Pinjaman Online

Kredit Macet Pinjaman Online di Kalangan Gen Z adalah Sebuah Fenomena Mengkhawatirkan

Kredit Macet Pinjaman Online di Kalangan Gen Z adalah Sebuah Fenomena Mengkhawatirkan
Kredit Macet Pinjaman Online di Kalangan Gen Z adalah Sebuah Fenomena Mengkhawatirkan

JAKARTA - Kredit macet di sektor pinjaman online atau yang lebih dikenal dengan istilah fintech peer-to-peer (P2P) lending terus meningkat, dengan generasi milenial dan Gen Z menjadi kontributor utama. Data terkini dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan, di mana kredit macet per Desember 2024 mencapai nilai hingga Rp 2,01 triliun. Penyumbang terbesar berasal dari kelompok usia 19-34 tahun.

Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, dalam keterangan resminya pada tanggal 24 Februari 2025, menyebutkan bahwa kontribusi gen Z dan milenial dalam kredit macet memang signifikan. "Dari data yang kami kumpulkan, usia 19-34 tahun merupakan penyumbang terbesar hingga 52,01 persen dari total kredit macet," ujarnya.
 

Faktor Penyebab Meningkatnya Kredit Macet

Beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi tingginya tingkat kredit macet di kalangan generasi muda ini adalah kemampuan bayar yang rendah dan kurangnya pemahaman mengenai manajemen keuangan pribadi. Ketidakmampuan untuk membayar tepat waktu ini seringkali disebabkan oleh kurangnya stabilitas pekerjaan serta pengelolaan keuangan pribadi yang kurang optimal.

Agusman juga menyoroti tingginya angka kredit macet dalam 22 perusahaan fintech P2P, dengan rasio kredit macet di atas 5 persen. "Hingga Desember 2024, kami mencatat peningkatan jumlah entitas penyelenggara pinjol yang memiliki rasio kredit macet tinggi, bertambah satu entitas dibandingkan bulan November tahun yang sama," tambahnya.

Selain faktor internal dari borrower, eksternalitas seperti pengawasan dan penilaian risiko dari lembaga penyedia pinjaman juga memiliki pengaruh besar. Dalam beberapa kasus, proses peminjaman yang terlalu mudah tanpa analisis latar belakang yang mendalam terhadap peminjam dapat meningkatkan kemungkinan kredit macet.

Langkah-Langkah Pengawasan dan Pemantauan dari OJK

Dalam upaya menekan laju kredit macet, OJK berkomitmen untuk terus memantau industri fintech dan melakukan pengawasan ketat terhadap penyelenggara pinjaman online. Lembaga ini menekankan pentingnya kualitas pengukuran credit scoring serta penilaian risiko yang memadai sebelum pinjaman disetujui.

Pertumbuhan pesat penggunaan internet dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi finansial memicu peningkatan jumlah pinjaman daring di Indonesia. Sepanjang 2024, terjadi kenaikan sebesar 29,14 persen dalam pinjaman online, mencapai angka Rp 77,02 triliun. Meski pencapaian ini menunjukkan adopsi yang tinggi, namun juga dibarengi dengan peningkatan risiko kredit macet yang signifikan.

Menjadi Tantangan bagi Pemerintah dan Stakeholders Lainnya

Fenomena ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan stakeholder industri finansial lainnya untuk mencari solusi tepat dalam mengedukasi masyarakat mengenai manajemen keuangan pribadi, terutama di kalangan generasi muda. Langkah edukasi ini penting untuk mengurangi risiko kredit macet di masa mendatang.

“Peningkatan edukasi finansial di kalangan muda sangat penting. Kami harus memastikan mereka memahami risiko dan kewajiban yang datang seiring dengan pinjaman untuk menghindari beban keuangan di kemudian hari,” ujar Agusman.

Dari data terbaru, sudah sangat jelas bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya gen Z, terhadap pengelolaan keuangan dan risiko pinjaman. Semua pihak, mulai dari pemerintah, penyedia layanan pinjaman, hingga lembaga pendidikan, harus berkolaborasi untuk memberikan kesadaran dan pemahaman yang matang akan manajemen keuangan.

Kedepannya, diharapkan adanya upaya berkelanjutan dalam peningkatan kualitas pengawasan dan pemberian kredit oleh lembaga pinjaman, serta pengembangan program edukasi finansial yang lebih mendalam dan menyeluruh bagi masyarakat Indonesia. Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta juga diperlukan untuk mewujudkan ekosistem finansial yang sehat dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index