JAKARTA - TNI Angkatan Laut mempersiapkan personel khusus untuk misi perdamaian di Gaza, Palestina.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Tunggul menegaskan, fokus utama pasukan adalah bidang kesehatan dan konstruksi Zeni.
“Difokuskan kepada prajurit di bidang kesehatan untuk membantu masyarakat sipil dan prajurit yang membidangi konstruksi, guna melaksanakan perbaikan infrastruktur masyarakat yang hancur di wilayah konflik Gaza,” kata Tunggul, Senin di Jakarta.
Pemilihan personel didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat di Gaza. Seluruh prajurit yang disiapkan memiliki pengalaman misi operasi militer selain perang (OMSP), baik di dalam maupun luar negeri, sehingga siap menghadapi berbagai kondisi di lapangan.
Penyiapan dan Persetujuan Pemerintah
Meskipun TNI AL sudah menyiapkan prajurit, Tunggul menyebut jumlah pasti personel belum diumumkan. Pengiriman menunggu persetujuan dari pemerintah pusat dan Panglima TNI.
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menambahkan, total 20.000 prajurit disiapkan untuk misi perdamaian, dengan fokus pada kesehatan dan konstruksi. “Kita maksimalkan 20.000 prajurit kita siapkan, tetapi spesifikasinya kepada kesehatan dan juga konstruksi,” ujarnya.
Langkah ini dilakukan berdasarkan arahan Presiden Prabowo Subianto. Penekanan pada misi kemanusiaan dan pembangunan infrastruktur menunjukkan bahwa pengiriman pasukan bukan semata-mata soal operasi militer, melainkan dukungan nyata terhadap warga sipil yang terdampak konflik.
Tugas Kemanusiaan dan Perdamaian
Sjafrie menjelaskan, tugas pasukan mencakup layanan kesehatan bagi korban perang dan pembangunan infrastruktur yang rusak. “Pasukan yang akan datang itu sifatnya untuk menjaga perdamaian, sehingga bisa berlangsung lebih lama menuju perundingan politik,” jelasnya.
Selain pasukan darat, TNI Angkatan Udara tetap akan memberikan dukungan logistik melalui metode airdrop, seperti yang sudah dilakukan tahun ini. Ini memastikan bantuan tetap berlanjut, bahkan sebelum pasukan perdamaian tiba di lokasi.
Pengiriman ini menjadi langkah strategis pemerintah Indonesia dalam misi kemanusiaan internasional sekaligus memperkuat citra negara di kancah global.
Keputusan Akhir oleh Presiden
Meski penyiapan sudah matang, Sjafrie belum bisa memastikan tanggal keberangkatan pasukan. Keputusan final mengenai pengiriman akan diambil langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Presiden akan menentukan waktu pengiriman, semua masih menunggu arahan dari beliau,” kata Sjafrie. Hal ini menegaskan bahwa setiap langkah operasi dipantau secara ketat oleh pemerintah pusat, untuk memastikan keamanan pasukan sekaligus efektivitas misi.
Dengan koordinasi yang matang antara TNI AL, Kementerian Pertahanan, dan pemerintah pusat, Indonesia menunjukkan kesiapan menghadapi tantangan kemanusiaan secara profesional dan terencana.
Persiapan Prajurit Profesional
Personel yang dikirim memiliki pengalaman misi OMSP di dalam dan luar negeri, sehingga mampu menangani kondisi darurat di lapangan. Mereka tidak hanya dilatih secara fisik, tetapi juga siap memberikan layanan medis dan membangun infrastruktur yang diperlukan warga sipil.
Hal ini memperlihatkan pendekatan holistik misi perdamaian Indonesia: bukan sekadar keamanan militer, tetapi juga dukungan kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan di wilayah konflik.
Dengan strategi ini, Indonesia memastikan misi di Gaza berjalan efektif, profesional, dan sesuai prinsip kemanusiaan. Fokus pada kesehatan dan konstruksi menjadi bukti komitmen nyata TNI dalam membantu masyarakat terdampak konflik, sekaligus menjaga perdamaian jangka panjang di wilayah tersebut.