perusahaan-perusahaan China mendukung 7,7 GW pembangkit listrik tenaga batu bara baru, yang hampir semuanya berada di Indonesia, meskipun Presiden Xi telah berjanji untuk mengakhiri dukungan terhadap proyek batu bara di luar negeri,” tulis Global Energy Monitor.

Komitmen China untuk mengakhiri pendanaan batu bara di luar negeri memang sempat disampaikan Presiden Xi Jinping pada 2021. Namun realitanya, investasi pada proyek pembangkit berbasis batu bara masih terus berlangsung hingga kini, menunjukkan bahwa transisi energi tidak serta-merta menghapus ketergantungan terhadap sumber energi fosil.

Fluktuasi Harga Selama April

Harga batu bara selama April 2025 tercatat cukup fluktuatif. Awal bulan dibuka pada kisaran 103 dolar AS per ton, kemudian mengalami penurunan tajam ke angka 97 dolar, sebelum akhirnya rebound ke posisi di atas 100 dolar per ton. Kondisi ini dipengaruhi oleh ketidakpastian pasar, termasuk tensi geopolitik, fluktuasi nilai tukar, serta perubahan strategi kebijakan energi dari negara-negara utama konsumen batu bara.

Selain dorongan dari sektor pembangkit, tren pemulihan ekonomi di beberapa negara berkembang turut meningkatkan permintaan energi. Industri berat dan manufaktur yang kembali beroperasi penuh pasca pandemi memberikan kontribusi tambahan terhadap kebutuhan batu bara.

Dilema Energi China: Batu Bara vs Energi Terbarukan

Menariknya, China juga memainkan peran ganda dalam dinamika energi global. Di satu sisi, mereka mendorong pemanfaatan batu bara untuk keamanan energi dan keandalan pasokan listrik, namun di sisi lain mereka juga menjadi aktor utama dalam pengembangan energi bersih.

Global Energy Monitor mencatat, kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya yang dibangun China di negara-negara BRICS mencapai 2,3 GW. Hal ini menempatkan China sebagai pemimpin transisi energi di kawasan tersebut, disusul Brasil dan India.

Kombinasi antara ekspansi batu bara dan energi terbarukan ini menciptakan lanskap energi yang kompleks dan menarik. Kenaikan harga batu bara di tengah agenda transisi energi menunjukkan bahwa kebutuhan jangka pendek akan keandalan energi masih menjadi prioritas, terutama bagi negara-negara berkembang.

Prospek Harga Batu Bara Semester Kedua 2025

Menjelang semester kedua tahun ini, pelaku pasar dan analis energi memperkirakan harga batu bara masih akan bergerak fluktuatif, dengan kecenderungan tetap bertahan di atas level 95 dolar AS per ton. Permintaan yang tinggi dari Asia dan ketegangan geopolitik di beberapa kawasan diprediksi akan menjadi faktor utama penentu harga.

Jika tren pembangunan pembangkit berbasis batu bara terus berlanjut, terutama dengan dukungan pendanaan dari China, maka harga batu bara kemungkinan besar akan tetap solid hingga akhir tahun.

Dengan kenaikan ini, Indonesia sebagai salah satu eksportir batu bara terbesar dunia berpotensi mendapatkan tambahan devisa, meskipun tantangan keberlanjutan dan tekanan untuk mengurangi emisi tetap menjadi isu utama ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index