Indonesia dan Arab Saudi Teken MoU Mineral Kritis, Perluas Peluang Investasi Nikel dan Bauksit

Jumat, 18 April 2025 | 08:50:03 WIB
Indonesia dan Arab Saudi Teken MoU Mineral Kritis, Perluas Peluang Investasi Nikel dan Bauksit

JAKARTA – Indonesia dan Arab Saudi resmi mempererat kerja sama strategis di sektor mineral kritis melalui penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang berpotensi membuka jalan bagi investasi besar di sektor nikel, bauksit, dan mangan. Kesepakatan ini ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Bandar Al-Khorayef, di Istana Merdeka, Jakarta.

MoU ini menjadi tonggak penting bagi kedua negara dalam upaya diversifikasi ekonomi dan penguatan kerja sama energi berkelanjutan. Arab Saudi yang selama ini dikenal sebagai negara eksportir minyak, kini mulai mengalihkan fokusnya ke sektor mineral kritis dan energi hijau, sejalan dengan visi transformasi ekonomi Vision 2030 yang dicanangkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

“Saya mewakili Pemerintah Indonesia menandatangani MoU mineral kritis. Ini menunjukkan ketertarikan Arab Saudi untuk memperluas ekonomi mereka, dari yang sebelumnya bertumpu pada minyak bumi, kini mulai masuk ke sektor mineral, terutama mineral kritis seperti nikel, bauksit, dan mangan,” ujar Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers usai penandatanganan.

Indonesia Tawarkan Peluang Investasi Luas di Hilirisasi Mineral

Menurut Bahlil, MoU ini baru menjadi langkah awal kerja sama. Selanjutnya, akan dibentuk tim ad hoc untuk membahas lebih rinci bentuk kolaborasi antara kedua negara. Kerja sama ini diharapkan akan melibatkan tidak hanya pemerintah, tetapi juga pelaku usaha dari BUMN dan sektor swasta Indonesia.

“Kami terbuka dan mengajak mereka untuk bisa membangun investasi bersama, khususnya di sektor mineral kritis. Kolaborasi ini bisa menjadi sinergi kuat antara potensi sumber daya alam Indonesia dan kekuatan finansial serta teknologi Arab Saudi,” tambahnya.

Langkah ini juga sejalan dengan upaya Indonesia dalam memperkuat industrialisasi dan hilirisasi sektor pertambangan, terutama untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik (EV). Nikel dan bauksit merupakan dua komoditas utama yang sangat dibutuhkan dalam produksi baterai EV, yang menjadi tren industri global saat ini.

Penguatan Hubungan Strategis Dua Negara

Kunjungan Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi ke Indonesia tidak hanya berfokus pada sektor tambang, tetapi juga menjajaki kerja sama di bidang farmasi, industri makanan, otomotif, hingga energi terbarukan. Arab Saudi telah lama menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis di kawasan Asia Tenggara.

Kerajaan Saudi juga diketahui tengah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan teknologi energi terbarukan dan kendaraan listrik. Proyek-proyek seperti NEOM dan Red Sea Project menjadi bukti nyata keseriusan mereka dalam transformasi energi global.

Salah satu contoh penting dari kolaborasi yang sudah berjalan adalah kemitraan dengan Vale Indonesia, produsen nikel terbesar di Tanah Air yang memainkan peran vital dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik.

Dorong Peran Indonesia di Kancah Global

Kerja sama ini dinilai akan meningkatkan posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri mineral kritis dunia. Dengan cadangan nikel laterit terbesar secara global dan bauksit yang melimpah, Indonesia memiliki daya tawar kuat dalam kerja sama ini. Selain itu, hilirisasi yang dicanangkan pemerintah terus menarik minat investor asing, termasuk dari Timur Tengah.

Analis energi dan sumber daya dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabi Tumiwa, menyebut langkah ini strategis dalam memperkuat peran Indonesia di sektor energi masa depan.

“Kerja sama Indonesia dan Arab Saudi ini bisa menjadi katalis positif dalam mempercepat transisi energi, karena sektor mineral kritis menjadi tulang punggung teknologi rendah emisi seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan,” ujar Fabi dalam keterangannya.

Menuju Ekonomi Berkelanjutan

Kesepakatan ini juga sejalan dengan prioritas global dalam memperkuat keamanan pasokan mineral kritis, yang kini menjadi fokus negara-negara besar dunia. Di tengah ketegangan geopolitik dan tantangan perubahan iklim, kerja sama antarnegara untuk pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan menjadi semakin penting.

Kementerian ESDM menyatakan bahwa proses pembentukan tim teknis akan segera dilakukan untuk mempercepat implementasi MoU tersebut. Indonesia berharap kerja sama ini tak hanya berhenti di atas kertas, tetapi dapat direalisasikan dalam bentuk proyek konkret dalam waktu dekat.

Terkini

ASUS Vivobook Pro 16X OLED N7601, Laptop Kreator Andal 2024

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:30 WIB

Huawei MatePad 11, Tablet Murah dengan Layar Keren

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:26 WIB

Huawei Rilis Pura 80 Series, Andalkan Kamera Canggih

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:18 WIB

Review Acer Nitro 16, Laptop Gaming 16 Inci Bertenaga

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:13 WIB