Natal Nasional Diarahkan Sederhana untuk Solidaritas Bencana

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:40:44 WIB
Natal Nasional Diarahkan Sederhana untuk Solidaritas Bencana

JAKARTA - Menjelang pelaksanaan Natal Nasional 2025 pada 5 Januari 2026, perhatian publik tidak hanya tertuju pada rangkaian acara, tetapi juga pada pesan besar mengenai kepekaan sosial. 

Gelombang bencana di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, hingga erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur telah menorehkan duka mendalam, sehingga perayaan Natal tahun ini dirancang berbeda—lebih sederhana, penuh empati, dan kembali pada makna dasarnya.

Ketua Panitia Natal Nasional Maruarar Sirait menegaskan bahwa kesederhanaan bukan sekadar pilihan teknis, melainkan komitmen moral yang sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Kondisi bangsa yang masih berjuang menghadapi dampak banjir, longsor, dan kemiskinan ekstrem menjadi latar kuat dari keputusan tersebut.

Menurut Maruarar, Natal adalah saat untuk mengingatkan diri akan pentingnya solidaritas, terutama kepada mereka yang tengah mengalami kesulitan. Karena itu, seluruh konsep acara dirancang untuk menunjukkan keberpihakan kepada warga yang terdampak bencana dan mereka yang berada dalam keterbatasan.

Kesederhanaan Perayaan sebagai Wujud Empati Nasional

Maruarar, yang akrab disapa Ara, menegaskan bahwa esensi Natal terletak pada nilai-nilai kerendahan hati, kepedulian, dan panggilan moral untuk membantu sesama. Ia menyampaikan bahwa Presiden Prabowo telah mengimbau agar perayaan dilakukan dengan efisien, penuh ketulusan, dan minim formalitas.

“Dengan semangat ini, Panitia Nasional Natal merancang seluruh rangkaian perayaan Natal tahun ini untuk kembali kepada esensinya,” kata Maruarar dalam keterangan resmi, Rabu.
Ia menegaskan bahwa Natal bukan ajang kemewahan atau pesta hura-hura, melainkan kesempatan untuk menghadirkan kasih dalam tindakan nyata.

Kesederhanaan tersebut tercermin dalam acara puncak yang hanya menggunakan maksimal 30 persen dari dana yang dihimpun. Selain efisiensi, Panitia juga ingin memberikan ruang bagi partisipasi masyarakat dari berbagai profesi, termasuk tokoh agama, pegawai negeri, anggota TNI/Polri, pelajar, hingga pemuda.

Lebih dari 3.000 peserta yang terlibat berasal dari kelompok koor, guru sekolah minggu, koster, guru agama, anak yatim-piatu, dan penyandang disabilitas. Maruarar menegaskan keterlibatan kelompok ini sebagai simbol bahwa setiap orang memiliki tempat dalam perayaan Natal.

Tidak hanya itu, panitia memilih mengundang penyanyi daerah serta talenta lokal, menggantikan penampilan artis nasional. Seluruh dekorasi pun dibuat sederhana, termasuk pohon Natal yang dirangkai dari buah-buahan lokal. Hidangan acara disiapkan oleh UMKM untuk memastikan dampak positif mengalir kepada usaha kecil.

Gotong Royong Lintas Iman: Fondasi Dana dan Bantuan Sosial

Maruarar menyampaikan bahwa penyelenggaraan Natal Nasional sepenuhnya dibiayai oleh gotong royong masyarakat dari berbagai agama, tanpa menggunakan APBN atau dana BUMN. Solidaritas lintas iman ini menjadi bukti bahwa kepedulian tidak mengenal batas kepercayaan.

“Panitia Natal Nasional tidak menerima APBN, tidak memakai dana BUMN. Semua murni dari gotong royong. Dengan semangat solidaritas dan gotong royong, dana yang terkumpul mencapai Rp58 miliar,” ujarnya.

Sebagian besar dana tersebut langsung dialokasikan untuk aksi sosial, termasuk bantuan kemanusiaan bagi wilayah bencana. Bantuan tahap awal telah disalurkan sejak akhir November 2025, mencakup bantuan bagi korban erupsi Gunung Semeru sebesar Rp350 juta, serta bantuan bagi wilayah Medan, Tapanuli Tengah–Sibolga, Aceh, dan Padang dengan total Rp2,8 miliar.

Selain bantuan tunai, panitia juga mengirim ambulans, obat-obatan, dan pangan. Total 35 ambulans disiapkan untuk didistribusikan ke Papua, Maluku, NTT, daerah bencana, dan wilayah prioritas lainnya.

Sementara itu, 70 persen dana yang terkumpul dialokasikan langsung untuk aksi sosial seperti pendidikan, sembako bagi keluarga miskin tanpa memandang agama, serta renovasi rumah ibadah.

Program pendidikan menjadi salah satu prioritas. Dana sebesar Rp10 miliar disalurkan kepada 1.000 siswa dan mahasiswa, masing-masing mendapatkan Rp10 juta. Bantuan ini ditujukan bagi pelajar dari keluarga miskin, anak yatim-piatu, dan mereka yang berasal dari daerah terdampak bencana.

Maruarar menekankan bahwa semua bantuan akan disalurkan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Renovasi Gereja dan Rangkaian Seminar Menjelang Natal

Salah satu program terbesar adalah renovasi 100 gereja di pelosok Indonesia. Dukungan ini termasuk kontribusi Rp10 miliar dari James Riady. Alokasi dilakukan secara merata, dengan Papua, NTT, Maluku, dan Maluku Utara masing-masing menerima lima gereja. Selebihnya dibagikan ke 29 provinsi lain, termasuk wilayah yang terdampak bencana berat.

“Kami berharap bantuan renovasi gereja di daerah bencana dapat disalurkan lebih awal dan diselesaikan lebih cepat agar masyarakat dapat segera menggunakannya pada Hari Natal,” ujar Ara.

Menjelang acara puncak, Panitia juga mengadakan rangkaian seminar di sembilan kota dari 10–19 Desember 2025. Seminar bertema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” ini mengangkat pesan bahwa kehadiran Tuhan membawa pemulihan, terutama dalam keluarga yang menghadapi krisis.

Seminar dimulai di Bandung dan Manado, dilanjutkan ke Medan, Palangkaraya, Ruteng, Ambon, Merauke, Toraja, dan Jakarta. Para pembicara berasal dari beragam latar belakang, termasuk tokoh agama, pejabat publik, akademisi, dan profesional.

Melalui seluruh rangkaian kegiatan, Panitia Natal Nasional berharap Natal 2025 bukan hanya menghadirkan sukacita spiritual, tetapi juga membawa keberkahan nyata bagi mereka yang paling membutuhkan.

Terkini

5 Resep Kue Jadul Lezat untuk Nostalgia di Rumah

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:07:59 WIB

Teknik Memotong Kentang agar Kukusan Pulen dan Beraroma

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:07:56 WIB

Racikan Bumbu Bebek Goreng Empuk dan Gurih Rumahan

Rabu, 10 Desember 2025 | 13:07:53 WIB