Harga Minyak Dunia Anjlok Jelang Pertemuan OPEC, Pasar Cemas Kenaikan Produksi

Sabtu, 03 Mei 2025 | 08:38:22 WIB
Harga Minyak Dunia Anjlok Jelang Pertemuan OPEC, Pasar Cemas Kenaikan Produksi

JAKARTA  – Harga minyak dunia kembali menunjukkan tren penurunan signifikan menjelang pertemuan penting antara negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam kelompok OPEC+. Penurunan harga ini mencerminkan kecemasan pasar terhadap kemungkinan lonjakan pasokan global serta pengaruh situasi geopolitik, terutama meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Berdasarkan data yang dirilis Reuters, pada perdagangan Jumat, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2025 turun 95 sen AS atau sekitar 1,6 persen, menjadi US$58,29 per barel di New York Mercantile Exchange. Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa pasokan minyak global akan bertambah signifikan jika OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi.

Sementara itu, harga minyak mentah acuan global Brent untuk pengiriman Juni 2025 juga turun 84 sen AS atau sekitar 1,4 persen, menetap di US$61,29 per barel di ICE Futures Exchange, London. Dalam sepekan terakhir, WTI dan Brent masing-masing telah kehilangan 7,7 persen dan 8 persen dari nilainya, mencatat penurunan mingguan terburuk sejak awal tahun ini.

Jadwal Pertemuan OPEC+ Dimajukan, Sinyal Tambahan Produksi Menguat

Kelompok OPEC+, yang terdiri dari negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta mitra utama seperti Rusia, mempercepat jadwal pertemuan mereka menjadi Sabtu, dari rencana semula pada Senin, 5 Mei 2025. Percepatan jadwal ini memicu spekulasi bahwa keputusan penting terkait kebijakan produksi akan segera diumumkan.

Pasar kini mencermati kemungkinan peningkatan kuota produksi minyak untuk bulan Juni mendatang, meskipun hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi terkait besaran tambahan pasokan tersebut.

“Pasar mulai mendiskon kemungkinan bahwa OPEC+ akan mengambil langkah menambah produksi untuk merespons permintaan yang mulai pulih, meski belum ada angka pasti yang diumumkan,” kata John Kilduff, analis energi dari Again Capital LLC, dikutip dari Reuters.

Deeskalasi Ketegangan AS-Tiongkok Ikut Tekan Harga

Selain sentimen dari OPEC+, faktor eksternal lain yang turut memengaruhi pasar adalah membaiknya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Proses deeskalasi ini memberikan harapan pada pemulihan rantai pasok global dan sektor manufaktur, namun secara ironis justru menurunkan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak mentah.

“Ketika risiko geopolitik mereda, seperti deeskalasi antara AS dan Tiongkok, pasar cenderung melihat potensi penurunan harga karena ekspektasi terhadap stabilitas pasokan menjadi lebih tinggi,” ujar Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

Perdagangan internasional yang lebih stabil dipandang sebagai tanda bahwa kebutuhan minyak jangka pendek mungkin tidak meningkat secepat yang diharapkan sebelumnya, terutama jika negara-negara konsumen utama masih berhati-hati dalam ekspansi ekonomi mereka.

Peluang Penurunan Harga Masih Terbuka

Beberapa analis memperkirakan bahwa tekanan terhadap harga minyak masih akan berlanjut dalam jangka pendek, terutama jika OPEC+ benar-benar menambah produksi secara agresif. Namun, apabila kenaikan dilakukan secara terbatas dan hati-hati, pasar kemungkinan akan menyesuaikan diri tanpa gejolak besar.

“Pasar sangat sensitif terhadap arah kebijakan OPEC+ saat ini. Setiap sinyal penambahan produksi, meskipun kecil, bisa langsung berdampak pada harga,” ungkap Warren Patterson, Kepala Strategi Komoditas di ING.

Ia juga menambahkan bahwa pelaku pasar akan mengamati apakah langkah OPEC+ selaras dengan proyeksi permintaan global, yang hingga kini masih dibayangi oleh ketidakpastian akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa kawasan.

Terkini