JAKARTA — Klub Otomotif Jerman atau Allgemeiner Deutscher Automobil-Club (ADAC) merilis laporan hasil penelitian terbaru mengenai tingkat keandalan kendaraan listrik. Temuan ini memberikan gambaran positif terhadap performa dan daya tahan kendaraan bertenaga listrik, yang ternyata cenderung lebih jarang mengalami kerusakan dibandingkan kendaraan bermesin bensin.
Dalam laporan resmi yang dipublikasikan Selasa (9/4/2025) di laman ADAC, tercatat bahwa tim layanan darurat jalanan mereka, yang dikenal sebagai "Yellow Angels", telah menangani lebih dari 3,6 juta kendaraan rusak sepanjang tahun 2024. Dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil merupakan kendaraan listrik, yakni sekitar 1,2 persen atau 43.678 kasus.
Penelitian ini difokuskan pada kendaraan yang pertama kali terdaftar antara tahun 2020 hingga 2022, dengan hasil yang menunjukkan bahwa mobil listrik mengalami kerusakan sebanyak 4,2 kali per 1.000 unit kendaraan. Sementara itu, mobil bermesin pembakaran internal (ICE) mencatat tingkat kerusakan yang jauh lebih tinggi, yakni mencapai 10,4 kasus per 1.000 unit.
“Data kami menunjukkan bahwa kendaraan listrik terbukti memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan kendaraan bermesin bakar,” tulis ADAC dalam pernyataan resminya.
Masalah Baterai Masih Dominan
Menariknya, baik pada kendaraan listrik maupun mobil konvensional, penyebab kerusakan yang paling dominan adalah baterai 12 volt. Masalah ini menjadi pemicu 50 persen dari seluruh kerusakan yang dilaporkan pada kendaraan listrik, dan 45 persen pada kendaraan berbahan bakar fosil.
Kendati baterai utama mobil listrik berkapasitas besar dan canggih, sistem kelistrikan mobil tetap bergantung pada baterai kecil 12 volt untuk berbagai fungsi dasar. Bila baterai ini mengalami masalah, kendaraan bisa macet atau gagal menyala.
“Fakta bahwa baterai 12 volt menjadi penyebab utama kerusakan menunjukkan bahwa perhatian teknis masih diperlukan, terlepas dari jenis tenaga penggerak kendaraan,” ujar pihak ADAC dalam laporan itu.
Mobil Listrik Lebih Andal di Hampir Semua Kategori
Selain kerusakan pada baterai, ADAC juga menganalisis kategori lain seperti sistem kelistrikan, manajemen mesin, dan sistem pencahayaan. Hasilnya, kendaraan listrik menunjukkan performa yang lebih baik atau setidaknya setara dengan mobil bermesin pembakaran dalam hampir semua aspek.
Keandalan teknis ini semakin memperkuat argumen bahwa kendaraan listrik tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga lebih ekonomis dari sisi perawatan dan operasional jangka panjang.
Tantangan di Area Ban
Namun, laporan ini juga tidak menutup mata terhadap kelemahan kendaraan listrik. Salah satu area yang mencuat adalah masalah pada ban. Mobil listrik tercatat mengalami 1,3 insiden kerusakan ban per 1.000 unit, dibandingkan dengan 0,9 insiden pada mobil bensin.
ADAC menyebut bahwa bobot kendaraan listrik yang umumnya lebih berat akibat baterai besar menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat kerusakan ban.
Meski begitu, ADAC mencatat bahwa kendaraan listrik keluaran terbaru menunjukkan tren penurunan dalam laporan masalah ban, yang berarti pabrikan mulai berhasil mengatasi tantangan ini melalui pengembangan teknologi ban dan distribusi beban kendaraan yang lebih optimal.
Jumlah Panggilan Servis EV Masih Rendah
Dari total 3,6 juta panggilan layanan yang dicatat ADAC selama 2024, hanya 1,2 persen di antaranya yang berkaitan dengan kendaraan listrik. Meskipun angka absolutnya meningkat seiring dengan jumlah mobil listrik yang terus bertambah di jalanan, persentasenya masih terbilang rendah secara keseluruhan.
“Jumlah kasus untuk kendaraan listrik masih sangat kecil dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Hal ini memperkuat temuan kami bahwa mobil listrik secara keseluruhan lebih jarang mogok,” jelas ADAC dalam laporan tersebut.
Dorongan untuk Masa Depan Transportasi Listrik
Hasil studi ini menjadi angin segar bagi industri otomotif global yang tengah bertransisi menuju era elektrifikasi. Keandalan kendaraan listrik menjadi salah satu faktor penting dalam keputusan konsumen, selain pertimbangan biaya bahan bakar, insentif pemerintah, dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya.
Dengan temuan ADAC yang berbasis pada data riil dari jutaan kendaraan di jalan raya Eropa, persepsi publik terhadap mobil listrik kemungkinan besar akan semakin positif.
Kesimpulan dari laporan ini turut mendukung kampanye berbagai negara untuk mendorong penggunaan kendaraan bebas emisi demi mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menekan polusi udara.
“Studi ini membuktikan bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap keandalan kendaraan listrik tidak lagi relevan di era mobilitas modern saat ini,” pungkas ADAC.
Dengan dukungan data kuat dari salah satu organisasi otomotif terbesar di Eropa, masa depan kendaraan listrik kian menunjukkan prospek cerah — tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga terbukti andal di jalan raya.