JAKARTA - Keikutsertaan Indonesia dalam forum internasional kembali ditegaskan melalui perjalanan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ke Afrika Selatan.
Usai menyelesaikan rangkaian agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Wapres kini kembali ke Tanah Air dan membawa sejumlah pesan penting terkait arah diplomasi dan prioritas Indonesia di tingkat global.
Kedatangan Wapres Gibran di Jakarta pada Senin pukul 09.55 WIB menandai berakhirnya misi diplomatik yang berlangsung sejak akhir pekan lalu.
Keberhasilan agenda tersebut sekaligus menunjukkan komitmen Indonesia tetap hadir dalam forum strategis dunia, meskipun Presiden Prabowo Subianto tidak dapat hadir karena agenda dalam negeri.
Agenda Diplomatik Padat di Johannesburg
Selama berada di Johannesburg sejak Jumat, Wapres Gibran menjalani berbagai agenda resmi. Ia mengikuti sesi pleno KTT G20, menghadiri forum pendukung, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin dunia serta pimpinan organisasi internasional.
Dalam rangkaian diskusi tersebut, isu-isu strategis seperti ketahanan pangan, ekonomi digital, investasi, hingga tata kelola kecerdasan artifisial (AI) menjadi fokus utama. Kehadiran Indonesia di berbagai sesi itu menegaskan posisi nasional sebagai negara yang aktif dalam membentuk kebijakan global.
Sebelum bertolak ke Tanah Air pada Minggu pukul 17.55 WS, Wapres Gibran dilepas oleh sejumlah pejabat tinggi Afrika Selatan.
Di antaranya Wakil Menteri Kehakiman Andries Nel, Duta Besar RI untuk Afrika Selatan Saud Purwanto Krisnawan, Konsul Jenderal RI di Cape Town Tudiono, serta Atase Pertahanan KBRI Pretoria Kolonel (Mar) Guntur Almasyiha.
Indonesia Tekankan Keadilan Global di G20
Dalam KTT yang mengangkat tema inklusivitas dan kolaborasi internasional, Wapres Gibran membawa pesan penting dari Indonesia. Ia menegaskan pentingnya pemerataan akses teknologi, kerja sama ekonomi yang adil, serta penguatan kemitraan global yang berpihak pada negara-negara berkembang.
“Masa depan ekonomi global harus dibangun di atas prinsip keadilan, baik dalam pemanfaatan teknologi, pengelolaan sumber daya alam, maupun perlindungan hak serta kesejahteraan para pekerja,” pungkas Gibran.
Pernyataan tersebut menggambarkan arah diplomasi Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo, yang menekankan keseimbangan global dan kemandirian negara berkembang. Isu kesenjangan akses teknologi, khususnya terkait AI dan digitalisasi, menjadi salah satu sorotan besar dalam forum tersebut.
Dalam berbagai pertemuan bilateral, Indonesia turut membahas pendekatan kolaboratif untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi kawasan dan mendukung stabilitas global. Kerja sama di sektor pangan, investasi, serta teknologi menjadi pembahasan yang mengemuka.
Kehadiran Wapres Tunjukkan Konsistensi Diplomasi Indonesia
Meski Presiden Prabowo berhalangan hadir karena agenda dalam negeri, pengiriman Wapres Gibran sebagai utusan khusus menunjukkan bahwa Indonesia tetap konsisten menjalankan komitmen di level global.
Hal tersebut ditegaskan Tim Komunikasi Wapres yang menyebut penugasan Gibran bertujuan menjaga keberlanjutan hubungan baik dengan Afrika Selatan selaku tuan rumah.
“Jadwal KTT G20 di Afrika Selatan bertepatan dengan beberapa agenda Presiden di Tanah Air, sehingga Pak Presiden akan diwakili Pak Wapres di G20,” pungkas Teddy.
Kehadiran tersebut juga memastikan bahwa Indonesia tidak melewatkan kesempatan dalam menentukan arah pembahasan KTT, khususnya terkait isu-isu yang menjadi prioritas nasional. Langkah ini sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang aktif dan konstruktif dalam kerja sama multilateral.
Konteks Global dan Peran Indonesia ke Depan
Partisipasi Indonesia dalam KTT G20 Afrika Selatan berlangsung pada momentum penting ketika dunia tengah menghadapi dinamika geopolitik dan ketidakpastian ekonomi. Diskusi tentang teknologi dan AI menjadi semakin relevan, terutama bagi negara berkembang yang masih berjuang menyamakan langkah dengan negara-negara maju.
Melalui berbagai pernyataan dan intervensi yang disampaikan Wapres Gibran, Indonesia menegaskan sikapnya bahwa transformasi digital harus bersifat inklusif. Pendekatan itu tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat luas.
Selain itu, Indonesia turut menyoroti perlunya kolaborasi lebih erat dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan global. Dengan pengalaman dan kapasitas sebagai salah satu negara agraris terbesar, Indonesia mendorong sinergi yang berorientasi pada keberlanjutan.
Partisipasi aktif Indonesia di forum global seperti G20 juga menjadi peluang penting untuk memperkuat kerja sama investasi. Berbagai pertemuan bilateral selama KTT membuka ruang bagi penguatan kemitraan strategis di berbagai sektor, termasuk pangan, teknologi, dan ekonomi hijau.
Penutup: Diplomasi yang Tetap Berjalan Solid
Kembalinya Wapres Gibran dari Afrika Selatan menjadi penanda bahwa agenda kenegaraan terus berjalan dinamis. Selain membawa hasil diplomasi, kunjungan tersebut menegaskan keseriusan Indonesia dalam memastikan kepentingan nasional tetap diperjuangkan di panggung internasional.
Dengan membawa pesan mengenai keadilan global, pemerataan teknologi, dan pentingnya kolaborasi, Indonesia menunjukkan posisinya sebagai negara yang tidak hanya ikut serta, tetapi juga berkontribusi dalam membentuk arah kebijakan dunia.