JAKARTA — Pemerintah Indonesia terus mendorong sinergi strategis antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan entitas inovatif baru seperti Danantara guna memperkuat pondasi ekonomi nasional di tengah dinamika global. Keduanya dianggap memainkan peran saling melengkapi: BUMN sebagai motor penggerak pertumbuhan jangka pendek, dan Danantara sebagai katalisator inovasi jangka panjang.
BUMN selama ini berperan krusial dalam pembangunan sektor-sektor strategis seperti energi, infrastruktur, dan keuangan. Namun, tantangan struktural seperti birokrasi kompleks, beban utang tinggi, serta minimnya digitalisasi dan inovasi, masih menjadi hambatan utama dalam mencapai efisiensi optimal.
“BUMN kita harus direformasi secara menyeluruh, mulai dari tata kelola, digitalisasi, hingga pemisahan fungsi politik dan bisnis. Jika ini dilakukan secara konsisten, efisiensi bisa meningkat hingga 20–30% dalam 2-3 tahun,” ujar perwakilan Kementerian PPN/Bappenas dalam kajian strategisnya.
Restrukturisasi internal, peningkatan transparansi, serta pemanfaatan teknologi digital seperti kecerdasan buatan, big data, dan Internet of Things (IoT) menjadi pilar penting reformasi BUMN. Selain itu, pendanaan alternatif seperti pasar modal, obligasi hijau, dan kemitraan strategis dinilai penting untuk memperluas ruang investasi tanpa menambah beban fiskal.
Di sisi lain, Danantara—sebuah entitas baru yang dirancang sebagai pusat inovasi dan pengembangan teknologi strategis—didorong untuk memainkan peran aktif dalam memetakan masa depan ekonomi Indonesia. Fokus Danantara mencakup sektor energi terbarukan, digitalisasi, dan ekonomi hijau, yang dinilai sejalan dengan tren global.
Namun, pengamat menekankan pentingnya kejelasan mandat dan struktur operasional agar tidak terjadi tumpang tindih dengan lembaga yang sudah ada. “Danantara harus memiliki peran yang jelas dan tidak boleh menjadi duplikasi dari lembaga lain. Ini soal desain kelembagaan yang tepat,” kata salah satu akademisi kebijakan publik dari Universitas Indonesia.
Tantangan lainnya adalah membangun ekosistem inovasi yang melibatkan sektor swasta, akademisi, dan komunitas riset. Untuk itu, Danantara harus mendorong budaya kolaborasi, serta mengembangkan sistem evaluasi berbasis data guna mengukur dampak kebijakan secara akurat.
Langkah-langkah strategis yang direkomendasikan meliputi integrasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam proyek Danantara, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan perekrutan talenta terbaik di bidang teknologi dan manajemen inovasi.
“Danantara perlu dilihat bukan hanya sebagai lembaga, tapi sebagai gerakan nasional untuk mempercepat transformasi ekonomi berbasis inovasi dan keberlanjutan,” ujar pakar ekonomi pembangunan dari LPEM FEB UI.
Pemerintah juga didorong untuk memperkuat sistem inovasi nasional dengan mendorong kolaborasi antara BUMN, perguruan tinggi, dan sektor swasta dalam pengembangan teknologi baru. Hal ini mencakup investasi dalam riset dan pengembangan, serta penguatan konektivitas infrastruktur untuk mendukung distribusi barang dan jasa secara efisien.
Di tingkat implementasi, dibutuhkan regulasi pendukung dan insentif fiskal untuk mendorong investasi sektor swasta dalam inovasi hijau dan teknologi berkelanjutan. Pemerintah juga diharapkan menyediakan ruang dialog bagi masyarakat sipil agar proses transformasi berjalan secara transparan dan akuntabel.
“BUMN dan Danantara bukan entitas yang saling bersaing, melainkan saling melengkapi. Yang satu memperkuat pondasi, yang satu lagi membuka jalan ke masa depan,” kata pengamat ekonomi dari INDEF.
Dalam konteks ini, prioritas jangka pendek tetap pada penguatan BUMN, mengingat peran langsungnya terhadap pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Namun, investasi jangka panjang terhadap Danantara juga krusial, terutama untuk mempersiapkan Indonesia menghadapi era ekonomi karbon netral dan disrupsi teknologi.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia. Namun, potensi ini hanya akan terwujud jika reformasi struktural dan inovasi institusional dilaksanakan secara konsisten, dengan kolaborasi lintas sektor sebagai fondasinya.
Dengan langkah-langkah strategis yang terintegrasi dan fokus pada keberlanjutan, Indonesia diyakini mampu keluar dari jebakan pendapatan menengah dan bertransformasi menjadi negara dengan ekonomi berdaya saing tinggi di tingkat regional maupun global.