JAKARTA — Fenomena belanja online semakin marak seiring kemajuan teknologi digital. Kemudahan mengakses aplikasi e-commerce dalam genggaman tangan memang memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun di balik kepraktisan itu, muncul tantangan baru: godaan belanja impulsif yang kerap menguras dompet dan merusak perencanaan keuangan.
Pakar keuangan pribadi, Anastasia Satriyo, menyebut belanja impulsif sebagai masalah umum yang kini makin meluas di era digital. “Tantangan terbesar bukan pada kemampuannya membeli, tapi pada kontrol diri untuk tidak membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan,” ujarnya.
Berikut ini tujuh trik sederhana yang bisa diterapkan agar masyarakat lebih bijak dalam berbelanja online, menjaga anggaran tetap aman, dan menghindari penyesalan di akhir bulan.
1. Tunda Pembelian dan Beri Waktu untuk Berpikir
Saat menemukan barang yang terlihat menarik di marketplace, jangan langsung tergoda menekan tombol “beli sekarang”. Tunda proses pembelian setidaknya selama 24 jam. Dalam jeda waktu ini, biasanya hasrat untuk membeli akan berkurang, dan pembeli bisa menilai apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat.
Menurut Anastasia, “Memberi waktu berpikir sebelum bertransaksi dapat membantu kita lebih rasional dan terhindar dari penyesalan.”
2. Buat Daftar Belanja dan Patuhi Daftar Tersebut
Sama seperti berbelanja di supermarket, membuat daftar kebutuhan sebelum membuka aplikasi e-commerce dapat mencegah kita tersesat dalam ‘hutan diskon’. Fokuskan pencarian hanya pada barang yang memang diperlukan dan hindari menjelajahi kategori lain yang bisa memicu impuls membeli.
“Tanpa daftar, orang cenderung belanja karena penasaran atau tergoda diskon, bukan karena kebutuhan nyata,” ungkap Anastasia.
3. Nonaktifkan Notifikasi Promo dan Berhenti Berlangganan Newsletter
Banyak platform belanja online secara rutin mengirim notifikasi promo dan email newsletter yang menawarkan diskon menggiurkan. Ini bisa menjadi pemicu utama belanja impulsif. Menonaktifkan notifikasi tersebut akan mengurangi paparan terhadap godaan yang tak perlu.
“Paparan terus-menerus terhadap promo menciptakan ilusi kebutuhan. Padahal, yang sebenarnya dibeli adalah rasa penasaran,” tambah Anastasia.
4. Hindari Belanja Saat Emosional atau Bosan
Stres, kesepian, atau kebosanan bisa menjadi alasan seseorang membuka aplikasi belanja dan membeli barang tanpa berpikir panjang. Dalam psikologi konsumen, hal ini dikenal sebagai retail therapy, yakni berbelanja sebagai pelampiasan emosi.
Untuk menghindarinya, kenali waktu-waktu di mana emosi tidak stabil dan alihkan perhatian pada aktivitas lain yang lebih produktif seperti membaca, olahraga ringan, atau meditasi.
5. Visualisasikan Tujuan Keuangan Jangka Panjang
Sebelum membeli barang yang tidak terlalu penting, bayangkan kembali impian jangka panjang seperti menabung untuk rumah, kendaraan, dana pendidikan anak, atau liburan impian. Dengan mengingat tujuan keuangan ini, semangat untuk menahan diri biasanya akan lebih kuat.
Anastasia menyarankan, “Letakkan reminder visual seperti gambar rumah idaman atau rencana liburan di dompet digital atau wallpaper ponsel. Itu bisa jadi pengingat yang efektif.”
6. Gunakan Pengingat atau Catatan untuk Pembelian Terencana
Jika memang ada rencana untuk membeli suatu barang di masa depan, sebaiknya catat terlebih dahulu di aplikasi catatan atau kalender ponsel. Ini membantu menghindari dorongan untuk membelinya lebih cepat dari waktu yang direncanakan dan memastikan dana benar-benar tersedia.
7. Cari Alternatif Lebih Murah dan Tunda Barang Mahal
Sebelum membeli barang mahal secara online, lakukan riset untuk menemukan alternatif yang lebih murah tapi tetap fungsional. Jika tidak ada pilihan lebih hemat, tunda pembelian hingga dana mencukupi tanpa mengganggu kebutuhan pokok lainnya.
“Jangan sampai demi gadget terbaru, kamu harus mengorbankan uang makan atau tabungan bulanan,” pungkas Anastasia.