Vardy

Jamie Vardy Resmi Gabung Cremonese

Jamie Vardy Resmi Gabung Cremonese
Jamie Vardy Resmi Gabung Cremonese

JAKARTA - Bagi sebagian besar penggemar sepak bola Italia, kedatangan Jamie Vardy ke Cremonese bukan sekadar transfer biasa. Ini adalah cerita unik tentang bagaimana seorang striker yang pernah menjadi simbol dongeng Leicester City kini bersiap menulis babak baru bersama klub kecil yang baru kembali ke Serie A.

Eks penyerang timnas Inggris itu mendarat di Milan dan langsung menuju Cremona dengan sambutan luar biasa dari para tifosi. Puluhan suporter menanti di Bandara Linate hingga larut malam, meneriakkan namanya, membawa spanduk, bahkan ada yang meminta tanda tangan Vardy di atas tato wajahnya. Bagi warga Cremona, kehadiran Vardy adalah sesuatu yang monumental—sebuah momen yang membuat klub mereka terasa lebih besar dari sebelumnya.

Dari Dongeng Leicester ke Tantangan Baru di Italia

Jamie Vardy akan selalu dikenang sebagai bagian penting dari kisah luar biasa Leicester City ketika menjuarai Premier League musim 2015/2016. Dari pemain non-liga hingga menjadi pencetak gol yang ditakuti di Inggris, perjalanan kariernya memang penuh inspirasi.

Kini, di usia 37 tahun, Vardy memilih tantangan yang tak kalah berat. Ia tidak datang ke klub besar seperti AC Milan atau Juventus, melainkan ke Cremonese—tim yang baru beberapa kali mencicipi atmosfer Serie A dan sering dipandang sebagai kandidat degradasi. Namun justru di sanalah daya tarik kisah ini muncul. Seperti Leicester dulu, Cremonese adalah tim kecil yang berusaha melawan raksasa.

Transfer ini terasa semakin kontras ketika bursa musim panas Serie A juga diwarnai kepindahan bintang top dunia, seperti Kevin De Bruyne ke Napoli dan Luka Modric ke AC Milan. Di tengah hingar-bingar nama besar, langkah Vardy memilih Cremonese menjadi cerita yang paling mencuri perhatian.

Awal Musim yang Mengejutkan

Cremonese sendiri bukan tanpa kejutan. Anak asuh Davide Nicola sudah menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar pelengkap. Pada laga pembuka Serie A musim ini, La Cremo sukses mengalahkan AC Milan di San Siro dengan skor 2-1. Itu adalah kemenangan tandang pertama mereka sepanjang sejarah melawan Rossoneri, sekaligus menandai langkah awal yang tak terlupakan.

Pekan berikutnya, atmosfer kian panas. Bermain di kandang melawan Sassuolo, Cremonese meraih kemenangan dramatis 3-2 lewat penalti Manuel De Luca pada injury time. Dua hasil awal itu membawa mereka sempat memuncaki klasemen sementara Serie A, sesuatu yang sulit dibayangkan sebelum musim dimulai.

Kini, setelah melewati beberapa pekan, Cremonese bertengger di peringkat ketiga, hanya kalah selisih gol dari Juventus. Situasi inilah yang membuat kedatangan Vardy terasa semakin relevan: klub kecil dengan semangat juang besar kini mendapat tambahan amunisi berupa striker berpengalaman.

Vardy Jadi Simbol Harapan Baru

Cremonese mengikat Vardy dengan kontrak berdurasi satu tahun dan opsi perpanjangan semusim lagi. Didatangkan secara gratis dari Leicester City, ia dianggap sebagai investasi penuh harapan. Meski usia tak lagi muda, produktivitasnya belum benar-benar padam. Musim lalu saja, ia masih mampu mencetak 10 gol dan 4 assist dari 36 penampilan di berbagai ajang.

Pelatih Davide Nicola diyakini bisa memaksimalkan gaya bermain Vardy yang masih mengandalkan kecepatan, pergerakan tanpa bola, serta insting gol. Skema serangan balik cepat yang sering jadi senjata Cremonese akan terasa lebih berbahaya dengan keberadaan penyerang asal Inggris itu di lini depan.

Bagi para tifosi, Vardy lebih dari sekadar striker. Ia adalah simbol kebanggaan baru. Fans masih ingat bagaimana Claudio Ranieri, pelatih asal Italia, membawa Leicester juara Premier League dengan Vardy sebagai mesin gol utama. Kini, potongan kisah itu hadir kembali di tanah Italia, tetapi dengan peran berbeda: Vardy sebagai bintang yang mencoba menghidupkan mimpi Cremonese.

Dampak untuk Kota dan Klub

Cremona, kota kecil di Lombardia dengan populasi tak sampai 80 ribu jiwa, kini menjadi sorotan media internasional. Kehadiran Jamie Vardy otomatis mengangkat profil klub dan kota. Penjualan jersey meningkat drastis, liputan media bertambah, bahkan sponsor baru mulai berdatangan.

Bagi manajemen klub, keputusan ini bukan hanya soal teknis di lapangan, tetapi juga strategi membangun citra dan daya tarik Cremonese. Vardy dipandang mampu mendongkrak moral pemain muda, memberi pengalaman di ruang ganti, sekaligus menularkan mentalitas juara yang pernah ia bawa di Leicester.

Sebuah Dongeng Baru?

Tidak ada yang tahu apakah Cremonese akan bisa bertahan di Serie A hingga akhir musim, atau bahkan membuat kejutan lebih jauh. Namun, dengan Vardy di dalam skuad, keyakinan itu semakin kuat. Kisah dongeng sepak bola memang sulit diulang, tetapi justru itulah yang membuat perjalanan ini menarik.

Bagi Jamie Vardy, bergabung dengan Cremonese adalah tantangan terakhir dalam karier panjangnya. Bagi fans, ini adalah harapan baru yang mungkin saja bisa mengubah nasib klub. Dari Leicester ke Cremona, dongeng baru siap ditulis—dan siapa tahu, dunia akan kembali dikejutkan oleh cerita seorang underdog

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index