Harga Minyak Mentah Indonesia Turun Jadi 71,11 Dolar AS per Barel, Dampak Langsung dari Kebijakan Tarif Trump

Jumat, 18 April 2025 | 08:28:48 WIB
Harga Minyak Mentah Indonesia Turun Jadi 71,11 Dolar AS per Barel, Dampak Langsung dari Kebijakan Tarif Trump

JAKARTA — Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) mengalami penurunan signifikan pada Maret 2025, seiring kekhawatiran pasar atas kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dinilai dapat mengganggu perekonomian global. ICP tercatat berada di level 71,11 dolar AS per barel, turun 3,18 dolar AS dibanding Februari 2025 yang mencapai 74,29 dolar AS per barel.

Jika dikonversikan ke dalam mata uang rupiah, penurunan tersebut setara dengan sekitar Rp53.484 per barel, berdasarkan kurs saat ini. Penurunan ini terjadi seiring dengan tren pelemahan harga minyak global yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor geopolitik dan ekonomi.

Kekhawatiran Pasar Global Picu Pelemahan

Plt. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya, menjelaskan bahwa penurunan harga minyak mentah Indonesia merupakan cerminan dari dinamika global yang tengah berlangsung, khususnya kekhawatiran terhadap dampak kenaikan tarif perdagangan oleh AS.

“Penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional salah satunya dipengaruhi oleh kekhawatiran peningkatan tarif perdagangan AS yang berpotensi mengganggu perekonomian global yang menurunkan permintaan minyak mentah,” kata Chrisnawan dalam siaran pers.

Kebijakan proteksionis AS yang diberlakukan Presiden Donald Trump, termasuk pemberlakuan tarif hingga 32 persen terhadap produk impor dari negara-negara mitra dagang, telah memicu kekhawatiran akan resesi global. Sentimen tersebut turut menekan permintaan minyak di pasar internasional, berdampak langsung pada harga minyak mentah.

Tekanan Tambahan dari Produksi dan Stok Global

Selain tekanan tarif, penurunan harga ICP juga dipengaruhi oleh sinyal dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), yang mengindikasikan akan melanjutkan rencana peningkatan produksi pada April 2025. Peningkatan pasokan ini terjadi setelah tekanan dari Presiden Trump yang mendesak OPEC dan Arab Saudi untuk menurunkan harga minyak.

“Tidak hanya itu, terdapat peningkatan stok minyak mentah komersial AS pada pertengahan Maret 2025 dibandingkan akhir Februari 2025 sebesar 3,2 juta barel menjadi 437 juta barel,” jelas Chrisnawan.

Ia menambahkan, peningkatan stok ini merupakan bagian dari tren musiman di mana kilang pengolahan minyak di AS mengurangi permintaan akibat periode pemeliharaan menjelang musim panas (summer driving season).

Faktor Tambahan dari Asia Pasifik

Kawasan Asia Pasifik pun turut mengalami tekanan terhadap harga minyak. Salah satunya disebabkan oleh langkah kilang-kilang independen di China, atau teapot refinery, yang menghentikan pembelian minyak mentah dari Iran. Hal ini dipicu oleh sanksi AS terhadap salah satu kilang China yang dinilai mengelola minyak mentah asal Iran.

“Kilang China ini mulai menghentikan pembelian mereka untuk menilai dampak dan risiko dari sanksi yang akan dikenakan AS pada salah satu kilang independen China yang membeli minyak Iran,” ujar Chrisnawan.

Tak hanya itu, pelaku perdagangan minyak di Asia saat ini memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina. Jika perundingan tersebut menghasilkan pelonggaran sanksi terhadap minyak mentah Rusia, maka pasokan global berpotensi bertambah dan semakin menekan harga.

Perbandingan Harga Minyak Global

Sejumlah harga acuan minyak mentah internasional juga mengalami penurunan tajam pada Maret 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Berikut adalah rinciannya:

-Dated Brent turun sebesar 2,55 dolar AS per barel dari 75,16 menjadi 72,60 dolar AS per barel.

-WTI (Nymex) turun sebesar 3,27 dolar AS per barel dari 71,21 menjadi 67,94 dolar AS per barel.

-Brent (ICE) turun sebesar 3,49 dolar AS per barel dari 74,95 menjadi 71,47 dolar AS per barel.

-Basket OPEC turun sebesar 2,81 dolar AS per barel dari 76,81 menjadi 74,00 dolar AS per barel.

-ICP Indonesia turun sebesar 3,18 dolar AS per barel dari 74,29 menjadi 71,11 dolar AS per barel.

Implikasi terhadap Ekonomi Nasional

Penurunan harga ICP tentunya memiliki implikasi terhadap penerimaan negara dari sektor migas. Meski dapat memberikan keuntungan bagi sektor hilir karena menurunkan beban impor energi, namun tekanan terhadap harga juga dapat menurunkan nilai ekspor dan penerimaan negara dari migas.

Seiring berlanjutnya gejolak perdagangan global dan fluktuasi harga energi, pemerintah Indonesia perlu memantau secara ketat perkembangan pasar internasional untuk memastikan stabilitas fiskal dan energi nasional tetap terjaga.

Terkini

ASUS Vivobook Pro 16X OLED N7601, Laptop Kreator Andal 2024

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:30 WIB

Huawei MatePad 11, Tablet Murah dengan Layar Keren

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:26 WIB

Huawei Rilis Pura 80 Series, Andalkan Kamera Canggih

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:18 WIB

Review Acer Nitro 16, Laptop Gaming 16 Inci Bertenaga

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:13 WIB