JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) memastikan merger tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya tidak akan rampung pada tahun 2025.
Proses penggabungan akan dilanjutkan pada kuartal I 2026.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil karena sejumlah BUMN Karya masih menghadapi persoalan keuangan yang kompleks. “Kita carry forward ke tahun depan, (merger) tidak selesai di tahun ini,” ujar Dony saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (27/11/2025).
Kondisi Keuangan BUMN Karya Masih Rawan
Alasan utama penundaan merger adalah kondisi keuangan BUMN Karya yang dinilai rapuh. Dony menegaskan restrukturisasi utang menjadi langkah awal yang harus diselesaikan sebelum penggabungan.
“Teman-teman tentu tahu problematika di Karya banyak sekali, termasuk tadi restrukturisasi daripada utang-utangnya dulu. Jadi problem keuangan mereka cukup dalam,” tambahnya. Proses ini mencakup penataan aset, revaluasi, dan evaluasi struktur keuangan agar perusahaan lebih stabil.
Tujuh BUMN Karya Masih Dalam Kajian Menyeluruh
Danantara saat ini meninjau rencana penggabungan tujuh BUMN Karya, yaitu Hutama Karya, Waskita Karya, Wijaya Karya, Adhi Karya, PTPP, Brantas Abipraya, dan Nindya Karya. Peninjauan menyeluruh dianggap penting karena kondisi masing-masing perusahaan berbeda dan belum siap digabungkan secara langsung.
Dony menekankan, sebagai super holding, prioritas utama adalah memperbaiki perusahaan yang menghadapi masalah keuangan paling berat. “Langkah tersebut mencakup proses impairment, revaluasi aset, hingga penataan ulang struktur keuangan,” ujarnya.
Skenario Merger Masih Dikaji
Meski mundur dari target awal, Danantara memastikan merger tetap akan dilaksanakan. Beberapa skenario masih dikaji untuk menentukan bentuk penggabungan terbaik agar industri konstruksi BUMN lebih kuat ke depan.
“Khusus untuk Karya, kita masih melakukan proses pengkajian bentuk terbaik daripada merger. Mergernya kan sudah pasti karena kita akan melakukan supaya perusahaan-perusahaan karya kita menjadi lebih kuat ke depannya,” jelas Dony.
RUPS Luar Biasa Tidak Langsung Terkait Merger
Sejumlah kabar menyebutkan BUMN Karya akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) pada akhir tahun. Dony menegaskan agenda RUPS LB bukan bagian dari merger, melainkan perubahan anggaran dasar perusahaan.
“Hampir semua BUMN akan melakukan RUPS untuk perubahan anggaran dasar karena memang dengan adanya jadwal rapat, seluruh anggaran dasar itu akan dikoreksi dan disesuaikan dengan undang-undang baru,” ungkapnya.
Peran Danantara Sebagai Super Holding
BPI Danantara berperan sebagai super holding yang bertugas menyiapkan BUMN Karya menghadapi tantangan industri konstruksi. Peran ini mencakup menstabilkan kondisi keuangan, melakukan audit internal, dan memastikan perusahaan siap digabungkan tanpa menimbulkan risiko tambahan.
Dony menegaskan bahwa stabilisasi keuangan menjadi prasyarat utama. “Kita harus pastikan perusahaan kuat dulu sebelum merger agar penggabungan berjalan lancar dan memberikan nilai tambah maksimal bagi negara,” ujarnya.
Dampak Penundaan Merger
Penundaan merger diharapkan memberikan waktu bagi BUMN Karya untuk menyelesaikan persoalan utang dan memperbaiki neraca keuangan. Hal ini penting agar merger nanti tidak menimbulkan risiko likuiditas dan memastikan operasional perusahaan tetap stabil.
Selain itu, pengkajian skema penggabungan yang matang memungkinkan terciptanya sinergi antar BUMN Karya, memperkuat posisi industri konstruksi nasional, serta meningkatkan efisiensi dan daya saing di pasar.