JAKARTA - Kemajuan teknologi eksplorasi bawah permukaan membuka peluang baru bagi Indonesia untuk memaksimalkan energi panas bumi yang selama ini belum tergarap optimal.
Melalui laporan The Future of Geothermal in Indonesia yang dirilis Project InnerSpace pada Selasa, potensi teknis panas bumi nasional diperkirakan mencapai 2.160 gigawatt (GW).
Angka tersebut jauh melampaui estimasi sumber daya hidrotermal yang selama ini menjadi acuan. Dengan perkembangan teknologi pengeboran, pemanfaatan panas bumi kini dapat dilakukan di wilayah yang sebelumnya dinilai kurang ideal untuk pengembangan proyek.
Posisi Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik memberi keuntungan besar. Keberadaan puluhan gunung api aktif menjadikan Indonesia salah satu negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia. Ini membuka ruang bagi transformasi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
kesempatan mengurangi ketergantungan energi impor
Pemanfaatan potensi panas bumi sebesar itu dapat mendukung hingga 90 persen kebutuhan panas proses industri di sektor manufaktur utama.
Jika potensi ini dikembangkan secara optimal, Indonesia berpeluang mengurangi ketergantungan pada batu bara dan bahan bakar fosil impor. Efek lanjutan dari berkurangnya konsumsi bahan bakar fosil tentu berdampak signifikan pada kualitas udara serta menurunkan emisi gas rumah kaca.
Energi panas bumi juga menawarkan keandalan jangka panjang sebagai sumber listrik dengan harga kompetitif. Selain cocok untuk kebutuhan industri, energi ini dapat menopang kebutuhan listrik pusat data yang memerlukan pasokan stabil dan tidak terputus.
Selain manfaat lingkungan dan pasokan listrik, pemanfaatan panas bumi secara luas diproyeksikan menciptakan lebih dari 650.000 lapangan kerja baru. Indonesia telah memiliki tenaga ahli yang berpengalaman dalam mengelola hidrotermal konvensional, sehingga kesiapan sumber daya manusia bukan menjadi hambatan utama.
pemimpin global dalam sektor hidrotermal
Direktur Keterlibatan Global Project InnerSpace, Jackson Grimes, menegaskan bahwa Indonesia saat ini sudah menjadi salah satu pemimpin global dalam pemanfaatan panas bumi hidrotermal.
Menurutnya, pengalaman panjang Indonesia dalam sektor minyak dan gas memberikan modal besar yang dapat mempercepat pengembangan energi panas bumi generasi terbaru. Melalui keterampilan teknis dan kapasitas pengeboran yang mumpuni, Indonesia dinilai siap memasuki fase lanjutan berupa pendinginan berbasis panas bumi, panas industri, hingga penyediaan listrik generasi terbaru.
Jackson menyebut bahwa kemampuan ini menempatkan Indonesia di posisi strategis untuk menjadi pelopor dalam membangun sistem pendingin terpusat (district cooling) berbasis panas bumi. Konsep ini sangat relevan bagi kawasan industri dan perkotaan yang membutuhkan efisiensi energi lebih tinggi.
potensi regulasi untuk percepatan pemanfaatan energi bersih
Berdasarkan analisis Project InnerSpace, Indonesia bisa membuka ribuan megawatt energi rendah emisi gas rumah kaca jika memperkuat regulasi yang mendukung.
Sejauh ini, pemanfaatan panas bumi masih berfokus pada ketenagalistrikan. Padahal, energi ini memiliki potensi besar untuk memperkuat daya saing industri melalui pemanfaatan di sektor non-listrik, seperti manufaktur dan pengolahan pangan hingga logistik.
Dengan regulasi yang tepat, pemanfaatan panas bumi di luar kelistrikan dapat menciptakan ratusan ribu lapangan kerja terampil sekaligus mendorong diversifikasi energi bersih di dalam negeri.
Salah satu tantangan utama dalam proyek hidrotermal adalah keterbatasan lokasi. Sebagian besar sumber daya berada di kawasan lindung atau dekat permukiman, yang sering menimbulkan potensi konflik sosial dan lingkungan.
Dalam konteks ini, teknologi panas bumi generasi terbaru menjawab hambatan tersebut. Sistem baru ini tidak membutuhkan reservoir bawah tanah alami sehingga dapat dikembangkan di lebih banyak wilayah selama memiliki sumber panas bumi yang memadai. Dengan demikian, isu perizinan, keterbatasan lokasi, dan dampak sosial dapat diminimalkan.
menuju swasembada energi berkelanjutan
Transformasi panas bumi bukan hanya soal menciptakan sumber listrik baru, tetapi juga mengubah wajah industri dalam negeri. Menggantikan batu bara dengan panas bumi dapat memperbaiki kualitas udara, mengurangi impor energi, dan meningkatkan efisiensi industri secara nasional.
Keuntungan lain yang tak kalah penting adalah peluang Indonesia untuk menjadi pusat inovasi energi panas bumi dunia. Dengan sumber daya alam melimpah dan pengalaman teknis yang kuat, Indonesia memiliki posisi strategis untuk memimpin era energi hijau di kawasan Asia Pasifik.
Jika regulasi, investasi, dan inovasi teknologi diperkuat, potensi 2.160 GW panas bumi bukan sekadar angka. Energi ini dapat menjadi fondasi bagi swasembada energi yang bersih, stabil, dan berkelanjutan.
Dengan fondasi tersebut, Indonesia berada pada momentum penting untuk mempercepat transisi energi nasional. Panas bumi bukan lagi sekadar alternatif, melainkan tulang punggung masa depan energi yang rendah emisi dan berdaya saing tinggi.