JAKARTA - Kinerja pasar modal Indonesia kembali mencuri perhatian setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menorehkan rekor baru di level 8.602 pada perdagangan Rabu.
Pencapaian tersebut tidak hanya menjadi simbol kekuatan pasar, tetapi juga dianggap sebagai cerminan dari optimisme investor terhadap fondasi ekonomi Tanah Air.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pun menyampaikan pandangannya mengenai faktor utama yang mendorong kenaikan tersebut, terutama dari sisi kepercayaan investor terhadap arah kebijakan dan pembangunan ekonomi nasional.
Dalam komentar resminya, Purbaya menegaskan bahwa lonjakan IHSG tidak akan terjadi tanpa adanya sentimen positif pada kondisi ekonomi. Menurutnya, para pelaku pasar selalu bekerja dengan perspektif jangka panjang.
Artinya, ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kejelasan program pemerintah menjadi kunci utama dalam pengambilan keputusan investasi. Hal inilah yang kemudian tercermin dalam pergerakan indeks yang menguat konsisten sepanjang sesi perdagangan.
Pasar modal yang menunjukkan pergerakan agresif ini menandakan bahwa sentimen optimisme tidak hanya berasal dari faktor global, tetapi juga didorong oleh kondisi fundamental domestik yang dianggap kuat dan stabil.
Optimisme Investor Jadi Motor Penggerak IHSG
Dalam penjelasannya, Purbaya menyebut bahwa para investor pasar modal cenderung memiliki cara pandang forward looking.
Mereka tidak sekadar melihat apa yang terjadi saat ini, tetapi lebih fokus pada potensi ekonomi di masa depan. Baginya, momentum kenaikan IHSG menggambarkan bahwa kepercayaan investor terhadap arah kebijakan pembangunan semakin kuat.
“Kalau nggak ada optimisme di perekonomian, itu nggak akan naik ke 8.600,” ujar Purbaya. Ia menegaskan bahwa kenaikan indeks bukan hanya efek sesaat, melainkan bentuk keyakinan bahwa program ekonomi pemerintah akan menghasilkan pertumbuhan nyata ke depan.
Selain itu, ia juga menyoroti bahwa meski pertumbuhan ekonomi belum mencapai tingkat yang ideal, para investor memiliki kemampuan untuk memprediksi arah pergerakan ekonomi melalui indikator-indikator makro. Inilah yang membuat kepercayaan tetap terjaga dan mendorong mereka untuk menanamkan modal.
Dinamika Pasar: Antara Saham Fundamentalis dan Saham 'Gorengan'
Meskipun banyak saham mengalami peningkatan, Purbaya tidak menampik adanya dinamika unik di pasar. Ia menyebut keberadaan saham-saham berisiko tinggi atau yang dikenal sebagai saham “gorengan”. Namun, menurutnya, keberadaan saham-saham tersebut tidak menghambat momentum positif keseluruhan pasar.
“Harusnya kalau diinterpolasikan ke saham, seperti itu. Mungkin nggak sekarang, tapi mereka kan lihatnya ke depan, forward looking. Ada beberapa (saham) yang ‘gorengan’, tapi yang lain naik juga kan,” ucapnya.
Selain itu, data Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa pada penutupan perdagangan, indeks LQ45 juga mencatat kenaikan sebesar 0,89 persen ke posisi 864,77. Pergerakan ini memperlihatkan bahwa saham-saham berfundamental kuat juga ikut mendorong kenaikan IHSG.
Sepanjang perdagangan, IHSG terus bertahan di zona hijau sejak pembukaan hingga penutupan sesi kedua. Hal ini memperkuat sinyal bahwa pasar tengah berada dalam kondisi yang stabil dan optimis.
Sektor Penggerak Kenaikan dan Saham yang Mendominasi
Dalam pergerakan sektoral, delapan sektor tercatat mengalami penguatan. Pemimpin utama adalah sektor energi yang melonjak 2,11 persen, diikuti sektor keuangan dan barang baku yang masing-masing naik 1,79 persen dan 1,38 persen.
Kinerja ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap sektor-sektor strategis masih sangat tinggi, sejalan dengan prospek ekonomi yang berkembang.
Sebaliknya, tiga sektor mengalami penurunan, yakni transportasi dan logistik yang turun 0,41 persen, disusul sektor kesehatan sebesar 0,28 persen, serta sektor industri yang turun tipis 0,02 persen. Meski beberapa sektor mengalami tekanan, hal tersebut tidak cukup untuk menahan laju penguatan IHSG secara keseluruhan.
Untuk pergerakan individual, beberapa saham mencatat kenaikan signifikan seperti JAWA, DNAR, UNTD, CASA, dan MINA yang menjadi top gainers hari itu. Di sisi lain, saham-saham seperti SMDM, DEPO, KUAS, WEHA, dan SWID berada di posisi top losers.
Frekuensi transaksi pada hari tersebut mencapai 2.701.161 kali, dengan total volume perdagangan mencapai 53,99 miliar lembar saham senilai Rp26,73 triliun. Sebanyak 293 saham menguat, 365 saham melemah, dan 149 stagnan. Data ini mencerminkan tingginya aktivitas pasar dan beragamnya sentimen investor terhadap berbagai sektor dan saham.
Fondasi Ekonomi sebagai Pilar Kenaikan IHSG
Purbaya kembali menekankan bahwa pencapaian IHSG tidak bisa dilepaskan dari solidnya fondasi ekonomi Indonesia. Menurutnya, ketika program-program pembangunan berjalan dengan jelas dan konsisten, kepercayaan investor akan meningkat.
Pernyataan ini memperkuat pandangan bahwa stabilitas ekonomi bukan hanya berbicara mengenai angka-angka pertumbuhan, tetapi juga mengenai persepsi dan keyakinan para pelaku pasar terhadap arah kebijakan negara.
Selama investor melihat ada peluang pertumbuhan yang lebih baik di masa depan, pasar modal akan tetap menjadi salah satu sektor yang bergerak agresif dan menarik.
Dengan pencapaian IHSG yang menyentuh rekor baru, pemerintah berharap momentum ini akan terus mendorong investasi serta mendukung kinerja ekonomi nasional menjelang akhir tahun dan sepanjang tahun mendatang.