JAKARTA – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memproyeksikan peningkatan signifikan dalam pendapatan premi industri asuransi jiwa di Indonesia untuk tahun fiskal 2024. Berdasarkan analisis terbaru, pendapatan premi diprediksi akan mencapai Rp 185,39 triliun yang menandakan prospek pertumbuhan yang positif dan stabil.
Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers tahunan yang digelar di Jakarta baru-baru ini. Ketua AAJI, Budi Tampubolon, menyoroti beberapa faktor penentu yang mempengaruhi peningkatan proyeksi ini. “Kami melihat adanya tren peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi jiwa terutama pasca-pandemi, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap kenaikan pendapatan premi,” ujarnya.
Lebih lanjut, AAJI mencatat bahwa perubahan perilaku konsumen dan pergeseran preferensi menuju produk asuransi yang lebih fleksibel dan berbasis digital menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan industri ini. Sejumlah perusahaan asuransi jiwa mulai beradaptasi dengan menawarkan produk-produk inovatif yang lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen milenial dan generasi Z.
“Kami memahami bahwa pasar terus berubah. Oleh karena itu, perusahaan asuransi perlu berinovasi dengan menawarkan produk berbasis digital yang mudah diakses dan dimengerti oleh konsumen muda,” tambah Budi Tampubolon.
Dukungan Regulasi Pemerintah
Tidak hanya dari sisi strategi perusahaan, pertumbuhan industri asuransi jiwa juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang proaktif. Regulasi yang mendukung serta insentif pajak untuk produk-produk asuransi diharapkan akan semakin merangsang minat masyarakat untuk berinvestasi dalam jaminan asuransi.
Dewan Pengawas AAJI, Rina Saputri, menyatakan bahwa keterlibatan aktif pemerintah dalam memberikan dukungan terhadap industri asuransi sangat membantu dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. "Kebijakan yang tepat dari pemerintah sangat penting untuk mendukung pertumbuhan industri ini. Kami berharap adanya kolaborasi yang lebih erat ke depannya," ujar Rina.
Tantangan yang Dihadapi
Meski begitu, AAJI menyadari adanya tantangan yang dihadapi oleh industri ini. Isu-isu seperti literasi keuangan yang rendah dan budaya masyarakat yang belum sepenuhnya terbiasa dengan konsep asuransi masih menjadi hambatan besar. Selain itu, tantangan dari segi teknologi dan perlindungan data konsumen juga menjadi perhatian utama.
“Selain mempromosikan produk kami, AAJI bersama dengan anggotanya harus tetap fokus dalam edukasi kepada masyarakat mengenai literasi keuangan. Ini adalah tugas kita bersama untuk meningkatkan pemahaman tentang manfaat asuransi,” ujar Budi.
Menurut AAJI, penyediaan pendidikan keuangan kepada masyarakat merupakan salah satu misi utama mereka dalam beberapa tahun ke depan. Kolaborasi dengan institusi pendidikan dan penggunaan platform digital untuk edukasi juga disebut-sebut sebagai solusi efektif dalam mengatasi tantangan literasi ini.
Pertumbuhan Produk Asuransi Berbasis Teknologi
Selain itu, pertumbuhan produk asuransi berbasis teknologi atau insurtech juga menjadi sorotan yang menarik dalam konferensi tersebut. Menurut data, permintaan terhadap produk insurtech mengalami peningkatan yang signifikan terutama di kalangan anak muda.
Budi Tampubolon menambahkan bahwa pemanfaatan teknologi seperti aplikasi berbasis AI dan analisis data yang canggih membantu perusahaan asuransi untuk lebih memahami kebutuhan konsumen. "Teknologi memungkinkan kita untuk menawarkan solusi yang lebih personal dan tepat sasaran kepada konsumen," jelasnya.
Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga riset independen menyebutkan bahwa adopsi teknologi dalam industri asuransi diyakini akan menjadi salah satu faktor penggerak utama yang berkontribusi terhadap pencapaian target pendapatan premi di tahun 2024.