Minyak Curah adalah: Proses Pembuatan hingga Bahayanya

Minyak Curah adalah: Proses Pembuatan hingga Bahayanya
minyak curah adalah

Minyak curah adalah jenis minyak goreng yang tergolong kebutuhan pokok dan sering digunakan masyarakat Indonesia untuk keperluan memasak harian.

Secara kimiawi, minyak ini merupakan senyawa cair yang tidak dapat bercampur dengan air, namun tetap bisa larut dalam pelarut organik tertentu.

Dalam penggunaannya, minyak goreng berfungsi sebagai medium untuk menggoreng makanan dan tergolong ke dalam jenis minyak yang tidak membentuk lapisan padat saat terkena udara bebas, atau biasa dikenal sebagai non-drying oil. 

Di Indonesia, terdapat dua tipe utama dari minyak goreng non-drying oil, yaitu minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah.

Minyak goreng curah lebih diminati oleh sebagian besar masyarakat karena harganya yang lebih ekonomis. Namun, dari segi kualitas, jenis ini dinilai lebih rendah dibandingkan minyak goreng kemasan. 

Menyadari risiko tersebut, pemerintah sempat menetapkan pelarangan penjualan langsung minyak goreng curah kepada konsumen sejak tahun 2015.

Meski demikian, hingga saat ini, masih banyak yang tetap memilih menggunakan minyak goreng curah, baik karena keterbatasan biaya maupun kurangnya pemahaman tentang dampak buruknya terhadap kesehatan. 

Maka dari itu, penting untuk memahami secara lebih mendalam mengenai apa itu minyak goreng curah dan risiko kesehatannya, karena minyak curah adalah produk yang perlu dikaji lebih lanjut sebelum dikonsumsi secara rutin.

Minyak Curah adalah

Minyak curah adalah salah satu jenis minyak goreng hasil olahan dari kelapa sawit yang belum sepenuhnya murni dan biasanya dijual dalam kemasan plastik tanpa label resmi atau merek dagang.

Meskipun telah melalui proses seperti pemurnian, pemutihan, dan penghilangan bau, kualitas minyak ini tetap tidak sebaik minyak goreng kemasan. 

Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar asam lemak dalam minyak curah, yang membuatnya lebih cepat mengalami kerusakan.

Mengacu pada informasi dari tempo.co, kandungan dalam minyak goreng curah mencakup:

  • Asam lemak jenuh: miristat antara 1%–5%, palmitat 5%–15%, dan stearat 5%–10%
  • Asam lemak tak jenuh: oleat berkisar 70%–80%, linoleat 3%–11%, dan palmitoleat 0,8%–1,4%

Dari segi kualitas, produk ini belum memenuhi standar SNI, terutama dalam hal bilangan peroksida. Sesuai dengan ketentuan, minyak goreng yang layak konsumsi seharusnya memiliki bilangan peroksida tidak lebih dari 10 mek 02/kg.

Proses Pembuatan Minyak Goreng Curah

Minyak goreng jenis curah berasal dari pengolahan minyak bekas dengan metode tradisional yang kualitasnya masih jauh dibandingkan dengan minyak goreng berkualitas tinggi. 

Pada proses produksinya, pemurnian hanya dilakukan menggunakan tekanan sekitar tiga bar, padahal tekanan ideal seharusnya mencapai empat bar agar minyak yang dihasilkan lebih bersih dan aman digunakan.

Selain itu, untuk menekan biaya produksi dan menjaga harga tetap rendah, pelaku industri minyak curah hanya melakukan proses pemisahan antara zat padat dan cair selama sepuluh jam. 

Berbeda halnya dengan produsen minyak goreng premium yang melakukannya hingga dua puluh jam demi menjaga kualitas akhir produknya.

Meski saat digunakan hasil akhir dari proses menggoreng terlihat serupa antara keduanya, perbedaan nyata bisa ditemukan dari cara pemrosesannya. 

Kandungan asam lemak bebas dalam minyak curah cenderung lebih tinggi, yang memengaruhi kualitas makanan hasil gorengannya.

Dari aspek kesehatan dan kebersihan, minyak curah jauh lebih rentan terhadap pencemaran. Ini disebabkan oleh metode distribusi yang memakai wadah seperti tangki, drum, jeriken, hingga kantong plastik. 

Dalam proses penyimpanannya, tidak menutup kemungkinan adanya serangga atau hewan pengerat yang masuk, atau bahkan kontaminasi dari wadah yang kotor, berkarat, atau mengalami kerusakan.

