Waspada RSV: Risiko Serius bagi Bayi Prematur Indonesia

Senin, 24 November 2025 | 12:03:42 WIB
Waspada RSV: Risiko Serius bagi Bayi Prematur Indonesia

JAKARTA - Peringatan Hari Anak, Hari Prematur, dan Hari Pneumonia Sedunia menjadi momentum penting bagi orang tua untuk memahami satu ancaman kesehatan yang sering kali tidak terlihat: Respiratory Syncytial Virus (RSV). 

Virus ini tidak hanya menginfeksi anak-anak yang terlihat sehat, tetapi juga dapat menyerang bayi sejak masih berada di dalam kandungan, sehingga meningkatkan potensi lahir prematur.

Kesadaran mengenai RSV perlu diperkuat karena bayi prematur menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi. Kondisi organ yang belum berkembang sempurna dan lemahnya sistem kekebalan tubuh membuat mereka rentan mengalami gangguan pernapasan berat jika terpapar virus tersebut.

Di sisi lain, Indonesia memiliki jumlah kelahiran prematur yang tinggi, sehingga urgensi pencegahan menjadi semakin besar.

Bayi Prematur dan Risiko Tinggi Terhadap RSV

Setiap tahun, lebih dari 675.000 bayi lahir prematur di Indonesia, menjadikan negara ini berada pada posisi ke-5 dunia untuk jumlah kelahiran prematur tertinggi. Bayi prematur, yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, belum memiliki sistem imun yang matang dan paru-paru yang sempurna.

“Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi karena paru-parunya belum berkembang sempurna. Selain itu, bayi prematur juga belum sempat menerima transfer antibodi pelindung dari ibunya secara optimal selama masa kehamilan

sehingga sistem kekebalan tubuh mereka masih sangat lemah dan rentan terhadap berbagai infeksi," ujar Prof. Rinawati Rohsiswatmo, Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neonatologi, dikutip Jumat, 21 November 2025.

Dari pengamatan klinis, bayi prematur memiliki kemungkinan dua hingga tiga kali lebih besar untuk dirawat di rumah sakit akibat infeksi RSV pada tahun pertama kehidupan mereka. Infeksi ini dapat berkembang cepat hingga memerlukan perawatan intensif dengan durasi lebih lama dibandingkan infeksi pernapasan lainnya.

Gejala RSV dan Pentingnya Membedakannya dari Flu Umum

RSV merupakan penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah pada bayi dan anak di seluruh dunia. Kontribusinya mencapai 60–80% pada kasus bronkiolitis dan hingga 30% pada pneumonia. Namun, gejala awal RSV sering menyerupai flu biasa, sehingga banyak orang tua tidak menyadari perkembangan penyakit ini.

Gejala awal RSV meliputi pilek, bersin, dan batuk ringan. Namun, pada bayi — terutama yang prematur — infeksi dapat berkembang menjadi gangguan pernapasan serius, serta meninggalkan risiko jangka panjang seperti asma, wheezing kronis, hingga penurunan fungsi paru.

Menurut National Foundation for Infectious Diseases (NFID), gejala batuk pilek biasa biasanya tidak disertai demam dan jarang menimbulkan sesak. Flu datang dengan demam tinggi dan nyeri otot, sementara Covid-19 dapat disertai gangguan penciuman dan sesak.

Berbeda dari ketiganya, RSV lebih sering menyerang bayi dan anak, dengan gejala khas berupa batuk, demam ringan, mengi, hingga kesulitan bernapas. Pada bayi yang memiliki risiko tinggi, gejala ini dapat memburuk dalam waktu singkat.

“RSV sering kali belum menjadi perhatian utama bagi orang tua, padahal virus ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan pernapasan anak," kata Prof. Cissy Rachiana Sudjana Prawira, Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi Anak. Studi di Indonesia juga menunjukkan RSV sebagai salah satu patogen utama penyebab pneumonia pada anak.

Profilaksis dan Langkah Pencegahan untuk Bayi Berisiko

Berdasarkan Konsensus RSV Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2024, deteksi dini dan pemberian antibodi monoklonal seperti Palivizumab direkomendasikan bagi bayi berisiko tinggi. Kelompok tersebut meliputi bayi prematur, bayi dengan bronchopulmonary dysplasia (BPD), serta bayi dengan penyakit jantung bawaan (CHD).

“Palivizumab sendiri telah terbukti menurunkan angka rawat inap akibat RSV hingga lebih dari 50% pada bayi berisiko tinggi,” tambah Prof. Cissy.

Peran orang tua menjadi kunci dalam melindungi bayi prematur dari potensi paparan. Selain imunisasi pasif, langkah sederhana seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan, menghindari kontak dengan orang sakit, memastikan ventilasi rumah, serta membatasi keramaian bisa memberikan perlindungan signifikan.

“Selain imunisasi pasif… orang tua juga harus melakukan langkah-langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah bayi prematur terpapar RSV,” ujar Prof. Rinawati.

Dukungan Medis dan Kolaborasi Lintas Sektor

Selain edukasi dari tenaga medis, peran berbagai lembaga kesehatan juga penting untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai RSV. AstraZeneca Indonesia menegaskan komitmennya dalam memperluas edukasi kepada masyarakat, terutama bagi orang tua dengan bayi prematur.

“Upaya mengurangi risiko infeksi RSV tidak hanya bergantung pada tindakan berbasis klinis, tetapi juga pada kesadaran dan langkah preventif orang tua… AstraZeneca Indonesia berkomitmen mendukung edukasi berkelanjutan,” jelas Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia.

Kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, organisasi profesi, dan industri kesehatan menjadi faktor besar dalam mengurangi beban penyakit RSV. Dengan kesadaran yang lebih luas, risiko gangguan pernapasan berat pada bayi — khususnya yang prematur — dapat ditekan secara signifikan.

Terkini

9 Aplikasi YouTube Tanpa Iklan Terbaik 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 13:43:09 WIB

Mitratel Fokus Pulihkan Ribuan Titik Jaringan Sumatra

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:48 WIB

Wings Air Buka Tiga Rute Baru dari Bandung 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:47 WIB

KM Sinabung Pelni Desember 2025: Rute dan Tiket Lengkap

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:27:44 WIB