JAKARTA - Proyek pembangunan Tol Pelabuhan Patimban yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kabupaten Subang, Jawa Barat, semakin menuai keluhan dari warga sekitar, khususnya di Desa Rancahilir, Pamanukan. Selain masalah kebisingan, warga mengeluhkan dampak debu yang berterbangan serta kerusakan rumah akibat getaran dari pemasangan tiang pancang, atau yang dikenal dengan istilah paku bumi.
Salah seorang warga setempat, Suheni (55), yang akrab disapa Ami, mengungkapkan rasa kecewanya terhadap dampak yang ditimbulkan oleh proyek tersebut. Ami mengatakan bahwa keluarganya pernah mengalami masalah kesehatan, yakni sesak napas akibat paparan debu yang sangat tebal. Selain itu, masalah lainnya yang sangat mengganggu adalah jemuran yang selalu kotor akibat debu serta retaknya dinding rumah yang diduga disebabkan oleh getaran dari pemasangan tiang pancang yang dilakukan oleh alat berat.
"Debu bertebaran karena alat berat lewat tanggul, jemuran kotor, dan rumah pada retak. Dulu, pernah sekeluarga sakit sesak napas," ungkap Ami saat diwawancarai pada Jumat. Ami juga mengungkapkan bahwa debu yang berterbangan membuat aktivitas sehari-hari warga menjadi terganggu, dan kerusakan pada rumah mereka sudah cukup parah.
Keluhan senada juga datang dari Komarudin, seorang warga lainnya di Desa Rancahilir. Komarudin menyebutkan bahwa sebelum proyek dimulai, sebenarnya sudah ada kesepakatan antara pihak perusahaan yang mengerjakan proyek Tol Patimban dengan Kepala Desa Rancahilir. Dalam kesepakatan tersebut, dijelaskan bahwa alat berat yang digunakan untuk mengangkut material proyek seharusnya tidak melewati jalan desa, melainkan menggunakan jalan inspeksi tanggul Sungai Cipunagara di Desa Mulyasari, Kecamatan Pamanukan.
Namun, kenyataannya, alat berat yang digunakan justru masih melalui jalan desa, yang mengakibatkan gangguan lebih besar bagi warga. Komarudin pun merasa bahwa kesepakatan yang sudah dibuat tidak dihormati, dan masyarakat merasa terabaikan.
"Sudah ada surat kesepakatan antara desa dan perusahaan, tapi faktanya sekarang alat berat malah menggunakan jalan desa. Harusnya menggunakan tanggul di Desa Mulyasari," ujar Komarudin. Ia juga menambahkan bahwa jika saja ada sosialisasi lebih awal kepada warga mengenai dampak yang ditimbulkan oleh proyek ini, maka kemungkinan besar gejolak yang terjadi bisa diminimalisir.
Proyek jangka panjang ini semakin merugikan masyarakat, menurut Komarudin. Banyak warga yang sudah mulai merasakan dampak buruk dari proyek ini, baik itu dalam bentuk gangguan kesehatan akibat debu maupun kerusakan pada rumah mereka. "Proyek jangka panjang ini jangan sampai merugikan warga. Sudah banyak warga yang sakit, bahkan kompensasi pun tidak merata dan tidak sebanding dengan dampak yang dirasakan oleh warga," tambahnya.
Komarudin juga mengungkapkan bahwa ada rasa ketidakpuasan yang mendalam di kalangan warga Desa Rancahilir terkait masalah kompensasi yang tidak adil. Banyak warga yang merasa tidak mendapatkan ganti rugi yang sesuai dengan kerugian yang mereka alami akibat dampak dari proyek Tol Patimban ini.
“Karena ini proyek bukan jangka pendek, kami di sekelilingnya sangat merasakan dampak buruk,” jelas Komarudin. Ia berharap agar pemerintah setempat dan pihak terkait segera turun tangan untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi akibat proyek ini, terutama dalam hal pengelolaan debu dan perbaikan rumah yang rusak.
Masyarakat Rancahilir juga memberikan ancaman untuk menghentikan pembangunan proyek PSN ini jika tidak ada upaya nyata yang dilakukan oleh pihak yang berwenang untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. "Kami akan menghentikan proyek ini jika tidak ada solusi yang konkret untuk mengatasi dampak yang dirasakan oleh warga," tegasnya.
Proyek Tol Patimban yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antara Pelabuhan Patimban dan kawasan industri di Jawa Barat memang memiliki tujuan besar untuk pembangunan ekonomi, namun dampak terhadap warga yang tinggal di sekitar proyek tersebut harus menjadi perhatian serius. Pemerintah dan pihak perusahaan harus segera mengambil langkah-langkah yang tepat agar proyek ini tidak merugikan masyarakat sekitar.
Dengan semakin banyaknya keluhan dari warga, harapan mereka adalah agar pemerintah dapat memperhatikan kondisi yang ada dan memberikan solusi yang sesuai agar proyek Tol Patimban dapat terus berjalan tanpa mengabaikan hak dan kenyamanan warga.