Bahaya Terlalu Lama Menggunakan Minyak Goreng Curah

Karena mutu minyak goreng curah tidak memenuhi standar yang ditetapkan, maka keamanan kesehatan dari penggunaannya pun tidak bisa dijamin. 

Terdapat sejumlah risiko yang bisa timbul apabila terlalu sering mengonsumsi makanan yang digoreng menggunakan jenis minyak ini.

Peningkatan Radikal Bebas dalam Tubuh

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal milik National Institutes of Health menunjukkan bahwa penggunaan minyak goreng curah yang telah dipanaskan hingga mencapai titik didihnya dapat memicu pembentukan radikal bebas dalam tubuh. 

Jumlah radikal bebas yang berlebihan bisa menimbulkan stres oksidatif dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh.

Studi tersebut juga memperlihatkan bahwa tikus yang diberi minyak curah yang sudah dipakai hingga tiga kali mengalami gangguan pada jaringan tubuh serta perubahan pada enzim antioksidan. 

Padahal, antioksidan sangat berperan dalam menjaga sistem kekebalan tubuh. Gangguan terhadap enzim ini berpotensi menurunkan daya tahan tubuh secara keseluruhan. 

Selain itu, kerusakan pada organ seperti usus besar dan hati juga ditemukan pada tikus yang dijadikan objek penelitian.

Risiko Kanker Payudara dan Kolesterol Tinggi

Temuan lain yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Kimia dari Universitas Negeri Medan menyebutkan bahwa minyak goreng curah mengandung senyawa bersifat karsinogenik yang muncul selama proses pemanasan saat menggoreng. 

Selain itu, kandungan zat gizi seperti vitamin, mineral, dan nutrien penting dalam minyak ini juga mengalami degradasi, sehingga justru dapat membahayakan kesehatan.

Penggunaan minyak curah secara terus-menerus dalam jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya berbagai gangguan kesehatan serius, seperti keracunan makanan, peningkatan kadar kolesterol, diabetes, penyakit jantung, hingga risiko berkembangnya kanker payudara.

Minyak Goreng Curah Rentan Rusak

Minyak goreng curah diketahui mudah mengalami penurunan kualitas karena proses distribusinya masih dilakukan secara konvensional, menggunakan wadah seperti dirigen atau drum. 

Metode distribusi seperti ini dapat menyebabkan kualitas minyak menjadi menurun, bahkan sebelum sampai ke tangan konsumen.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Eva Yulia dan rekan-rekannya pada tahun 2017 mengamati kualitas minyak curah yang dijual di pasar tradisional wilayah Jabotabek, dengan fokus pada perbedaan antara penyimpanan terbuka dan tertutup. 

Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal penting sebagai berikut:

  • Perubahan Bau

Selama dua minggu pertama penyimpanan, baik dalam wadah tertutup maupun terbuka, aroma minyak masih tergolong normal. Namun memasuki minggu ketiga dan keempat, terjadi perubahan aroma menjadi tengik. 

Hal ini disebabkan oleh reaksi antara oksigen dan minyak, yang memicu terjadinya oksidasi.

  • Perubahan Warna

Dalam kurun waktu dua minggu pertama, warna minyak tetap kuning atau kuning pucat, yang masih dianggap wajar. Namun setelah minggu ketiga dan keempat, warna mulai berubah menjadi kuning kecoklatan. 

Warna gelap tersebut menandakan bahwa minyak mengalami kerusakan akibat perubahan pigmen karoten yang larut. Jika warnanya telah menggelap, sebaiknya minyak tidak lagi digunakan.

  • Kadar Air

Minyak yang disimpan dalam wadah tertutup rata-rata masih memenuhi kualitas standar nasional. Sebaliknya, minyak yang disimpan terbuka tidak memenuhi syarat karena kadar airnya berlebih. 

Kandungan air ini dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme penghasil enzim yang mampu menghidrolisis lemak dan mempercepat ketengikan.

  • Bilangan Peroksida

Minyak yang disimpan dalam kondisi tertutup masih bisa memenuhi batas nilai bilangan peroksida yang ditentukan, sedangkan minyak yang dibiarkan terbuka tidak memenuhi kriteria. 

Bilangan peroksida ini digunakan untuk menilai sejauh mana kerusakan minyak akibat oksidasi. 

Nilainya dapat meningkat karena paparan sinar matahari, suhu tinggi, dan udara terbuka — kondisi yang sering dijumpai pada minyak curah di pasar tradisional.

Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, jelas bahwa minyak curah sangat rentan mengalami kerusakan kualitas, baik dari segi warna, bau, maupun kandungan kimianya, terutama jika tidak disimpan dengan cara yang tepat.

