BANK

Wall Street Ditutup Menguat Tajam, Laba Bank Besar dan Pernyataan The Fed Redam Kekhawatiran Perang Dagang

Wall Street Ditutup Menguat Tajam, Laba Bank Besar dan Pernyataan The Fed Redam Kekhawatiran Perang Dagang
Wall Street Ditutup Menguat Tajam, Laba Bank Besar dan Pernyataan The Fed Redam Kekhawatiran Perang Dagang

JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan reli tajam pada penutupan perdagangan Jumat (11/4/2025), di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang multi-arah. Lonjakan indeks utama Wall Street didorong oleh laporan kinerja keuangan positif dari bank-bank besar serta pernyataan menenangkan dari pejabat Federal Reserve terkait stabilitas pasar keuangan.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 619,05 poin atau 1,56 persen ke level 40.212,71. Sementara itu, S&P 500 naik 95,31 poin atau 1,81 persen menjadi 5.363,36, dan Nasdaq Composite ditutup menguat 337,15 poin atau 2,06 persen di level 16.724,46. Ketiga indeks mencatatkan kenaikan mingguan terbesar mereka dalam beberapa bulan terakhir.

Musim laporan keuangan kuartal pertama yang dimulai dengan hasil menggembirakan dari sektor perbankan menjadi salah satu faktor utama yang memicu reli ini. JPMorgan Chase, Morgan Stanley, dan Wells Fargo semuanya melaporkan laba yang melampaui ekspektasi analis, memberikan sinyal positif di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat ketegangan dagang.

“Investor sedang berada di tengah tarik-menarik, mencari tanda-tanda positif bahwa ketidakpastian yang selama ini membebani pasar akan mereda,” kata Greg Bassuk, CEO AXS Investments, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, pasar juga mendapatkan dorongan dari pernyataan Presiden Federal Reserve Boston, Susan Collins, yang menegaskan bahwa The Fed siap bertindak menjaga kelancaran fungsi pasar keuangan jika diperlukan. Hal ini membantu meredakan kekhawatiran akan dampak jangka pendek dari gejolak geopolitik dan perdagangan.

Selain Collins, Presiden Federal Reserve New York, John Williams, turut menambahkan bahwa ekonomi AS tidak sedang menuju skenario stagflasi atau inflasi tinggi disertai pertumbuhan rendah.

“Kami tidak melihat tanda-tanda bahwa ekonomi AS menuju stagflasi. The Fed akan bertindak jika risiko tersebut muncul,” tegas Williams.

Pasar keuangan sebelumnya mengalami tekanan hebat akibat perang dagang yang kembali memanas. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk meningkatkan tarif produk impor dari Eropa dan China, memicu respons balasan dari Beijing. China dikabarkan telah menetapkan tarif balasan hingga efektif 145 persen, mendorong fluktuasi tinggi di pasar keuangan dan meningkatkan ekspektasi inflasi.

Volatilitas pun melonjak tajam. Indikator fluktuasi S&P 500 menunjukkan rentang pergerakan mingguan terluas sejak masa awal pandemi COVID-19 pada Maret 2020. Namun, di tengah gejolak tersebut, laporan keuangan positif dari bank besar mampu menstabilkan sentimen investor.

Kinerja mingguan bursa pun mencerminkan pemulihan. Indeks S&P 500 dan Dow Jones mencatatkan kenaikan mingguan terbesar sejak November 2023, sementara Nasdaq mengalami lonjakan mingguan tertinggi sejak November 2022.

Dari sisi data ekonomi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga produsen secara mengejutkan turun 0,4 persen bulan lalu, memberikan sinyal bahwa tekanan inflasi mulai mereda. Namun, survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi satu tahun ke depan meningkat menjadi 6,7 persen, tertinggi sejak 1981, menunjukkan masih adanya kekhawatiran dari sisi rumah tangga.

Di sektor saham, seluruh 11 sektor utama dalam indeks S&P 500 ditutup di zona hijau. Sektor teknologi dan material mencatatkan kenaikan persentase terbesar. Volume perdagangan juga meningkat dengan total mencapai 19,19 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 20 hari terakhir yang sebesar 18,74 miliar saham.

Dari sisi teknikal, di bursa NYSE, jumlah saham naik mengungguli saham turun dengan rasio 2,47 banding 1. Terdapat 60 saham mencetak level tertinggi baru dan 341 saham menyentuh level terendah. Sementara di Nasdaq, 2.948 saham menguat dan 1.467 melemah, dengan rasio 2,01 banding 1. Indeks S&P 500 mencetak satu titik tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, sementara Nasdaq mencatatkan 21 tertinggi baru dan 147 titik terendah.

Meski konflik dagang masih menjadi risiko besar, pasar menunjukkan ketahanan yang kuat didukung oleh fundamental perusahaan-perusahaan besar serta keyakinan terhadap peran Federal Reserve dalam menjaga stabilitas ekonomi. Dengan laporan keuangan kuartal pertama masih akan berlanjut dalam beberapa pekan ke depan, pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan makroekonomi dan kebijakan global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index