Harga Minyak Dunia Menguat, Dipengaruhi Kebijakan AS dan Perkembangan Diplomatik Iran

Selasa, 15 April 2025 | 08:17:17 WIB
Harga Minyak Dunia Menguat, Dipengaruhi Kebijakan AS dan Perkembangan Diplomatik Iran

JAKARTA – Harga minyak dunia menunjukkan tren penguatan setelah mengalami periode fluktuasi tajam dalam beberapa pekan terakhir. Penguatan harga ini dipicu oleh kombinasi faktor geopolitik dan ekonomi, termasuk langkah terbaru pemerintah Amerika Serikat dalam perang dagang global serta prospek pelonggaran sanksi terhadap minyak mentah Iran.

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) tercatat stabil di kisaran US$61,50 per barel, sementara minyak Brent bertahan di bawah US$65 per barel. Stabilitas harga ini terjadi di tengah reaksi positif pasar terhadap kebijakan penangguhan bea impor AS, serta sinyal konstruktif dari pembicaraan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran.

Respons Pasar terhadap Kebijakan Donald Trump

Kondisi pasar energi turut dipengaruhi oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, yang menghentikan sementara rencana penerapan bea impor tambahan pada sejumlah produk elektronik. Kebijakan ini dinilai sebagai langkah menenangkan dalam tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok yang selama ini membebani pasar komoditas global, termasuk minyak.

Sementara itu, data ekonomi terbaru dari AS menunjukkan bahwa konsumen dalam negeri mulai memperkirakan adanya tekanan inflasi yang lebih tinggi di tahun mendatang. Hal ini berpotensi menahan pergerakan harga minyak ke level yang lebih tinggi, karena ekspektasi inflasi kerap menjadi indikator utama dalam menentukan arah kebijakan moneter dan perilaku pasar terhadap aset berisiko.

Sinyal Positif dari Pembicaraan Nuklir AS-Iran

Dari sisi geopolitik, perhatian pasar tertuju pada pertemuan penting antara pejabat Amerika Serikat dan Iran yang berlangsung pada akhir pekan lalu di Oman. Pertemuan tersebut menjadi keterlibatan tingkat tinggi pertama antara kedua negara sejak tahun 2022, dan disebut-sebut sebagai pembicaraan yang “konstruktif” oleh kedua belah pihak.

Pembicaraan tersebut membahas upaya penyelesaian kebuntuan seputar program nuklir Iran, yang selama ini menjadi sumber utama ketegangan di kawasan Timur Tengah dan mempengaruhi suplai minyak global. Dengan adanya sinyal positif ini, pelaku pasar memperkirakan kemungkinan Iran akan mendapat akses yang lebih longgar dalam ekspor minyak mentahnya, yang selama ini dibatasi oleh sanksi AS.

“Diskusi di Oman menandai awal dari pendekatan baru yang lebih diplomatis. Kedua negara sepakat untuk bertemu kembali, menunjukkan harapan terhadap potensi pelonggaran sanksi,” ujar seorang pejabat diplomatik yang tidak disebutkan namanya dalam laporan media internasional.

Jika Iran diizinkan meningkatkan ekspor minyak mentahnya, maka pasokan global dari negara anggota OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak) ini diperkirakan akan bertambah. Namun demikian, pasar tetap waspada terhadap ketidakpastian yang masih membayangi pembicaraan lebih lanjut.

Ketegangan Global Tetap Jadi Risiko

Meskipun terdapat sinyal positif, sejumlah analis memperingatkan bahwa harga minyak masih berpotensi bergejolak dalam waktu dekat. Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, konflik dagang antara negara-negara besar, serta kebijakan produksi dari OPEC+ masih akan menjadi faktor penentu utama arah harga minyak dunia.

“Pasar sedang menimbang antara potensi peningkatan pasokan dari Iran dan kebijakan ekonomi AS yang berdampak pada permintaan minyak global. Stabilitas harga saat ini bisa saja berubah sewaktu-waktu,” kata analis pasar energi dari Bloomberg.

Selain itu, pergerakan indeks saham dan nilai tukar dolar AS juga turut memengaruhi sentimen investor terhadap minyak sebagai aset komoditas. Penguatan ekuitas di pasar global saat ini turut memberi dorongan jangka pendek terhadap harga minyak.

Prospek Harga Minyak ke Depan

Ke depan, investor akan mencermati hasil pertemuan lanjutan antara AS dan Iran, serta perkembangan data ekonomi makro dari negara-negara konsumen utama minyak, termasuk Tiongkok, Eropa, dan India. Pasar juga akan memantau keputusan produksi dari OPEC+ yang direncanakan dalam beberapa pekan mendatang.

Jika ketegangan geopolitik mereda dan permintaan global tetap stabil, harga minyak berpotensi terus menguat dalam jangka menengah. Namun, jika negosiasi diplomatik gagal dan kebijakan ekonomi proteksionis kembali menguat, harga bisa kembali tertekan.

Terkini

ASUS Vivobook Pro 16X OLED N7601, Laptop Kreator Andal 2024

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:30 WIB

Huawei MatePad 11, Tablet Murah dengan Layar Keren

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:26 WIB

Huawei Rilis Pura 80 Series, Andalkan Kamera Canggih

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:18 WIB

Review Acer Nitro 16, Laptop Gaming 16 Inci Bertenaga

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:13 WIB