JAKARTA - Berbakti kepada orangtua tidak berhenti ketika mereka meninggal dunia.
Sebagai anak, kewajiban untuk mendoakan, menghormati, dan meneruskan kebaikan orangtua tetap berjalan melalui berbagai amalan yang dianjurkan dalam Islam.
Dalam kajian Zuhur di Masjid Istiqlal, Jakarta, Wakil Penyelenggara Peribadatan Masjid Istiqlal KH Mas’ud Halimin MA menjelaskan empat amalan utama agar anak tetap berbakti kepada orangtua yang telah wafat. Penjelasan ini merujuk pada kitab Al-Adab Al-Mufrad karya Imam Bukhari.
1. Mendoakan Orangtua (Ad-du’au lahuma)
Doa anak shalih menjadi amal yang tidak terputus walaupun orangtua telah meninggal. KH Mas’ud menekankan pentingnya membaca Al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada orangtua.
“Penting bagi anak untuk mendoakan orang tuanya sendiri dan membacakan ayat Al-Qur’an seperti Surah Al-Fatihah,” ujarnya. Dengan rutin mendoakan, anak bisa terus menyalurkan kebaikan dan pahala kepada orangtua tercinta.
Selain itu, doa yang tulus juga menjadi pengikat batin dan sarana untuk mengekspresikan kasih sayang meski orangtua tidak lagi hadir secara fisik.
2. Memohonkan Ampun untuk Orangtua (Al-istighfaru lahuma)
Memohon ampunan untuk dosa-dosa orangtua yang telah meninggal termasuk bentuk bakti. KH Mas’ud menegaskan, amal ini berlaku selama orangtua wafat dalam keadaan beriman.
Doa istighfar bagi orangtua dapat dilakukan setiap hari maupun setelah ibadah tertentu. Praktik ini mengingatkan anak untuk selalu menghubungkan diri dengan Allah dan mendoakan kebaikan bagi generasi sebelumnya.
Selain mendatangkan pahala bagi orangtua, doa ini juga menumbuhkan kesadaran spiritual anak agar senantiasa menghargai jasa orangtua dalam hidupnya.
3. Menunaikan Janji Orangtua (Wa infadhu ahdihima)
Memenuhi amanah atau janji yang pernah diucapkan orangtua menjadi wujud penghormatan. KH Mas’ud memberikan contoh, jika orangtua berjanji membangun masjid atau melakukan amal tertentu, anak dianjurkan melanjutkan janji tersebut.
Bersedekah atas nama orangtua yang telah wafat juga diperbolehkan dan pahalanya sampai kepada mereka. Dalam hadis riwayat Muslim, seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang sedekah untuk ayahnya yang meninggal tanpa wasiat. Rasulullah menjawab, “Ya.” (HR. Muslim)
Hadis lain terkait Saad bin Ubadah juga menegaskan keutamaan sedekah untuk orangtua yang telah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa amal kebaikan dapat terus mengalir bagi orangtua melalui tindakan anak.
4. Memuliakan Sahabat Orangtua (Wa ikramu shadiqihima)
KH Mas’ud menekankan pentingnya menjaga hubungan dengan sahabat-sahabat orangtua. Tindakan ini termasuk bentuk menghormati orangtua, meski anak tidak mengenal mereka sebelumnya.
Melalui memuliakan sahabat orangtua, anak dapat menggantikan peran orangtua dalam menjaga tali persaudaraan dan hubungan sosial. Ini juga mengajarkan nilai kesopanan, tanggung jawab, dan rasa hormat yang melekat pada ajaran Islam.
Menjaga silaturahmi dengan sahabat orangtua sekaligus menjadi cara anak melanjutkan legacy positif orangtua di masyarakat.
Amalan yang Menjadi Jalan Pahala Anak
Keempat amalan ini—doa, istighfar, menunaikan janji, dan memuliakan sahabat—menjadi cara anak tetap berbakti meski orangtua telah tiada. KH Mas’ud menekankan bahwa amal-amal ini menyalurkan pahala dan menjaga keberkahan hidup bagi orangtua dan anak.
Selain memberikan pahala, amalan ini juga mendidik anak untuk terus mengingat jasa orangtua, menumbuhkan rasa syukur, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah.
Dengan menjalankan amalan-amalan tersebut, anak tidak hanya menghormati orangtua secara simbolis, tetapi juga menjalankan ajaran Islam yang menekankan kontinuitas kebaikan antar-generasi.