Laba Bumi Resources Minerals Naik 129%, Didorong Harga Emas

Senin, 03 November 2025 | 13:24:34 WIB
Laba Bumi Resources Minerals Naik 129%, Didorong Harga Emas

JAKARTA - Di tengah lonjakan harga emas global, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mencatatkan kinerja cemerlang sepanjang kuartal III-2025. 

Emiten tambang emas di bawah naungan Grup Bakrie ini berhasil mencatatkan laba bersih tumbuh 129% year on year (yoy) menjadi US$ 37,62 juta, didorong peningkatan produksi dan harga jual emas yang signifikan.

Dari laporan keuangan terbaru, pendapatan BRMS naik 69% yoy menjadi US$ 183,59 juta, sedangkan laba operasional melonjak 144% yoy menjadi US$ 69,72 juta.

Peningkatan kinerja ini tak lepas dari hasil produksi yang solid. Hingga akhir kuartal III-2025, BRMS mencatatkan penjualan emas sebesar 1.759 kilogram (setara 56.552 ons troi), naik 25% yoy dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Rata-rata harga jual emas BRMS juga meningkat 34% yoy, dari US$ 2.347 per ons troi menjadi US$ 3.156 per ons troi, seiring tren kenaikan harga emas dunia yang dipicu kekhawatiran ekonomi global dan kebijakan suku bunga tinggi di Amerika Serikat.

“Peningkatan kinerja BRMS disebabkan oleh dua hal utama, yaitu pertumbuhan produksi emas sebesar 25% dan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 34%,” ungkap Charles Gobel, Director & Chief Financial Officer BRMS, dalam siaran pers resmi, Senin (3/11).

Operasi Pushback Tambang Palu Beri Dampak Positif ke Produksi

Selain terdorong harga emas, operasional tambang BRMS juga menunjukkan kemajuan signifikan. Anak usaha BRMS, PT Citra Palu Minerals (CPM), telah memulai kegiatan pushback tambang terbuka River Reef di Poboya, Palu, sejak kuartal II-2025.

Pushback merupakan proses penggalian kembali dinding tambang untuk membuka akses ke lapisan bijih emas baru yang berkadar lebih tinggi. Proses ini dijadwalkan selesai kuartal IV-2025, namun tim operasional memperkirakan waktu pengerjaan bisa sedikit lebih lama hingga kuartal I-2026.

Menariknya, meski tengah dalam fase pushback, CPM masih berhasil menambang bijih emas dengan kadar lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya, sehingga produksi pada kuartal III-2025 tetap meningkat.

“Rata-rata kadar emas yang ditambang CPM pada kuartal III-2025 adalah 1,5 gram per ton (g/t), sedikit lebih tinggi dibandingkan 1,4 g/t pada kuartal II-2025. Akibatnya, produksi emas juga mengalami peningkatan,” jelas Damar Kusumanto, Direktur Utama CPM.

Damar menambahkan, selama periode pushback, CPM tetap melakukan penambangan di area yang tidak terdampak kegiatan tersebut. 

Hal ini dapat menyebabkan kadar emas yang dihasilkan fluktuatif pada kuartal IV-2025 hingga kuartal I-2026. Namun, setelah pushback selesai, produksi diharapkan kembali stabil dengan kadar emas yang lebih tinggi.

Proyeksi Produksi 2025-2026 Tetap Positif

Meski BRMS memperkirakan kadar emas bijih yang diproses akan menurun sementara akibat proses pushback, manajemen tetap optimistis terhadap target produksi tahunan.

Sebagai catatan, pada tahun 2024 BRMS memproduksi 64.000 ons troi emas. Sementara untuk tahun 2025, perseroan menargetkan produksi mencapai 68.000–71.000 ons troi.

“Kami optimistis produksi emas BRMS pada tahun 2026 akan lebih tinggi dibandingkan 2025. Hal ini karena kadar emas yang akan ditambang pasca-pushback lebih tinggi dan kapasitas pelindian karbon di Poboya meningkat,” jelas Damar.

Optimisme tersebut sejalan dengan rencana peningkatan kapasitas pabrik Carbon in Leach (CIL) di Poboya, yang semula berkapasitas 500 ton bijih per hari menjadi 2.000 ton. Peningkatan kapasitas ini diharapkan rampung pada paruh kedua 2026, sehingga mampu mendorong volume produksi secara signifikan.

Selain itu, peningkatan kapasitas CIL juga akan membantu efisiensi proses pengolahan bijih emas dengan kadar tinggi, memperkuat margin laba BRMS dalam jangka menengah.

Momentum Emas Dunia Jadi Angin Segar bagi BRMS

Kinerja cemerlang BRMS pada 2025 juga tidak lepas dari momentum kenaikan harga emas global yang terus menanjak sepanjang tahun. Harga emas dunia sempat menembus rekor tertinggi di atas US$ 2.400 per ons troi, didorong meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik dan prospek penurunan suku bunga global.

Kondisi ini menjadi peluang bagi emiten tambang emas seperti BRMS untuk memaksimalkan keuntungan di tengah tren bullish komoditas emas.

Berdasarkan laporan Gabungan Pengusaha Tambang Indonesia (GAPENSI), harga emas domestik juga mengalami kenaikan rata-rata 30–35% sepanjang 2025, sejalan dengan penguatan harga global.

Dengan kondisi tersebut, BRMS menjadi salah satu emiten yang diuntungkan langsung oleh tren kenaikan harga emas, mengingat sebagian besar pendapatannya berasal dari produksi dan penjualan emas.

Bahkan, dengan kinerja keuangan yang terus membaik, BRMS kini dianggap sebagai salah satu emiten tambang emas paling prospektif di Bursa Efek Indonesia (BEI), di tengah upaya perusahaan memperluas eksplorasi dan menambah kapasitas pabrik pengolahan.

Optimisme Menuju 2026: Kadar Emas Lebih Tinggi dan Produksi Meningkat

Dengan selesainya operasi pushback di tambang River Reef, BRMS menatap 2026 dengan optimisme tinggi. Perusahaan menargetkan peningkatan kadar bijih emas yang ditambang, diikuti peningkatan produksi seiring rampungnya ekspansi pabrik CIL di Palu.

Damar Kusumanto menegaskan bahwa tahun 2026 akan menjadi momentum penting bagi BRMS. Selain produksi emas yang diproyeksikan meningkat, perusahaan juga menyiapkan berbagai strategi peningkatan efisiensi operasional.

“Kami berharap kadar emas yang lebih tinggi dan peningkatan kapasitas instalasi pelindian karbon akan memberikan hasil yang signifikan terhadap kinerja keuangan BRMS ke depan,” ujar Damar.

Dengan kombinasi harga emas yang tinggi, produksi yang meningkat, dan efisiensi biaya yang terus ditingkatkan, BRMS berada pada posisi yang kuat untuk memperkuat kinerjanya di tahun mendatang.

Secara keseluruhan, BRMS berhasil memanfaatkan momentum kenaikan harga emas dunia untuk memperkuat performa keuangan dan operasionalnya.

Kenaikan laba bersih 129% yoy pada kuartal III-2025 menjadi bukti efektivitas strategi produksi dan ekspansi perusahaan. Meski menghadapi tantangan teknis berupa operasi pushback di tambang Poboya, prospek jangka panjang BRMS tetap positif dengan proyeksi produksi dan kadar emas yang meningkat pada 2026.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:52 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB