Kasus Endometriosis Remaja Meningkat, Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan

Kamis, 04 Desember 2025 | 10:42:18 WIB
Kasus Endometriosis Remaja Meningkat, Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian dunia medis tertuju pada fenomena meningkatnya masalah reproduksi pada remaja putri. 

Salah satu yang paling mencolok adalah munculnya endometriosis di usia yang jauh lebih muda dari sebelumnya. Kondisi yang dulu dianggap hanya menyerang perempuan dewasa, kini mulai ditemukan pada anak-anak belasan tahun.

Kekhawatiran ini semakin menguat setelah seorang dokter kandungan ternama di Amerika Serikat, dr Thais Aliabadi, mengungkap temuan mengejutkan terkait kesehatan reproduksi remaja. Ia mendapati seorang pasien berusia 14 tahun memiliki cadangan sel telur setara perempuan berusia 40 tahun.

Temuan Mengejutkan Dokter: Sel Telur Remaja Menyusut Drastis

Hampir semua perempuan di usia subur pernah mengalami nyeri haid. Meski umum, rasa sakit tersebut tidak boleh diabaikan karena bisa menjadi tanda awal endometriosis. Kondisi ini kini semakin banyak ditemukan pada usia remaja dan sering kali terlambat ditangani.

Kasus endometriosis pada remaja putri dilaporkan meningkat dan muncul pada usia yang makin muda. Dalam wawancaranya di podcast bersama dr Andrew Huberman, dr Aliabadi menegaskan bahwa anggapan perempuan usia 20-an pasti dalam kondisi aman kini tidak lagi relevan.

“Saya punya pasien 14 tahun dengan endometriosis dan jumlah sel telurnya seperti perempuan usia 40 tahun. Saya tidak bisa bilang kalau Anda di usia 20-an pasti baik-baik saja. Itu sudah tidak benar,” ujarnya melalui kutipan video di Instagram, dikutip dari Hindustan Times, Rabu.

Ia menekankan pentingnya skrining dini agar masalah tidak berkembang menjadi komplikasi berat. Menurut dr Aliabadi, menunggu hingga gejala semakin parah hanya akan memperburuk kondisi dan mengurangi peluang penanganan efektif.

Pentingnya Skrining Dini pada Remaja Putri

Menurut dr Aliabadi, keuntungan melakukan deteksi dini jauh lebih besar daripada menunggu keluhan bertambah berat. Ia mendorong seluruh remaja putri untuk melakukan skrining endometriosis, PCOS, dan tes cadangan sel telur.

Pemeriksaan AMH (anti-mullerian hormone) dapat menjadi langkah awal yang sangat mudah dilakukan. Tes darah sederhana ini dapat menggambarkan jumlah sel telur yang dimiliki seseorang, sehingga risiko penurunan cadangan dapat dipantau sejak dini.

Ia mencontohkan bahwa nyeri haid ekstrem pada remaja tidak boleh diabaikan. Banyak kasus yang terlihat seperti keluhan umum menstruasi ternyata merupakan gejala awal endometriosis.

Dalam beberapa situasi, dr Aliabadi bahkan membantu remaja usia 16 tahun melakukan pembekuan sel telur. Keputusan ini diambil karena cadangan sel telur remaja tersebut menurun dengan cepat dan berisiko mengganggu masa depan reproduksinya.

Memahami Endometriosis dan Dampaknya

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), endometriosis adalah kondisi kronis ketika jaringan mirip endometrium—yang seharusnya berada di dalam rahim—tumbuh di luar rahim. Kondisi ini menyebabkan peradangan, nyeri hebat, dan terbentuknya jaringan parut.

Hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan endometriosis. Namun, gejalanya dapat dikendalikan melalui pengobatan yang tepat, termasuk obat pereda nyeri, terapi hormon, hingga tindakan bedah pada kasus yang berat.

Endometriosis memiliki dampak luas pada penderitanya. Rasa nyeri menstruasi parah, kelelahan ekstrem, depresi, perdarahan berlebih, hingga kesulitan hamil adalah beberapa keluhan yang sering muncul. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan mental penderitanya.

WHO memperkirakan bahwa endometriosis mempengaruhi sekitar 10% perempuan usia reproduktif di seluruh dunia. Angka ini diprediksi meningkat karena deteksi semakin baik dan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap gejala yang sering diabaikan.

Gejala yang Perlu Diwaspadai Sejak Usia Remaja

Nyeri haid yang melumpuhkan, sakit panggul konsisten, perut kembung, atau perdarahan menstruasi yang tidak normal adalah sinyal yang tidak boleh dianggap sepele. Banyak remaja menganggap gejala tersebut sebagai bagian biasa dari masa pubertas, padahal bisa menjadi tanda awal gangguan reproduksi.

Karena itu, edukasi sejak dini sangat penting. Orang tua dan remaja perlu memahami bahwa nyeri yang terlalu kuat bukan sesuatu yang wajar. Pemeriksaan ke dokter kandungan harus dilakukan bila keluhan menstruasi mengganggu aktivitas sekolah atau membuat remaja sulit berfungsi secara normal.

Endometriosis bukan sekadar penyakit fisik. Penderitanya sering mengalami stres emosional, rasa cemas, dan penurunan kepercayaan diri akibat rasa sakit yang terus berulang. Penanganan komprehensif menjadi kunci untuk mencegah dampak jangka panjang.

Deteksi Dini adalah Kunci Perlindungan Reproduksi

Temuan dr Aliabadi mengenai remaja 14 tahun dengan cadangan sel telur seperti perempuan 40 tahun menjadi pengingat penting bahwa kesehatan reproduksi perlu dipantau sejak dini. Meningkatnya kasus endometriosis pada usia muda menuntut kesadaran lebih besar dari masyarakat dan tenaga medis.

Skrining seperti AMH, pemeriksaan rutin, dan perhatian terhadap gejala menstruasi tidak normal dapat membantu mencegah kerusakan lebih lanjut. Langkah kecil di usia remaja dapat memberikan dampak besar pada masa depan kesuburan dan kualitas hidup perempuan.

Terkini

9 Aplikasi YouTube Tanpa Iklan Terbaik 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 13:43:09 WIB

Mitratel Fokus Pulihkan Ribuan Titik Jaringan Sumatra

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:48 WIB

Wings Air Buka Tiga Rute Baru dari Bandung 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:47 WIB

KM Sinabung Pelni Desember 2025: Rute dan Tiket Lengkap

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:44 WIB

Sugar Co Ambil Alih Tiga Pabrik Gula Milik ID FOOD

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:39 WIB