Ciri-ciri Minyak Goreng yang Berkualitas Baik

Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan minyak goreng curah membawa berbagai risiko yang bisa berdampak pada kesehatan tubuh. 

Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk lebih selektif dalam memilih minyak goreng yang aman dan berkualitas. Lantas, bagaimana cara mengenali minyak goreng yang baik? 

Setidaknya ada lima indikator utama yang dapat dijadikan acuan, yaitu kejernihan dan warna, aroma, kekentalan, komposisi bahan, serta titik asap saat digunakan. Berikut penjelasan lebih lanjutnya:

Kejernihan dan Warna

Hal pertama yang sebaiknya diperhatikan saat memilih minyak bukanlah merek atau kemasannya, melainkan kejernihan serta warnanya. Sebaiknya pilih minyak yang terlihat bening, bersih, dan tidak keruh.

Untuk warnanya, idealnya berwarna kuning cerah atau sedikit kecoklatan. Hindari minyak yang berwarna coklat pekat, karena besar kemungkinan telah digunakan berulang kali.

Selain itu, jika minyak terlihat sangat putih dan terlalu jernih, perlu diwaspadai kemungkinan telah diberi bahan kimia tertentu agar tampak lebih bersih, yang justru bisa membahayakan tubuh jika dikonsumsi.

Aroma

Minyak yang masih dalam kondisi baik biasanya memiliki aroma yang ringan, segar, dan tidak menusuk hidung. Jika minyak memiliki bau tengik, asam, atau amis, bisa dipastikan bahwa kualitasnya sudah menurun.

Aroma juga bisa memberi petunjuk apakah minyak tersebut berasal dari hasil olahan ulang, seperti minyak jelantah yang diproses kembali. 

Bau yang menyengat atau tidak sedap sebaiknya menjadi alasan untuk tidak memilih minyak tersebut, karena dapat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan jika terus digunakan dalam memasak makanan.

Kekentalan

Tingkat kekentalan minyak goreng menjadi salah satu indikator penting dalam menilai mutu produk tersebut. Minyak yang berkualitas umumnya tidak terlalu kental, bahkan cenderung encer seperti air pada beberapa jenis.

Minyak yang tidak pekat akan lebih sedikit terserap oleh makanan selama proses memasak. Sebaliknya, jika terlalu kental, hasil gorengan akan terlihat sangat berminyak dan berpotensi menimbulkan iritasi tenggorokan saat dikonsumsi.

Minyak dengan tingkat kekentalan tinggi sering kali menandakan bahwa minyak tersebut telah digunakan berkali-kali, yang berpengaruh terhadap penurunan kualitasnya. 

Minyak dengan mutu baik juga cenderung tidak mudah mengeras karena mengandung lemak jenuh dalam jumlah yang rendah.

Kandungan Bahan

Untuk mengetahui mutu minyak goreng secara mudah, kamu bisa memeriksa informasi komposisi yang tercantum pada label kemasannya. Saat memilih, penting untuk memperhatikan dengan saksama apa saja zat yang terkandung di dalamnya.

Minyak berkualitas biasanya dilengkapi dengan zat gizi tambahan seperti vitamin serta unsur nutrisi lainnya yang bermanfaat bagi tubuh. Bahkan, beberapa produk kini sudah diperkaya dengan omega 6 untuk menambah manfaat kesehatannya.

Umumnya, semakin banyak kandungan nutrisi yang terdapat dalam minyak goreng, maka nilai jualnya juga lebih tinggi. Meski begitu, tetap disarankan untuk menggunakannya dalam jumlah yang wajar.

Suhu Tertinggi Saat Memasak

Titik asap adalah suhu maksimum yang dapat dicapai oleh minyak sebelum mengalami pembakaran. Ketika sudah melewati titik ini, kandungan gizi dan enzim yang sebelumnya ada akan rusak.

Mengonsumsi minyak yang telah mencapai suhu pembakaran secara terus-menerus dalam jangka panjang bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Lalu bagaimana cara mengetahui titik asap ini?

Sayangnya, titik asap hanya bisa dikenali saat minyak sedang digunakan untuk memasak. 

Umumnya, minyak goreng di pasaran memiliki titik asap sekitar 230 derajat Celsius. Biasanya, minyak akan mencapai suhu ini setelah dipakai dua hingga tiga kali. 

Jika digunakan lebih dari itu, minyak akan cepat panas dan mulai mengeluarkan asap, pertanda bahwa kandungan di dalamnya telah berubah dan tidak lagi aman digunakan.

