JAKARTA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengambil langkah signifikan dalam mendukung pelaksanaan ibadah Ramadan di kalangan pelajar dengan menyesuaikan jam belajar di sekolah. Perubahan ini tidak hanya melibatkan pengaturan ulang jadwal, tetapi juga introduksi tugas-tugas bertema religi untuk para siswa, guna memperkaya pengalaman spiritual mereka selama bulan suci ini.
Dinas Pendidikan Kota Surabaya mengumumkan bahwa mulai. hingga akhir Ramadan, semua sekolah di bawah naungan pemerintah kota akan menerapkan kebijakan baru ini. Langkah tersebut diambil sebagai bentuk tanggung jawab untuk memberikan ruang lebih bagi para siswa agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan tetap seimbang dengan aktivitas belajar.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Lily Tjahjandari, menjelaskan bahwa penyesuaian jam belajar ini berlaku untuk semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA/SMK. "Hal ini diharapkan dapat meringankan beban siswa dalam menjalani kegiatan belajar mengajar selama Ramadan sehingga mereka tetap bersemangat dalam beribadah," ujar Lily, pada konferensi pers yang digelar di Kantor Dinas Pendidikan Surabaya.
Detail Kebijakan Penyesuaian Jam Belajar
Menurut Lily, penyesuaian jam masuk sekolah dimundurkan 30 menit dari jadwal biasanya. Jika sebelumnya siswa mulai belajar pada pukul 07.00 pagi, selama Ramadan mereka dapat memulai aktivitas belajar pada pukul 07.30 pagi. Hal ini diharapkan bisa memberikan waktu bagi siswa untuk beristirahat lebih setelah melaksanakan sahur dan salat subuh.
"Penundaan waktu masuk ini hanya berlaku selama bulan Ramadan. Sesudah itu, jadwal akan kembali seperti semula," tambah Lily. Selain itu, durasi setiap sesi pelajaran juga mengalami pengurangan agar tidak terlalu memberatkan siswa yang sedang menjalankan puasa.
Pemberian Tugas Bertema Religi
Selain penyesuaian waktu, Pemkot Surabaya juga menginstruksikan penerapan tugas-tugas sekolah yang berfokus pada tema religi selama Ramadan. Tujuan dari tugas ini adalah untuk menanamkan nilai-nilai spiritual dan memperkuat pemahaman keagamaan di kalangan pelajar.
Tugas-tugas yang diberikan meliputi berbagai kegiatan positif seperti membaca dan merangkum cerita dari kitab suci, membuat jurnal harian tentang pengalaman berpuasa, serta melibatkan kegiatan sosial seperti membantu sesama. "Tugas-tugas ini dirancang agar siswa dapat lebih memahami esensi bulan suci Ramadan dan mengaplikasikan nilai-nilai positif ini dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Lily.
Budi Santoso, seorang guru agama dari SMA Negeri 5 Surabaya, turut menambahkan, "Mempelajari tema religi secara mendalam bisa menjadi sarana pembentukan karakter bagi siswa. Dengan tugas bertema religi ini, selain menambah wawasan keagamaan, siswa juga diajak untuk aktif dalam kegiatan yang bermanfaat."
Antusiasme Siswa dan Orang Tua
Inisiatif penyesuaian jam belajar dan pemberian tugas bertema religi ini mendapat sambutan positif dari siswa dan orang tua. Fanny, siswa kelas 11 SMA Negeri 2 Surabaya, menyatakan kegembiraannya terhadap kebijakan ini. "Saya senang bisa mendapatkan waktu lebih untuk beribadah tanpa merasa terbebani dengan tugas sekolah yang menumpuk. Tugas tematik juga menarik karena bisa langsung diaplikasikan dalam kegiatan Ramadan sehari-hari," ujarnya.
Dari sudut pandang orang tua, Joko, yang anaknya bersekolah di SD Negeri Gubeng, menilai bahwa kebijakan ini adalah langkah tepat untuk memperhatikan kebutuhan spiritual anak selama Ramadan. "Dengan adanya penyesuaian ini, saya berharap anak-anak tetap bisa fokus dalam beribadah dan tidak mengesampingkan pendidikan formal mereka," katanya.
Dampak Positif Jangka Panjang
Langkah yang diambil Pemkot Surabaya ini diharapkan dapat memberikan dampak positif tidak hanya selama bulan Ramadan tetapi juga ke depan. Pendidikan yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan pemahaman spiritual diyakini dapat menciptakan generasi muda yang cerdas secara intelektual serta matang secara emosional dan moral.
Lily Tjahjandari menekankan pentingnya sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar dalam mendukung kebijakan ini agar dapat berjalan optimal. "Kami berharap seluruh elemen masyarakat bisa bekerja sama, sehingga dampak baik dari kebijakan ini dapat dirasakan secara lebih luas dan berkelanjutan," ucapnya menutup konferensi pers.
Dengan adanya kebijakan penyesuaian jam belajar dan penerapan tugas bertema religi, Pemkot Surabaya menunjukkan komitmennya untuk mendukung siswa-siswa muslim dalam menjalani ibadah puasa sambil tetap memenuhi kewajiban akademis. Upaya ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam mengakomodasi kebutuhan spiritual pelajar selama bulan Ramadan.