Harga Batu Bara Global Tertekan, Produksi AS dan Tren Bearish Jadi Pemicu Penurunan

Sabtu, 12 April 2025 | 09:00:03 WIB
Harga Batu Bara Global Tertekan, Produksi AS dan Tren Bearish Jadi Pemicu Penurunan

JAKARTA  – Harga batu bara global kembali mencatatkan penurunan signifikan pada perdagangan Jumat, 11 April 2025. Tekanan harga dipicu oleh peningkatan produksi batu bara dari Amerika Serikat (AS) yang didorong kebijakan terbaru mantan Presiden AS, Donald Trump, serta potensi pelemahan permintaan dari negara-negara konsumen utama seperti China dan India.

Berdasarkan data terkini, harga batu bara Newcastle untuk pengiriman April 2025 anjlok sebesar US$1,4, menjadi US$94,85 per ton. Untuk pengiriman Mei 2025, harga terkoreksi sebesar US$0,6 menjadi US$99 per ton, sementara kontrak Juni 2025 turun US$0,65 ke posisi US$102,25 per ton.

Sementara itu, harga batu bara di pasar Rotterdam mengalami pergerakan campuran. Untuk April 2025, harga sedikit menguat US$0,15 menjadi US$102,25, sedangkan kontrak Mei turun US$0,15 menjadi US$100,55, dan kontrak Juni naik tipis US$0,1 ke level US$100,4 per ton.

Produksi AS Melonjak, Trump Jadi Pemicu Utama

Analis Research and Development ICDX, Girta Yoga, menyebut bahwa tren harga batu bara saat ini tengah bergerak dalam zona bearish. Ia menilai bahwa peningkatan produksi dari Amerika Serikat menjadi faktor utama yang menekan harga di pasar global.

“Harga batu bara bergerak pada resistance di US$96,5 per ton dan support di US$96 per ton,” ungkap Girta Yoga.

Kebijakan tersebut merujuk pada perintah eksekutif yang diteken oleh Donald Trump dalam upaya memperluas penambangan dan penggunaan batu bara domestik AS. Kebijakan ini dinilai akan memperkuat pasokan batu bara global dan menurunkan ketergantungan pada impor, yang otomatis menekan harga pasar.

Ekspor Batu Bara RI ke AS Tidak Terlalu Terdampak

Meskipun harga global tertekan, ekspor batu bara Indonesia ke Amerika Serikat diperkirakan tidak akan terlalu terpengaruh. Pasalnya, kontribusi Indonesia terhadap impor batu bara kokas AS masih sangat kecil.

“Ekspor batu bara Indonesia ke AS tidak akan terlalu berdampak karena Indonesia hanya berkontribusi sebesar 0,09% dari total impor batu bara kokas AS pada 2024,” jelas Yoga.

Dengan kata lain, tekanan harga batu bara global lebih banyak bersumber dari kondisi pasar secara keseluruhan dan kebijakan negara-negara produsen besar, bukan dari faktor bilateral Indonesia-AS.

Ancaman Lain: Produksi Lokal China dan India Naik

Selain Amerika Serikat, dua negara pengimpor batu bara terbesar dunia, yakni China dan India, juga tengah menyiapkan strategi peningkatan produksi dalam negeri. Situasi ini semakin memperkuat tekanan terhadap harga batu bara global.

China dikabarkan tengah menargetkan peningkatan produksi batu bara sebesar 1,5% pada 2025, setelah sebelumnya mencatatkan rekor produksi pada tahun 2024. Kenaikan produksi dalam negeri ini diprediksi akan mengurangi ketergantungan pada impor, termasuk dari Indonesia.

“Permintaan batu bara di China berpotensi melemah seiring dengan rencana peningkatan produksi batu bara domestik,” jelas Yoga.

Hal serupa juga terjadi di India, yang berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan batu bara impor. Negeri Bollywood itu bahkan menargetkan peningkatan produksi batu bara domestik hingga 140 juta ton pada 2030.

“India menargetkan peningkatan produksi batu bara domestik sebesar 140 ton pada 2030 serta berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan batu bara impor,” tambah Yoga.

Harga Terus Merosot, Pelemahan YTD Capai 22,75 Persen

Dalam sepekan terakhir, harga batu bara tercatat turun sebesar 1,28%. Bahkan jika dilihat secara year to date (YTD), harga batu bara global sudah mengalami penurunan tajam hingga 22,75%.

Kondisi ini menjadi perhatian bagi negara-negara eksportir batu bara seperti Indonesia, yang bergantung pada komoditas ini sebagai salah satu sumber utama devisa negara. Pelemahan harga dapat berdampak pada pendapatan ekspor, penerimaan negara, serta investasi di sektor energi dan pertambangan.

Tantangan dan Strategi ke Depan

Dengan dinamika pasar global yang berubah cepat, pelaku usaha di sektor pertambangan batu bara di Indonesia perlu mengantisipasi kondisi jangka pendek hingga menengah. Strategi diversifikasi pasar, efisiensi operasional, serta pemanfaatan teknologi untuk menurunkan biaya produksi menjadi kunci agar tetap kompetitif.

Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan dukungan melalui kebijakan fiskal maupun insentif investasi guna menjaga stabilitas sektor pertambangan nasional di tengah gejolak harga komoditas global.

Kondisi ini sekaligus menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat hilirisasi batu bara, seperti pengembangan gasifikasi, bahan bakar alternatif, hingga pembangkit berbasis teknologi ramah lingkungan yang lebih tahan terhadap fluktuasi harga pasar

Terkini

ASUS Vivobook Pro 16X OLED N7601, Laptop Kreator Andal 2024

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:30 WIB

Huawei MatePad 11, Tablet Murah dengan Layar Keren

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:26 WIB

Huawei Rilis Pura 80 Series, Andalkan Kamera Canggih

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:18 WIB

Review Acer Nitro 16, Laptop Gaming 16 Inci Bertenaga

Rabu, 10 September 2025 | 15:45:13 WIB