Jenis Minyak Goreng yang Aman bagi Kesehatan Tubuh

Sebenarnya, mengolah makanan dengan cara digoreng bukanlah metode yang paling dianjurkan karena bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Meski begitu, makanan yang digoreng tetap menjadi favorit banyak orang. 

Untuk meminimalkan risiko dari penggunaan minyak, kamu bisa memilih jenis minyak yang lebih ramah bagi tubuh. Beberapa pilihan yang bisa dipertimbangkan antara lain:

Olive oil

Minyak dari buah zaitun dikenal luas sebagai salah satu minyak yang kaya manfaat. 

Kandungan lemak tak jenuhnya yang tinggi serta keberadaan antioksidan menjadikan minyak ini sangat baik untuk menunjang kesehatan, baik secara internal maupun untuk kulit.

Dalam karya berjudul Khasiat Minyak Zaitun – Satu Minyak, Banyak Manfaatnya yang ditulis oleh Made Astawan, Tutik Wresdiyati, dan Nurayla Arnas Nasution, dijelaskan bahwa minyak ini memiliki berbagai fungsi, termasuk sebagai agen antimikroba, mencegah pertumbuhan sel kanker, menurunkan tekanan darah, mengontrol kadar gula, memperlambat proses penuaan, bahkan memberikan manfaat untuk perawatan kecantikan.

Mengonsumsi dua sendok makan minyak ini setiap hari selama tujuh hari dapat mengurangi tingkat oksidasi kolesterol LDL serta meningkatkan senyawa antioksidan seperti fenol dalam darah.

Selain dikonsumsi langsung, minyak zaitun juga bisa digunakan untuk menggoreng makanan karena kandungan lemak tak jenuh tunggalnya cukup tinggi, menjadikannya stabil saat dipanaskan dan tidak mudah memproduksi radikal bebas.

Titik asapnya tergolong tinggi, sehingga zat penting seperti vitamin E dan antioksidan di dalamnya tidak cepat rusak. Meski demikian, cita rasa makanan yang digoreng dengan minyak zaitun bisa terasa berbeda jika belum terbiasa.

Minyak kelapa

Sebagian besar komposisi minyak kelapa, yaitu sekitar 92%, adalah lemak jenuh, yang membuatnya cukup tahan terhadap panas tinggi dan tidak mudah berubah menjadi senyawa berbahaya saat digunakan. 

Namun, karena kadar lemak jenuhnya sangat tinggi, penggunaannya tetap harus diawasi.

Jika terlalu sering digunakan, minyak ini bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, baik LDL (kolesterol jahat) maupun HDL (kolesterol baik), sehingga perlu dibatasi agar tidak menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari.

Minyak dari Buah Alpukat

Jenis minyak yang berasal dari alpukat ini memiliki kandungan lemak tak jenuh tunggal dalam jumlah besar, sehingga cenderung lebih stabil saat digunakan untuk memasak. 

Lemak sehat yang ada di dalamnya juga tidak mudah terurai ketika terkena suhu tinggi. Selain itu, minyak alpukat memiliki titik asap yang cukup tinggi dan tidak gampang mengalami kerusakan meskipun dipanaskan. 

Keunggulan lainnya adalah kemampuannya dalam membantu meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik) sekaligus menurunkan kadar LDL (kolesterol jahat) dalam tubuh.

Minyak Canola

Canola merupakan salah satu jenis minyak yang dapat digunakan untuk memasak karena titik asapnya tergolong tinggi dan mengandung banyak lemak tak jenuh tunggal. Meskipun demikian, penggunaannya tetap harus diperhatikan.

Pasalnya, minyak ini juga mengandung asam lemak omega 6 dalam kadar cukup tinggi, dan bila dikonsumsi secara berlebihan bisa menimbulkan dampak yang tidak baik bagi tubuh.

Minyak Sawit

Pilihan berikutnya adalah minyak sawit, yang cukup populer sebagai bahan memasak. Minyak ini mengandung lemak jenuh dalam jumlah signifikan, menjadikannya tahan terhadap panas dan cocok digunakan untuk menggoreng.

Namun, terlalu sering mengonsumsi minyak jenis ini dalam jumlah banyak bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan. 

Oleh karena itu, sangat disarankan untuk membatasi penggunaannya dan memastikan asupan makanan sehari-hari tetap seimbang secara nutrisi.

Sebagai penutup, minyak curah adalah pilihan yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati karena kebersihan dan kualitasnya tidak selalu terjamin untuk kesehatan tubuh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index