Kinerja MI Pelat Merah Tumbuh Dua Digit di 2025

Rabu, 05 November 2025 | 10:32:24 WIB
Kinerja MI Pelat Merah Tumbuh Dua Digit di 2025

JAKARTA - Di tengah tekanan pasar modal sepanjang 2025, manajer investasi (MI) yang berada di bawah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) justru menampilkan daya tahan luar biasa. 

Ketika sebagian pelaku pasar masih berjuang menghadapi volatilitas, MI pelat merah ini mampu menjaga momentum pertumbuhan dengan kenaikan dana kelolaan (AUM) dua digit hingga kuartal III-2025.

Capaian ini menunjukkan bahwa sektor pengelolaan investasi milik negara tidak hanya mampu bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global, tetapi juga terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama di industri reksadana nasional.

Pertumbuhan Dua Digit di Tengah Volatilitas Pasar

Berdasarkan data Infovesta Utama, PT Bahana TCW Investment Management masih menjadi MI pelat merah dengan dana kelolaan terbesar. Hingga akhir September 2025, total AUM reksadana Bahana TCW mencapai Rp 50,17 triliun, naik 13,62% sejak awal tahun.

Direktur Bahana TCW, Danica Adhitama, menjelaskan bahwa pihaknya mengambil langkah hati-hati di tengah pasar yang berfluktuasi. “Kami fokus pada produk reksadana pendapatan tetap, karena investor kini mencari stabilitas di saat pasar bergerak dinamis,” ujarnya.

Pendekatan konservatif tersebut terbukti berhasil menjaga kinerja dan menarik minat investor yang menginginkan keamanan di tengah gejolak ekonomi. Strategi serupa juga diterapkan oleh beberapa MI milik bank Himbara lainnya yang menunjukkan performa positif sepanjang tahun berjalan.

MI Himbara Tunjukkan Konsistensi Kinerja Positif

Selain Bahana TCW, sejumlah MI yang bernaung di bawah bank-bank BUMN juga mencatat pertumbuhan solid.
PT BNI Asset Management membukukan kenaikan dana kelolaan sebesar 14,79%, mencapai Rp 28,73 triliun per September 2025. 

Sementara PT Mandiri Manajemen Investasi tumbuh 12,99% dengan total AUM Rp 30,70 triliun pada periode yang sama.

Tak ketinggalan, PT BRI Manajemen Investasi (BRI-MI) mencatatkan kenaikan AUM 11,32% menjadi Rp 44,57 triliun. Direktur Utama BRI-MI, Tina Meilina, menuturkan bahwa produk reksadana pasar uang dan campuran menjadi pendorong utama kinerja perusahaan.

“Pertumbuhan ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap konsistensi kinerja produk kami dan kekuatan jaringan distribusi dalam ekosistem BRI Group,” jelas Tina.

Kinerja impresif para MI ini membuktikan bahwa pengelolaan investasi milik negara tetap mampu bersaing dengan pemain swasta, terutama dalam menjaga pertumbuhan dana kelolaan di tengah tantangan pasar modal yang bergejolak.

Investor Ritel dan Produk Konservatif Jadi Penopang

Kepala Riset Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, menilai performa positif para MI di bawah Danantara tidak terlepas dari strategi cermat dalam memanfaatkan minat investor ritel.

Menurutnya, aliran dana yang stabil ke produk reksadana pendapatan tetap dan pasar uang menjadi faktor utama pertumbuhan AUM. Jenis produk ini dinilai lebih aman dan sesuai dengan karakteristik investor di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Performa positif MI di bawah Danantara didorong oleh aliran dana dari investor ritel, khususnya di reksadana pendapatan tetap dan pasar uang yang relatif stabil,” ungkap Wawan.

Tren ini memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia mulai semakin memahami pentingnya diversifikasi investasi serta memilih instrumen yang memberikan keseimbangan antara risiko dan imbal hasil.

Arah Baru: Potensi Merger MI Himbara di Bawah Danantara

Di balik keberhasilan tersebut, muncul wacana strategis mengenai rencana konsolidasi MI milik bank-bank Himbara yang berada di bawah payung Danantara. Jika merger ini benar-benar terwujud, maka potensi pembentukan entitas raksasa di industri reksadana nasional semakin terbuka lebar.

Wawan memperkirakan bahwa hasil penggabungan beberapa MI pelat merah dapat menguasai hingga 20% pangsa pasar reksadana nasional. 

“Potensi konsolidasi ini bisa membuat aset kelolaan kian besar, apalagi jika Bahana TCW turut bergabung. Tapi karena Bahana merupakan perusahaan joint venture, keikutsertaannya mungkin perlu perubahan struktur kepemilikan terlebih dahulu,” jelasnya.

Konsolidasi ini dinilai bisa menjadi momentum penting bagi Danantara untuk menciptakan efisiensi operasional, memperluas basis nasabah, serta memperkuat daya saing di industri manajemen aset.

Jika strategi ini terealisasi, Indonesia berpeluang memiliki institusi pengelola investasi nasional dengan skala ekonomi besar yang mampu bersaing dengan manajer investasi global.

MI Pelat Merah Siap Jadi Penggerak Industri Reksadana Nasional

Kinerja gemilang MI di bawah Danantara hingga kuartal III-2025 menandakan bahwa pengelolaan investasi pelat merah telah berkembang menjadi pilar penting dalam sistem keuangan nasional. 

Pertumbuhan dana kelolaan dua digit, meski pasar bergejolak, membuktikan daya tahan dan kepercayaan investor terhadap manajemen profesional yang dijalankan perusahaan-perusahaan milik negara.

Selain memperlihatkan soliditas bisnis, capaian ini juga membuka peluang transformasi besar melalui rencana merger MI Himbara. Jika berhasil, langkah tersebut bukan hanya memperkuat posisi Danantara, tetapi juga dapat mengubah peta industri reksadana nasional menuju arah yang lebih kompetitif dan berdaya saing global.

Dengan strategi konservatif, dukungan investor ritel, serta potensi konsolidasi strategis, MI pelat merah kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi kekuatan utama dalam pertumbuhan investasi Indonesia di masa depan.

Terkini